Dunia fashion di era digital berusaha menampilkan value terhadap setiap desain sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tugas kita adalah memilih penampilan yang membuat kita nyaman. Dengan rasa nyaman, rasa percaya diri akan bertambah. Maka dari itu, jangan mudah terpengaruh terhadap gaya fashion yang masih trending.
Seperti yang kita ketahui, banyak perempuan berlomba-lomba mempercantik diri dengan membeli skincare yang harganya menguras kantong dan tak jarang juga memilih menggunakan bahan-bahan yang berbahaya demi terlihat cantik.
Terobsesi akan kecantikan dan merawat diri itu berbeda, merawat diri itu berusaha untuk menjaga apa yang telah ada dalam diri, sehingga bisa menerima apa adanya. Sedangkan terobsesi akan kecantikan itu jauh dari yang seharusnya dan kurang puas akan diri sendiri sehingga akan sulit untuk menerima diri seutuhnya serta lepas dari standar kesempurnaan yang direkonstruksi oleh Circlenya di sosial media.
Memang tidak salah untuk berusaha menjadi cantik. Tapi yang salah adalah terlalu obsesi pada kecantikan itu sendiri. Bukan berarti merawat diri itu tidak penting. Malah itu sangat penting, bagaimana bisa menerima diri kalau dirinya saja tidak perduli dengan dirinya sendiri?
Siapapun bisa cantik dengan mengoptimalkan perangainya ke arah yang positif. Cantik itu tidak melulu soal rupa, melainkan lebih dari itu. Bisa melalui tingkah laku, cara berfikir, cara berkomunikasi, dan kebaikan-kebaikan lainnya yang bersifat manusiawi. Jika hanya rupa, saya kira seiring bertambahnya usia akan memudar.
Lagi pula, setiap manusia Tuhan ciptakan sepaket dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apakah dengan menolak atau memberontak maka akan merubah segalanya? Tentu tidak. Tugas kita adalah menerima dengan sadar bahwa ini sebuah pemberian yang harus kita syukuri keberadaannya.
Tidak kalah penting, perempuan harus membangun rasa percaya dirinya, bahwa semua perempuan itu cantik dengan versinya masing-masing. Siapapun tidak berhak mengatur standar kecantikan orang lain sesuai dengan keinginan sendiri.
Oleh karena itu, jagalah lisan untuk tidak menyakiti. Jadilah pribadi yang positif dan membangun. Bukan malah sebaliknya, merusak rasa percaya diri orang lain. Kita tidak pernah tahu sekuat apa hati seseorang terhadap segala komentar. Pilihlah waktu yang tepat dan gunakan kata-kata yang bijak dalam memberikan masukan terhadap orang lain.
Garam itu baik, tapi kalau dimasukkan ke kopi, rasanya tentu tidak akan enak. Gula juga baik tapi kalau berlebihan maka akan mengakibatkan dampak yang cukup serius, diabetes misalnya. Komentar itu baik, tapi kalau situasi kondisinya tidak tepat maka menjadi tidak baik.
Jika di keramaian, hindari berkomentar atas penampilan orang lain. Alih-alih memberi masukan justru dapat mempermalukan orang tersebut. Ingat, cantik tidak hanya rupa. Tutur kata juga menjadi nilai terhadap kecantikan seseorang.
Moh Toyyib Zaen
Komentar
Posting Komentar