Langsung ke konten utama

AYO BELA ISLAM DENGAN TIDAK DIAM

Pada masa Dinasti banyak sekali pencapaian yang dicapai, bahkan mendekati pada titik kesempurnaan dalam bidang ilmu pengetahuan. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa Dinasti hitam pekat politik mengalirkan darah sesamanya Muslim. Its Ok, itu merupakan sejarah kelam yang cukup dijadikan pelajaran penting agar tidak terulang lagi di masa-masa selanjutnya. 

Pada masa Dinasti, islam berada di puncak kejayaan, kota Baghdad waktu itu menjadi kiblat pelajar dari berbagai negara berbondong-bondong datang, baik dari orang islam sendiri maupun non islam. Masa kejayaan atau yang dikenal masa keemasan itu berlangsung cukup lama hingga rentan waktu 100 tahun, kemudian runtuh akibat tentara Hulagu Khan memporak-porandakan Baghdad dan membuang karya-karya fenomenal itu ke sungai Tigris. Apakah masa keemasan ini akan berjaya kembali di abad modern ini? Mari simak bersama-sama! 

William F Russell dalam karyanya Islam It Treat to Civilization menjelaskan bahwa islam kemungkinan besar akan menjadi mayoritas di Eropa pada tahun 2050. Berdasarkan fakta belakangan ini Islam tumbuh dengan pesat. Dari presentase Inggris awal 82.000 jiwa menjadi 2.500.000 jiwa, 30 kali lebih banyak. Di Belanda dari 50% adalah muslim. Salah satu penyebabnya adalah trend mereka Sex bebas tidak ada pernikahan. Di Rusia penduduk muslim sudah mencapai 23 juta jiwa penduduknya Muslim. 

Dengan jumlah populasi muslim yang semakin bertambah di negara-negara besar, akankah nanti di 2050 berdasarkan pengamatan di atas akan mengembalikan kejayaan Islam. Jawabnya No ! Rosululloh bersabda, "Hampir-hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk." Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?" beliau menjawab: "Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn." Seseorang lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apa itu Al wahn?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut mati."

Di masa Rosululloh, jumlah Muslim sangat sedikit hanya 100.000 jiwa, tapi para sahabat menguasai ⅓ dunia. Kata Profesor Dr. Raghib As-Sirjani salah satu Cendekiawan Mesir dan penulis terkenal menyatakan kesuksesan sahabat karena mereka orang-orang terbaik dan memaksimalkan potensi yang Alloh SWT berikan. Seluruh jiwa dan raganya mereka berikan untuk berjuang untuk islam. Jadi tidak bisa dipungkiri angka hanyalah peluang dan tidak bisa dijadikan jaminan.

Islam akan berjaya di muka bumi ini sesuai janji Allah SWT dalam Al-Qur'an Suroh An-Nur ayat 55. "Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. " 

Jika takwa diibaratkan motor, maka perlu dua roda agar bisa dikendarai. Dua roda itu adalah menurut ilmu dan memperkuat ukhuwah. Masih banyak orang-orang salah paham dengan bahasa menuntut ilmu. Sebagian berpikir bahwa ilmu akhiratlah yang harus dicari. Sementara yang lain beranggapan bahwa ilmu dunialah yang penting, ilmu akhirat ketinggalan zaman dan terkesan konservatif. Jadi mana yang benar?

Yang paling benar adalah menguasai dua-duanya tanpa harus membeda-bedakan. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang menganut paham keduanya. Mengutip dauhnya RKH Moh Muddatstsir Badruddin, "Santri harus imbang antara Imtaq dan Imteq". Pesantren sudah lama memberikan pendidikan Ammiyah dan Madrosiyah, karena keduanya sama-sama penting untuk keberlangsungan hidup manusia di muka bumi dan tentunya di akhirat. 

Lihatlah Al-Khawarismi adalah tokoh Islam yang menciptakan angka nol dalam ilmu hitung atau matematika. Andaikan tidak ada angka nol, maka manusia di muka bumi hanya akan mengenal angka 1 sampai 9, tidak akan mengenal minus 1, minus 2 dan seterusnya. andaikan tidak ada angka 0, maka tidak akan mengenal angka 10, 20 dan seterusnya.  

Ibnu Sina penemu ilmu kedokteran. Semua penemuannya dikaji oleh generasi selanjutnya, baik dari kalangan telektual muslim ataupun non muslim. Yang menciptakan ilmu kedokteran anatomi tubuh manusia tanpa harus membedah karena haram menganiaya jenazah. Yang menciptakan kamera adalah Al-Hayt dan masih banyak lagi Ilmuan muslim yang sudah mebela islam seperti Al-Ghazali, Al-Kindi, Al-farobi dan seterusnya. 

Cara selanjutnya untuk mebela Islam dengan benar adalah membangun Ukhuwah. Konsep ukhuwah yang paling efektif sebagaimana yang dirumuskan oleh KH. Ahmad Shiddiq. Menurut pandangan Tokoh yang pernah menjabat sebagai Rais Aam PBNU tahun 1984-1991 ini, membangun Ukhuwah mencakup pada Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah Wataniyah (persaudaraan setanah air) dan ukhuwah Bashariyah (persaudaraan sesama umat manusia).

Lihat bagaimana sejarah bercerita dalam beberapa peperangan justru dari kaum muslimin jumlahnya sedikit dibandingkan tentara Kafir Quraisy. seperti yang terjadi di perang badar. Sahabat memenangkan pertempuran di Medan perang perlengkapannya bukan paling siap ditambah tentara yang sedikit, tapi Islam sering memenangkan pertempuran. Salah satu alasannya adalah pada sahabat menjaga Ukhuwah. 

Mari kita simak bersama bagaimana para sahabat menjaga ukhuwah di tengah Medan perang Yarmuk. Ada Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Robiah dan Ikrimah bin Abi Jahal. Saat detik-detik ajal menjemput, kelihatan kalau mereka bertiga sangat haus. Didekatkan air minum ke mulut Haritsah, tapi dia berkata, "Berikan kepada Ayyasy, saya melihat dia lebih haus." Ketika air minum didekatkan pada Ayyasy, ia berkata, "Jangan aku, Ikrimah lebih haus." Padahal kalau boleh jujur Ayyasy luar biasa hausnya. Ketika air minum itu hendak didekatkan pada Ikrimah, ia juga menolak dan berkata, "Berikan air minum ini kepada Haritsah karena kulihat ia lebih haus." Ketika si pemberi air datang kepada Haritsah, ternyata beliau sudah Wafat dan diikuti oleh sahabat Ayyasy dan Ikrimah. 

Mereka syahid dengan contoh ukhuwah yang luar biasa. Mereka lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri. Dari cerita ini harus mengambil pelajaran, sebegitu kuat Ukhuwah yang mereka bangun. Berbeda di zaman ini yang mudah menyalahkan, marah-marah dengan dalil membela islam. Padahal nyatanya mereka memecah belah persatuan. 

Sebagai penutup, jika ingin membela Islam, maka harus memajukan ilmu pengetahuan dengan cara banyak membaca dan menjaga Ukhuwah dengan terus menjalin hubungan dengan harmonis, karena islam akan mengalami kejayaan jika benar-benar menjayakan ilmu pengetahuan dan menjaga persatuan. 

Ketika ukhuwah seperti para sahabat dan peradaban ilmu di abad ke 8, 15 sampai 16 setengah atau secuil saja, maka kejayaan Islam di tahun 2050 yang awalnya hanya hipotesa berubah akan menjadi sebuah kenyataan dan ini sangat-sangat mungkin. 

Catatan Mtz.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...