Pada masa Sayyidina Umar bin Khattab pernah terjadi krisis yang sangat mengerikan. Krisis ini hampir melumpuhkan kegiatan jazirah Arab. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa krisis yang satu ini sampai memakan korban ⅔ dari total pengungsi di Madinah. Tentu krisis ini lebih mengerikan dari pada krisis moneter 98 atau bahkan yang terbaru krisis BBM 2023.
Krisis ini dinamakan krisis Ramadah yang terjadi pada tahun 18 Hijriah. Semua bermula saat jazirah Arab dilanda paceklik panjang, kekurangan air membuat para petani gagal panen. Fenomena seperti ini bukan hanya terjadi di satu daerah, melainkan seluruhnya. Secara logika para penduduk pasti krisis panen dan pasti mengalami kelaparan.
Sebanarnya untuk mengatasi fenomena seperti ini cukup mudah dengan cara impor makanan dari Syam. Dengan statusnya Syam kala itu menjadi pusat perdagangan dunia. Mereka bisa mendapatkan barang-barang murah di Syam. Akan tetapi di negeri Syam kala itu juga dilanda penyakit pes, sebuah wabah bakteri yang mematikan. Singkat cerita impor pangan dari Syam tidak dilakukan.
Kekurangan makanan di mana-mana, akhirnya masyarakat di jazirah Arab berbondong-bondong ke Madinah. Sebagai ibukota, keadaan Madina relatif cukup baik, terutama dari sektor pertanian. Di Madinah sudah ada irigasi sendiri, jadi masyarakat Madinah tidak terlalu bergantung dengan hujan.
Madinah dengan fasilitas yang belum bisa dikatakan memadai menjadi hambatan untuk menampung semua masyarakat dari luar daerah. Inflasi besar-besaran sudah pasti dan parahnya lagi ada mafia yang mengambil keuntungan dari tragedi ini. Mereka menimbun gandum untuk keuntungan pribadi. Lantas startegi apa yang dilakukan oleh Khalifah Islam yang ketiga ini?
Pertama, Sayyidina Umar bin Khattab jadi tauladan. Sebagai pemimpin dia sangat merasakan apa yang dialami oleh rakyatnya. Kalau rakyat kelaparan, maka ia dan keluarganya harus lebih lapar lagi. Bahkan kulit Khalifah Umar berubah menjadi hitam karena kalau sudah tidak kuat menahan lapar, ia memakan minyak zaitun. Begitulah Sayyidina Umar untuk mendapatkan loyalitas dan kepercayaan rakyatnya. Seolah-olah beliau ingin mengatakan kepada rakyatnya, "Wahai rakyatku, bersabarlah. Sekarang kita sedang krisis ekonomi, semuanya merasakan dampaknya."
Langkah kedua, Sayyidina Umar memanggil para gubernur luar jazirah Arab untuk menggelontorkan bansos. Sayyidina Abu Dzarroh bin Ubaidah dan Umar Bin 'Ash membawa ribuan unta mengangkut suplai makanan dan membaginya dengan rata.
Di saat membagikan bantuan makanan, ada saja oknum yang memancing di air keruh dengan cara memainkan bantuan sosial. Setelah diketahui oleh Sang Khalifah, para pejabat korupsi bansos ini langsung dihukum mati.
Langkah ketiga, Sayyidina Umar tidak pernah bosan kalau masyarakat harus lebih meningkatkan keimanan kepada Alloh SWT, karena dalam keadaan apapun manusia itu tidak boleh jauh dari tuhan-Nya. Semua itu ujian dari Alloh SWT dan semuanya hanya akan bisa dilewati jika Allah yang mengehendaki. Akhirnya Alhamdulillah krisis bisa teratasi secara bertahap.
Uinsa
Komentar
Posting Komentar