Di antara tanda bahwa akal manusia tidak sama adalah bunyi Hadist Baginda Rosululloh Saw: "Berbicara di depan manusia sesuai kadar kekuatan akal mereka." Tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan IQ seseorang memang berbeda-beda. Fakta demikian bisa diketahui bersama di mana ada satu problem yang hanya bisa dipahami oleh segelintir orang karena dianggap rumit dan pelik.
Hadist Rosululloh di atas sangat jelas mengindikasikan bahwa kadar kecerdasan IQ seseorang berbeda-beda. Dalam kasus lain, ada sebagian kalangan yang menambah dalil tentang akal manusia berbeda dengan hadits yang menyatakan bahwa akal perempuan lebih kurang "dari laki-laki". Benarkah demikian? Sedangkan dalam beberapa kesempatan, tidak jarang kecerdasan perempuan lebih dominan daripada kaum laki-laki. seperti kepemimpinan perempuan di beragam negara juga cukup berhasil, contoh di era pandemi ini telah diwujudkan di Jerman atau Selandia Baru.
Argumentasi mengapa perempuan “kurang” dalam urusan persaksian maupun keagamaan, dikatakan karena sebab biologis maupun psikologis yang ada pada perempuan. Dalam aspek psikologis, perempuan dinilai lebih dominan dari sisi emosional maupun perasannya. Untuk alasan biologis misalnya, ulama menilai perempuan akan terganggu dengan perubahan situasi dan kondisi fisik seperti nifas, haid, dan masalah lainnya yang menyertai kehamilan.
Dari Hadist di atas juga, perlu ditarik benang merahnya bahwa perempuan kurang akalnya bukan dibandingkan dengan kaum laki-laki, akan tetapi itu dimaksud sebagai perbandingan dengan perasaan dan emosional yang terdapat dalam jiwanya. Jadi ini dimaksudnya adalah perbandingan antara dua perkara yang terdapat dalam jiwa dalam diri seorang perempuan. Antara aspek intelektual dan emosional yang dimiliki oleh perempuan.
Salah satu contoh, ketika seorang ibu melihat anaknya terbakar dalam kobaran api, terkadang Tanpa berpikiran dua kali, rasa kasih sayang penuh cinta dan pengaruh emosional dalam dirinya mendorong melempar dalam kobaran api. Dalam ranah ini, perasaan perempuan mengalahkan akalnya. Berbeda dengan kaum laki-laki, mereka akan berpikir dan berhenti sejenak harus mengambil tindakan seperti apa.
Perlu dipahami kembali bahwa lebih dominannya perasaan dan kasih sayang dalam pribadi seorang perempuan yang mengalahkan akalnya bukan bentuk kelemahan, melainkan kelebihan ketika dibandingkan dengan perempuan.
Lantas bagaimana ketika dibandingkan dengan laki-laki? Dalam hal ini, kita tidak boleh berpatokan pada satu perempuan, kemudian dibuat sampel untuk menggeneralisir. Ada perempuan yang akalnya melebihi kaum laki-laki, bahkan ada yang melebihi semua laki-laki. Namun masih kalah akalnya jika dibandingkan dengan perasaannya. Ada juga perempuan yang seimbang atau lebih rendah tingkatan akal dibandingkan laki-laki. Semua kembali kepada perempuan secara individu.
Sayyidah Aisyah perasaannya lebih rendah dari akalnya. Peristiwa perang Jamal mengindikasikan bahwa perasaan Sayyidah Aisyah lebih dominan daripada akalnya. Namun akal Sayyidah Aisyah, jika seandainya dibandingkan dengan kecerdasan kaum laki-laki, tingkatan kecerdasannya berlipat-lipat lebih tinggi dari kaum laki-laki. Oleh karena itu, wajar jika beliau menjadi tumpuan para konsultan, pejabat dan ilmuan kala itu.
Meski kecerdasan Sayyidah Aisyah di atas rata-rata, demikian akal beliau masih kalah dibandingkan dengan perasaan dan sisi emosionalnya. Hal ini bisa dilihat bersama dalam beberapa Siroh Nabawiyah. Tentang bagaimana Sayyidah Aisyah mengekspresikan rasa cemburunya kepada Baginda Rosululloh Saw. Namun dalam hal ini, Baginda tidak marah, bahkan beliau sangat senang dan memakluminya.
Moh Toyyib Zaen
Komentar
Posting Komentar