Orang orientalis selalu berstatmen tentang kehidupan Nabi dengan logika liar tanpa melihat fenomena dan fakta sejarah. Pernah mengklaim Nabi banyak istri hanya untuk memuaskan nafsu birahi dan berkata bahwa Sayyidah Aisyah dalam keadaan tertekan. Baru-baru ini melontarkan pertanyaan bahwa Rosululloh Saw menikahi Sayyidah Khodijah karena harta. Benarkah tuduhan keji ini?
Saat Rosululloh Saw menikahi ibunda Khodijah Al-Kubro di usia 40 tahun, usia yang tidak lagi muda. Padahal waktu itu usia Rosululloh Saw masih umur 25 tahun. Dalam beberapa riwayat dijelaskan meskipun sudah berkepala empat paras Ummahatul Mukminin yang satu ini Masya Alloh, masih sangat cantik sekali.
Kalau dibayangkan secantik apa Ibunda Khodijah Al-Kubro, bayangkan saja selebritis tanah air yang punya banyak uang di umur 40 tahun. Biasanya artis-artis masih cantik karena sering perawatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu tidak bisa dinafikan kalau uang berpengaruh.
Bicara uang ! Uang artis tidak apa-apanya dibandingkan dengan uang ibunda Khodijah Al-Kubro. Pernikahannya dengan Baginda Rasululloh Saw merupakan pernikahan impian anak Zaman Now dengan merogoh kocek sekitar 1,2 M. Ibunda Khodijah Al-Kubro adalah perempuan miliarder. Secantik apapun artis yang dibandingkan dengan ibunda Khodijah, beliau jauh lebih cantik, lebih elegan dan lebih kaya tentunya.
Banyak sekali orang-orang elit di Mekah berusaha untuk menikahinya tapi tidak semudah itu. Secara beliau perempuan terhormat, kaya dan berparas cantik jelita. Selain memang beliau wanita berkelas, Ibunda Khodijah Al-Kubro mempunyai karakter mahal. Jadi kalau hanya laki-laki bermodal tampan auto direject.
Setelah beranjak dewasa, kanjeng Nabi Muhammad Saw mulai menekuni bisnisnya sendiri. Seperti mayoritas suku Quraisy lainnya yang melakukan perjalanan ke Syam ketika musim panas, ke Yaman ketika musim dingin dan Mekkah ketika musim haji. Dari sini kemudian ada satu peristiwa yang menjadikan kanjeng mencuatnya Nabi Muhammad Saw ke permukaan.
Suatu ketika ada orang Mekkah melakukan transaksi besar kepada kanjeng Nabi Muhammad Saw di musim haji. Karena masih ingin melaksanakan ibadah haji, dia menitipkan barangnya agar khusyuk rangkain ibadah hajinya. Setelah melaksanakan kegiatan haji dia langsung pulang ke kota asalnya. Barang yang dibeli cukup banyak terpaksa harus kembali ke Mekah.
Di sepanjang perjalanan orang ini khawatir, karena selain memang pasar sudah bubar. Setelah sampai di pasar dia melihat sang pedang yang tidak lain adalah kanjeng Nabi Muhammad setia menanti. Dari sinilah cikal bakal gelar Al-Amin itu disematkan pada Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Fenomena ini kemudian Viral dan jadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat Mekkah Kalau kanjeng Nabi Muhammad Saw bisa dipercaya.
Seorang profesor Afzalurrohman dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang menyatakan bahwa anjeng Nabi Muhammad Saw adalah pedagang yang jujur dan adil, karena tidak pernah membuat pelanggannya komplin, selalu menepati janji dan menyerahkan barang-barang pesanan tepat waktu. Padahal saat itu curang dalam transaksi merupakan penyakit akut orang-orang jahiliah.
Rosululloh Saw hadir menjadi pelopor pedagang dengan prinsip yang jujur dan adil. Atas dasar ini, orang-orang banyak senang berbisnis dengan kanjeng Nabi Muhammad Saw. Ingat setiap pembisnis sukses mengatakan kalau relasi itu nomor satu dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw punya banyak relasi.
Dengan melihat fakta ini kalau kanjeng Nabi Muhammad Saw adalah pembisnis yang sangat sukses di masa mudanya. Terbukti untuk mahar kanjeng Nabi untuk ibunda Khodijah Al-Kubro 20 ekor unta atau setara dengan 1,2 M. Dari sini cukup untuk membantah pernyataan orang-orang orientalis kalau kanjeng Nabi Muhammad Saw menikahi Ibunda Khodijah Al-Kubro bukan karena harta.
Catatan Mtz
Komentar
Posting Komentar