Langsung ke konten utama

SANTUNAN ANAK YATIM DAN PRIVASI YANG PERLU DIJAGA

Muharrom sangat erat kaitannya dengan perhatian terhadap anak yatim piatu, bahkan sebagian besar masyarakat menyebutnya salah satu hari dalam bulan Muharram (tanggal 10 Asyura) sebagai hari raya anak yatim. Sepanjang bulan Muharram, terutama pada tanggal 10 tersebut, berbagai kegiatan santunan untuk anak yatim diadakan di berbagai tempat dan lembaga.

Pada umumnya, panitia kegiatan santunan anak yatim akan menyelenggarakan acara pengajian dengan mengundang pendakwah dan menghadirkan sejumlah anak yatim piatu yang terdata di masing-masing desa. Pada akhir acara, setiap anak yatim piatu akan diberikan amplop berisi uang secara perorangan di atas panggung."

Pada sesi ini, biasanya para pemberi sedekah dan zakat diminta untuk naik ke atas panggung untuk bersalaman, mengusap rambut anak-anak yatim piatu, serta berfoto bersama. Meskipun terlihat sebagai rutinitas biasa yang selalu ada dalam peringatan 10 Muharram (Asyuro), sudahkah kita pernah mempertimbangkan perasaan anak-anak yatim piatu dalam situasi tersebut?

Dari segi urutan kegiatan, santunan yang diberikan di lembaga yatim piatu tidak berbeda jauh dengan kegiatan pada peringatan 10 Muharram (Asyuro) yang diadakan di masjid-masjid. Namun, dari perspektif privasi, kegiatan santunan yang biasa diselenggarakan di lembaga yatim piatu jauh lebih mengutamakan aspek kemanusiaan.

Dalam kegiatan santunan yang diadakan oleh lembaga yatim piatu, umumnya terdapat dua model kegiatan yang berbeda. Pertama, pemberi sedekah atau zakat datang langsung ke lembaga tersebut untuk menyelenggarakan santunan. Kedua pemberi zakat mengundang anak-anak yatim piatu untuk datang ke rumahnya guna diberikan santunan.

Megutup kalamnya KH, M, Anwar mansur Lirboyo: “Kurang baik kalau menyantuni anak yatim dijadikan acara, kasihan mereka nelongso (Merana) kalau dipertontonkan. Anak-anak yatim piatu memiliki hak privasi yang harus dihormati. Meskipun semua orang tahu bahwa mereka adalah anak yatim piatu, panitia penyelenggara tetap perlu menjaga privasi dan identitas mereka. Hal ini bukanlah suatu upaya untuk membesar-besarkan, namun harus diakui bahwa kehilangan orang tua adalah salah satu dari banyak kesedihan yang harus ditanggung oleh anak-anak yatim piatu.

Selain itu, sebutan "anak yatim piatu" yang mereka sandang juga merupakan beban berat bagi mereka. Belum lagi, dalam zaman sekarang ini, seringkali terjadi perundungan terhadap anak-anak yatim piatu, yang tentunya merupakan hal yang sulit bagi mereka.Kenyataannya, hal ini mungkin sering terabaikan oleh mereka yang mendakan kegiatan santunan anak yatim piatu. 

Sekali lagi, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengganggu tradisi yang sudah mapan. Tradisi seperti ini perlu dipertahankan sebagai tanda kepedulian. Meskipun sering kali sibuk dengan urusan pribadi, kita tidak boleh melupakan bahwa ada perhatian yang harus kita berikan kepada orang lain yang membutuhkan, khususnya kepada anak-anak yatim.

Maka, tradisi santunan untuk anak yatim piatu tetap harus dipertahankan, namun dengan sedikit penyederhanaan dalam rangkaian acaranya, seperti sesi penyerahan dan pengusapan rambut anak-anak yatim yang cukup diwakilkan oleh panitia kepada salah satu tokoh agama. Selanjutnya, proses penyerahan santunan kepada anak-anak yatim piatu dapat dilakukan secara individual oleh panitia tanpa perlu dilakukan di depan panggung.

Dalam QS. Al-Baqarah 271 menjelaskan bahwa menampakkan (mengekspos) pemberian itu diperbolehkan dalam rangka untuk memberikan i’tibar. Namun jika ada hal lain yang lebih maslahat dengan tidak menampakkan pemberian demi menjaga privasi/ rasa rendah diri bagi si penerima hadiah maka dalam ayat tersebut justru dianggap itu lebih baik. Bunyi QS. Al-Baqarah 271 sebagai berikut:

اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Menyadari bahwa mengubah konsep rangkaian kegiatan santunan yang sudah menjadi tradisi mungkin akan memerlukan usaha yang berkelanjutan. Namun, penting untuk merenungkan pertimbangan-pertimbangan di atas terkait privasi anak-anak yatim. Kita harus memahami bahwa dalam melakukan perbuatan baik, ada etika yang perlu dihormati. Apalagi saat membagikan direkam di depannya. Jika hanya kebutuhan dokumentasi acara, alangkah lebih baik jika difoto dari belakang. Oleh karena itu, dalam memberikan bantuan kepada sesama, kita juga harus senantiasa memperhatikan etika-etika yang telah ditetapkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...