Langsung ke konten utama

MERAMU CINTA BAGINDA

Ketika datang bulan kelahirannya, saat itu, aku bertanya-tanya, bagaimana menangis setiap kali mendengar bacaan Maulid Simtut Duror karena cinta dan rindu. Saat mencoba menjalankan anjuran-Nya (Semampu saya), membaca dan memahami perjalanan hidupnya, tapi masih saja dalam hati ini rasa cinta tak utuh. 

Ketika Sayyidah Aisyah meminta kepada Baginda untuk didoakan. Kemudian Baginda berdoa, "Ya Alloh, ampunilah Aisyah atas semua dosa-dosanya, yang akhirnya hingga yang akan datang, yang ia lakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terbuka.” 

Mendengar doa yang dipanjatkan oleh Nabi, lalu Baginda bertanya, “Apakah doaku menggembirakanmu?” Sayyidah Aisyah menjawab, “Tentulah aku gembira dengan doa Panjenengan. Kemudian Baginda menegaskan: “Demi Alloh, itulah doaku untuk ummat-Ku di setiap shalat." Padahal jarang sekali diri ini bersholawat kepada-Nya 

Entah kenapa diri ini lebih mencintai pasangan, sahabat, pekerjaan ketimbang mencintai Baginda. 
Entah kenapa air mata ini jarang sekali menangis karena rindu, padahal jauh sebelum manusia ada di muka bumi ini, Rosululloh SAW menangis, penuh dengan kerinduan dan khawatir menyimpang dari cahaya-Nya. 
Entah kenapa dalam Sholat, tepatnya di Tasyahud menyampaikan salam, jarang sekali hati ini benar-benar rindu. Hanya sebatas lafadz di bibir.

Saat di atas kendaraan dengan rute Madura - Surabaya, di sana ada lelah, letih, berselimut angin malam, berkawan dengan badan remuk dan menahan kantuk. Saat mau mengeluh diri ini sadar, "Oh Seperti ini berjuang di jalan kebaikan, rasanya sulit sekali. Terus bagaimana dengan Baginda dalu ya?". Di sana aku melihat cinta Baginda.

Saat mencoba memerangi lelahnya jiwa, membalas cemoohan orang lain dengan kebaikan. Saat mencoba tidak mudah baper, sebab kinerja tidak sesuai ekspektasi; sedih dan ngilu akhirnya diri ini sadar "Bagaimana Baginda dulu yang usahanya berbalas lemparan batu, hingga mengucur darah dari pelipisnya." Di sana aku melihat cinta Baginda.

Saat mencoba memimpin menyampaikan nilai-nilai kebaikan, merasakan sulitnya menggerakkan diri dan teman seperjuangan menyelesaikan masalah dan menjawab tantangan, menguatkan jiwa dan bangkit kembali dari kegagalan, akhirnya diri ini tersadar, "Oh seperti dahulu Baginda memimpin pasukan di medan perang antara hidup dan mati." Di sana aku melihat cinta Baginda. 

Ternyata dari lelah, letih, sulit dan berat, rasa cinta tumbuh begitu hangat. Kemudian saya tersadar, "jadi begini ya Rosululloh. Haru membuncah, betapa cintanya teramat sangat dalam kepada Ummat-Nya. Entah seperti apa rasa cinta dan rindu dipupuk oleh para As-Sabiqunal Awwalun yang sudah berlari, berjuang, berkorban membela Rosululloh Saw sepenuh jiwa dan raga. 

Catatan Mtz.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...