Cinta adalah salah satu dari banyak hal yang tidak dapat disangkal dalam kehidupan seseorang. Sudah menjadi sifat manusia untuk merasakan cinta bermain di hati. Apalagi untuk wanita yang bisa dibilang paling fasih.
Wanita memang dikenal dengan mengedepankan perasannya, tapi bukan berarti akal yang dimiliki wanita itu lemah. Justru dari kekuatan perasaannya inilah keistimewaan seorang wanita. Akan tetapi, kepekaan perasaan yang dimiliki seorang wanita akan menjadi musibah bilamana tidak sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadist (Syaikh Mutawalli As-Sya'rowi, Fiqhul Ma'ah Wa Muslimah).
Di zaman yang merangkak maju menembus ruang dan waktu, wanita hari ini harus lebih selektif dalam pergaulan. Sebab banyak kita lihat hari-hari ini kerusakan sendi-sendi kehidupan berawal dari lingkungan atau pergaulan.
Salah pergaulan dikarenakan hilangnya perasaan wanita dalam menjaga kehormatan, dan hilangnya rasa menjaga kehormatan hilang sebab rasa malunya sudah pudar dalam diri seorang wanita. Ketika sifat malu sudah hilang, maka ia akan bertindak sesuka hatinya. Masa bodoh dengan orang lain, yang penting gue happy. Katanya !
Sudah menjadi rahasia umum, seorang wanita kerap kali tidak berdaya jika sudah berhubungan dengan perasaan. Apapun akan mereka lakukan. Perasaan cinta itu sering rapuh sehingga yang semula cinta itu indah dan fitrah seketika berubah menjadi musibah.
Cinta kepada lawan jenis yang terjadi sebelum akad nikah sulit sekali menjadi cinta sejati. Sebab yang seperti itu belumlah dikatakan cinta yang suci. Sejatinya cinta yang suci bukanlah cinta yang dilandasi dengan nafsu birahi, malainkan cinta yang datang sebagai anugerah ilahi. Demikian menurut penuturan Hubabah Khodijah, putri dari Habib Ali Al-Habsyi pengarang Simtut Duror.
Beberapa resiko yang akan timbul jika cinta hadir sebelum adanya ikatan suci pernikahan pertama, perasaan cinta tersebut tidak akan pernah aman dari rayuan setan yang sering bermain dalam dua insan yang sedang mabuk kasmaran. Kedua, perasaan cinta yang semula anugerah ilahi menjadi tidak indah karena dibumbui oleh nafsu birahi.
Semula hatinya bersih dari perasaan cinta, akhirnya berpotensi menjadi petaka lantaran cintanya bersifat fatamorgana; indah di mata, tetapi hina dalam relung jiwa. Yang semula ketat menjaga Izzah dan iffahnya, akhirnya barbar melepas kehormatannya. Bermula dari mengungkapkan perasaan cinta berlanjut termakan rayuan gombal kekasihnya.
Perasaan cinta yang hadir pasca akad lebih aman dan mendamaikan. Bermesraan dengan sang bojo menjadi ibadah. Contoh mencium tangan suami sudah setara mencium hajar Aswad. Apa-apa yang diberikan kepada suami menjadi ladang untuk berkhidmah. Mengutip kalam dari Syaikh Mulla Ali Al-Qori, "Sebuah cinta yang seirama dengan nilai agama layaknya mentega yang disertai madu; sungguh manis dan nikmat dalam kalbu".
Wahai wanita hebat di manapun kalian berada, menghadirkan sesuatu yang belum pantas waktunya merupakan sesuatu yang kurang baik yang sewaktu-waktu akan berubah menjadi petaka. Sesuai kaidah usul Fikih;
مَنِ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ
“Siapa yang buru-buru mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka dia menghukumi haram untuk mendapatkannya.”
Komentar
Posting Komentar