Langsung ke konten utama

GEN Z SUDAH LELAH

Ponsel menjadi salah satu benda yang menimbulkan kecanduan dan sulit dilepaskan remaja. Ponsel cerdas menjadi peranti teknologi yang selalu ada di genggaman nyaris setiap saat. Berselancar beragam aplikasi dalam ponsel, terutama media sosial, ternyata melelahkan dan mengganggu kehidupan generasi Z dan generasi yang lebih muda.

Bagaimana tidak lelah, setiap hari remaja menerima sedikitnya 237 notifikasi dalam ponsel cerdas mereka. Hingga 25 persen, atau setidaknya 59 pemberitahuan, datang pada jam sekolah. Bahkan kita terkadang disibukkan oleh sesuatu yang seharusnya bukan urusan kita. 
Pemberitahuan di ponsel membanjir saat anak dan remaja seharusnya fokus belajar. Banjir itu membuat hubungan anak dan remaja dengan ponsel cerdasnya menjadi semakin tidak sehat.

Hasil riset organisasi nirlaba yang membantu anak, orangtua, dan sekolah dalam menavigasi media itu disiarkan CNN pada 26 September 2023. Temuan laporan ini didasarkan pada penggunaan ponsel cerdas berbasis sistem operasi Android oleh sekitar 200 anak dan remaja berusia 11-17 tahun di Amerika Serikat. Jenny Radensky, menyebut bahwa industri telekomunikasi dinilai gagal menawarkan pilihan yang lebih baik kepada generasi muda dalam mengelola ponsel cerdas mereka. 

Remaja yang harus bekerja keras memahami fitur desain dan cara menetapkan batasan. Seharusnya, ponsel cerdas dan aplikasi seharusnya bisa mengurangi notifikasi yang tidak perlu. Pengurangan terutama pada waktu-waktu penting remaja tidak boleh diganggu. Jam sekolah atau waktu lain remaja untuk belajar seharusnya tidak malah terganggu banjir pemberitahuan di ponsel.

Pakai ponsel di sekolah

Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar remaja masih menggunakan ponsel cerdas mereka selama jam sekolah. Paling tidak, remaja memakai 43 menit jam sekolah untuk menggunakan ponsel. Bahkan, malah ada sebagian remaja menghabiskan enam jam sekolah untuk menggunakan ponsel. Karena sering menerima notifikasi, remaja menjadi lebih sulit untuk konsentrasi dan fokus pada pembelajaran. Sebab, para remaja tetap mengaktifkan fungsi notifikasi di ponsel.

Sementara orang dewasa yang lebih sering menghentikan fungsi notifikasi ponsel selama bekerja atau belajar. Bahkan, sebagian orang dewasa sama sekali mematikan ponselnya saat bekerja atau belajar. Mereka (remaja) selalu terdorong untuk melihat setiap notifikasi. Akibatnya, perhatian mereka tercerai-berai. 

Ponsel cerdas adalah teman setia remaja yang senantiasa mendorong mereka untuk terus melihat ponselnya. Remaja rata-rata mengecek ponsel mereka lebih dari 100 kali setiap hari dan merasa tidak kuasa untuk melepas ponsel.

Gen Z menggunakan ponselnya untuk meredakan emosi negatif. Mereka merasa sulit melepaskan diri dari aplikasi yang menstimulasi seperti Tiktok. Tiktok digunakan oleh pelajar selama rata-rata dua jam setiap hari. Bahkan, ada yang mengakses Tiktok sampai tujuh jam per hari. Karena algoritma Tiktok lebih membuat orang ketagihan. Isinya membuat orang semakin tertarik. 

Tekanan merespons

Penggunaan ponsel yang berlebihan dan tekanan untuk merespons yang dialami para remaja akan bisa menimbulkan kecemasan dan stres. Remaja bahkan tidak menyadari dirinya bisa diserang rasa cemas dan stres yang luar biasa jika terlalu sering melihat notifikasi.

Apalagi, pemberitahuan itu tidak hanya datang dari teman. Pemberitahuan juga dari media sosial, gosip selebritas, dan juga peristiwa-peristiwa tragis lainnya, seperti kekerasan seksual yang akhir-akhir ini membanjiri media sosial.

Selain itu, harus ada batasan jelas dari para ahli teknologi yang merancang peranti lunak dan keras ponsel bisa membuat anak dan remaja ketagihan hingga membahayakan kehidupan mereka. Bagi kebanyakan remaja, kalau tidak segera dan rutin melihat ponsel mereka, mereka akan merasa cemas karena mungkin melewatkan sesuatu yang relevan bagi mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NIKAH DI USIA MUDA?

Di kampungku, perjodohan sesuatu yang sudah menjadi tradisi. Perjodohan menjadi salah satu alasan karena takut hilang hubungan keluarga atau lebih mempererat hubungan bisnis. Tapi apakah benar nikah di usia muda merupakan solusi?  Panutan ummat Islam, manusia Suci Manusia paling agung Baginda Nabi menikah di usia yang cukup muda, yakni di umur 25 tahun. Sebagai ummat Islam, menikahnya Baginda Nabi di usianya pasti banyak kebaikan. Banyak juga pasangan yang berhasil nikah di usia muda. Namun juga tidak bisa dipungkiri, jika dilihat fenomena hari ini banyak masalah yang ditimbulkan sebab nikah muda. Mulai mayoritas putusnya pendidikan, finansial dan perceraian dini.  Begitupun dengan menunda-nunda pernikahan merupakan langkah yang tidak baik. Di antaranya ialah menimbulkan masalah besar seperti sulitnya mengontrol syahwat dan terjadinya normalisasi perzinahan, pencabulan, perselingkuhan yang sering diberitakan di media sosial atau Media massa. Jika sudah fenomena lingkungan suda...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...

MENGHILANGKAN STIGMA GEN Z

Generasi Z sering kali menjadi subyek perdebatan hangat di tengah derasnya arus perubahan zaman. Masyarakat, terutama generasi sebelumnya, kerap kali memandang gen Z dengan sorotan kritis.  Mereka melabeli generasi muda ini sebagai generasi lemah yang terlalu fokus pada kesehatan mental. Ada juga yang bilang mereka generasi instan yang menginginkan segalanya serba cepat. Bahkan, melabeli dengan sebutan generasi stroberi yang dianggap enak dilihat, kreatif, tetapi rapuh alias mudah hancur. Fokus genZ pada kesehatan mental itu sebangun dengan anggapan bahwa mereka demen healing. Ini kemudian mengarahkan generasi lain untuk menyebut gen Z sebagai kelompok yang tak mampu bekerja di bawah tekanan. Generasi Z atau gen Z adalah generasi yang muncul setelah gen Y. Banyak yang melihat secara berbeda tentang tahun lahir gen Z. Umumnya mencakup mereka yang lahir dari pertengahan hingga akhir 1990-an sampai awal 2010-an. Secara lebih spesifik, banyak ahli dan peneliti menetapkan rentang tahun ...