Aku malu mengaku rindu, kalau akhlak yang kau tinggalkan saja masih sangat sulit kupraktekkan. Bagaimana aku berdiri tegak di barisan santri-santrimu, kalau alunan lagu melalaikan, lebih suka aku dengar daripada kalam hikmah penerang kehidupan.
Aku malu mengaku rindu, kalau jejak perjuanganmu saja belum bisa aku tiru hingga saat ini. Mau ditaruh di mana muka ini, kalau engkau tahu perjalanan hidup selebritis lebih kugemari daripada meneladani perjalanan hidup sang maha Guru.
Aku malu mengaku rindu, kalau suri tauladanmu saja mash tidak mampu aku hidupkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana nanti dibersamakan, kalau masih berat dengan itu semua, apalagi menyeru kebaikan kepada manusia.
Aku malu mengaku rindu, kalau akhlak-ku saja masih jauh dari sang maha guru. Aku takut tidak akan pernah bertemu, kalau melihat kondisi hatiku yang masih hitam pekat, jauh sekali dari hatimu yang suci, tapi selalu teriring ratusan istighfar dan doa-doa terbaik untuk santri-santrimu. Khusyuknya sholat malam, sampai derasnya kebaikan yang kau tebarkan.
Bagaimana ini, aku mengaku rindu, tapi tidak kunjung bertemu karena masih saja menuruti hawa nafsu. Bagaimana ini, aku mengaku cinta, tapi tidak juga berbuat apa-apa. Sedangkan para Muhibbin-mu memberikan semuanya demi bisa dikumpulkan bersamamu di surga-Nya.
Hari ini aku memaknai lagi Reuni yang bertajuk Rindu Masyaikh, Wahai Murobbi Ruhi. Mengingatkanku lagi untuk memperbaiki hati yang lalai mengusahakan lagi bukti-bukti rindu, agar pantas Alloh SWT bersamakan denganmu.
Komentar
Posting Komentar