Langsung ke konten utama

BERTEMU DEWASA BERTEMU REALITA

Ketika masih kecil, banyak yang ingin segera dewasa, karena sepertinya bebas tanpa pantauan orang tua dan bisa jalan kemana-mana. Tapi ketika sudah bertemu dewasa, ternyata tidak sedikit yang ingin kembali ke masa kecil, masa yang katanya tanpa beban. Ah.... Manusia memang tidak pernah puas dan bersyukur.

Menjadi dewasa ternyata tidak senyaman yang sempat diinginkan waktu kecil. Janji-janji diri jika sudah dewasa begitu sangat membara, ternyata beberapa kali diputuskan oleh realita kehidupan dengan jerat-jeratnya. Dulu, ketika melihat orang dewasa sekolah rapi dengan dasi di dada, pakaian putih, celana hitam dan sepatu super ngecis betapa batin ini meronta-ronta kapan ya saya seperti mereka. Rasanya waktu ingin diputar dengan cepat. 

Dulu ingin menjadi orang pintar, cerdas dan bisa semua bidang. Berjanji akan belajar dengan tekun tidak boleh ada waktu sisa, tapi ternyata sekarang sudah mulai hitung-hitungan, mengonversi segalanya dengan materi dan pahala. 

Saat ini, ketika dewasa itu menghampiri, kesibukan yang mengharuskan menjalani banyak peran baru yang menyita waktu. Rasanya diri ini sudah mulai lelah dan berpikir. Mungkin lebih baik jika fokus pada satu peran saja, sisanya bisa santai-santai, tapi menyelesaikan satu proyek kebaikan menuju proyek kebaikan yang lain mewah sekali, seperti memenangkan pertempuran menuju pertempuran lainnya. 

Dulu begitu sangat bahagia karena masih bisa berbagi dengan apa yang dimiliki. Merogoh kantong saku, sambil merelakan keinginan-keinginan terpendam. Ketika bertemu dewasa kesempatan berbagai itu datang, ada kebutuhan untuk bayar uang UKT (Uang Kuliah Tunggal), tanggungan dan keinginan di masa depan. Saat itu sudah mulai berpikir, mungkinankah jerih payah ini akan terbagi? 

Saat bertemu dewasa, teladan As-Sabiqunal Awwalun semakin sangat jauh terasa. 

Apakah manusia yang berangkat berperang meninggalkan hektar ladangnya yang siap panen. Apakah itu seorang remaja yang umurnya masih 12 tahun sudah hafal Al-Qur'an dan di umur 21 tahun bisa meluaskan wilayah dari Mediterania Timur hingga ke semenanjung Balkan.

Apakah dia pemimpin yang tidak semena-mena dengan mengambil keuntungan sepeserpun dari jabatannya, hingga untuk prosesi pemakamannya sendiri harus meminjam kepada orang lain.

Lihatlah bagaimana orang yang sudah di usia senja tapi semangat juangnya tidak pernah surut sedikitpun. Dalam sepanjang perjalanan raihlah dakwahnya lintas daerah, kota bahkan negara meskipun harus memakai kursi roda. 

Lihatlah bagaimana Perempuan dengan kedua matanya sendiri menyaksikan suami dan anaknya tewas terbunuh di Medan perang. Bahkan ia sendiri yang mengangkat kedua jasad ke atas kuda untuk dimakamkan sebagai Syuhada'. Kata-katanya yang paling menggetarkan hati, "Musibah terbesar jika manusia agung terluka, selain itu hanyalah musibah kecil". Alloh.....

Lihatlah perempuan cantik, kaya raya dan mulia, tapi di akhir hidup ia ringkih badannya, kecantikannya memudar, hartanya habis, bahkan dengan tegar ia berkata, "Berjanjilah, kalau aku mati, gali tulangku. Jadikan alat untuk engkau menyebrangi lautan, menyebarkan cahaya Islam". 

Mereka semua Real, bukan hanya omong kosong belaka dan cerita fiksi. Hanya aku di sini yang sudah terlalu lama diam, santai, lalai hingga tertinggal jauh sekaki. Seketika tersadar dan tertunduk malu dalam kesunyian. 

Nyatanya diri ini masih belum apa-apa, belum melangkah, belum berjuang, belum berdarah dan masih belum kemanapun. Mereka semua berjasa dan mereka selesai. 

Wahai raga yang diselimuti rasa kemalasan, bangkitlah kembali. Melangkahkan kaki dengan menapaki lebih kokoh pandangan ini masih jauh mewujudkan mimpi yang mengangkasa. Berharap semoga mampu menjejak langkah As-Sabiqunal Awwalun yang sudah terlalu jauh berlari meninggalkan diri ini. 

Untuk yang sedang bertemu dewasa bertemu realita. Meskipun tertatih oleh idealita dan dipukuli beberapa kali oleh kenyataan pahit, hiduplah hidup dan terus bangkit. Bersinarlah lagi, merangkai perjalanan hidup yang Alloh Ridhoi. 

Catatan Mtz 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...