Hidup ini adalah perjalanan, bukan pertandingan. Dan tidak akan terjadi kepada kita kecuali yang telah dituliskan. Takdir kita sudah tertulis, umur kita sudah dibatasi, rezeki kita sudah ditentukan.
Memang, kebahagiaan bukan berarti kita harus tidak bersedih atau menangis. Tapi bahagia adalah bagaimana kita bisa Ridho dengan setiap takdir-Nya, dan bagaimana kita memiliki kemampuan, bukan untuk menghindari, akan tetapi untuk mengatasi, menyikapi dan beradaptasi dengan takdir-takdir Alloh seraya bersyukur, memuji-Nya, dan menerima setiap ketetapan-Nya.
Perlu kita sadari bahwa kita sering menggantungkan kepada manusia. Terlebih lagi jika terucap "Aku tanpamu tidak bahagia" karena yang bergaris abu-abu tak kunjung membiru kemudian sedih gitu? Bahagia tidak sesempit itu guys! Banyak kebahagiaan lain yang bisa didapatkan dan diciptakan. Tidak ingatkah di saat kita kecil dulu? Bahagia dengan sangat sederhana, bermain, berlari, walau-pun anak kecil itu bermain sendiri.
Lalu ketika kita beranjak dewasa mengapa bahagia harus menggantungkan kepada balasan, reward, dan presepektif baik manusia? Kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari kebahagiaan kepada mereka. Padahal, dalam dunia kita sangat banyak kebahagiaan yang bisa dirasakan dengan menciptakan kebahagiaan itu sendiri.
Kita buta, kita terlelap, kita tidak sadar, dan kita terlalu asik bersama orang lain hingga mengacuhkan prioritas kita sendiri.
Kita bisa bahagia tanpa mereka dengan menerima apapun yang terjadi dan sudah terjadi. Dengan mencoba flash back mensyukuri bahwa kita sudah melewati titik terendah itu.
Tidak ada yang mewajibkan harus mempunyai teman, harta, tahta bahkan dunia agar bisa bahagia. cukup terima dan percaya akan rencana Tuhan! cobalah untuk menatap langit dipagi hari dan lihat sekeliling. Mengingat betapa besar kasih Agung-Nya.
Kita saja yang menyempitkan dengan melupakan Nya. Tidakkah kita lihat langit yang begitu indahnya? Dan itu masih berlapis-lapis lagi hingga di luar angkasa. Di mana diluar sana pun masih banyak kehidupan, dan Tuhan sudah mengatur juga menjamin semuanya. Lalu, pantas kita bersedih hanya karena sekelumit risau kepada makhluk-Nya? Adanya masalah kesedihan datang karena Tuhan yang memberikan, maka Tuhan juga yang menyelesaikan.
Suatu hari kita akan menjadi orang yang matang dan dewasa. Kita akan tahu bagaimana cara untuk tidak mempedulikan dan melupakan. Kita akan melewati rasa sakit sambil menertawakannya. Kita akan berubah menjadi sosok yang tidak menyalahkan orang lain dan menjauhi perdebatan-perdebatan yang tidak penting.
Kita akan menghadapi ujian-ujian dengan tenang dan dingin. Kita akan berubah total dan akan bertanya: "Kok bisa dulu aku seperti itu? Mengapa jauh sekali dengan diriku yang sekarang?"
Mari renungkan bersama tentang hari yang hilang tanpa ada syukur, hari yang sirna tanpa komitmen untuk menjadi hamba-Nya yang lebih produktif lagi dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Jangan sampai pagi hari disibukkan mengejar ambisi dunia tanpa ada makna. Atau jangan sampai malam hari berlalu penuh kelalaian bermuara kemaksiatan.
Maka dari itu, Jangan pernah menggagap diri sendiri paling rapuh, paling runtuh, paling maksiat, paling bejad, paling bangsat hingga akhirnya pasrah dan tidak mau melihat jika kasih sayang-Nya tidak pernah redup.
Akhir kata, 07 September 1997- 07 September 2023, Semoga menjadi pribadi yang lebih produktif, lebih baik, lebih tekun, lebih sabar, lebih bahagia, sehat jasmani dan rohani, serta segala hajat diijabah oleh Alloh. Aamiin.
Moh Toyyib Zaen, 07 September 2023
Komentar
Posting Komentar