Langsung ke konten utama

CINTA YANG TIDAK SEDERHANA

Jika manusia lain umumnya lebih mencintai diri sendiri, para sahabat mencurahkan perasaan tersebut sepenuhnya untuk Islam. Mereka mencurahkan segala energi dan kekayaan untuk mencapai cita-citanya, maka para sahabat mencurahkan jiwa raganya bagi kepentingan Islam sehingga mampu membangun kejayaan Islam. Lalu bagaimana dengan kita hari ini? 
 
Para sahabat telah memiliki cinta sejati. Dan hal itulah menurut Maulana Wahiduddin Khan yang menyebabkan mereka mendapatkan tempat yang lebih dari kita. Bukit Uhud menjadi saksi bahwa Baginda hanyalah manusia, bukan tuhan yang maha kuasa pemegang takdir absolut alam semesta. 

Mengisahkan perang Uhud berarti memutar kembali memori luka dan kesedihan yang mendalam. Tentunya tidak ada yang menderita dibandingkan Baginda. Bagaimana mana tidak, Hamza sang paman tercinta mati mengenaskan, bahkan hatinya di makan perempuan sinting bernama Hindun. 

Namun dari perang Uhud kita bisa belajar arti cinta yang tidak sederhana. Cinta yang membuat Tolhah sanggup menahan tebasan pedang ibnu Qomi'ah agar tidak mengenai Baginda hingga hampir semua jarinya putus. Dalam kondisi demikian, Tolhah masih kuat menggendong Baginda Rosululloh Saw di punggungnya merangkak hingga ke puncak diinginkan.

Karena cinta yang tidak sederhana, Abu dujanah menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk melindungi Baginda Rosululloh Saw, meskipun beberapa anak panah mengenai punggungnya dia sama sekali tidak bergeming. 

Karena cinta yang tidak sederhana, Nusaibah mengalami dua belas luka tusuk akibat sabetan pedang dan tikaman tombak karena melindungi Baginda Rosululloh Saw. Namun ia masih berujar, "Aku tidak perduli apapun yang menimpaku di dunia ini". 

Karena cinta yang tidak sederhana, Hindun istri Amr bin Jamuh merelakan kematian suaminya dan ketiga anak lelakinya mati di depan mata kepalanya, sedangkan ia tidak bergeming karena melindungi Baginda Rosululloh Saw. 

Karena Cinta yang tidak sederhana, Hanzalah bangkit dari pangkuan perempuan yang baru dinikahinya dan terpilih mati dalam keadaan junub hingga jenazahnya dimandikan oleh malaikat. 

Begitulah pengorbanan dan perjuangan para sahabat Baginda Rosululloh Saw. Mereka abaikan dunia yang fana demi sebuah cinta yang tidak sederhana.

Apakah pemuda hari ini sudah seperti para sahabat di atas dalam mengekspresikan cintanya, minimal bermanfaat kepada orang lain untuk menyenangkan Baginda Rosululloh Saw.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...