Langsung ke konten utama

PEREMPUAN MEMILIH BERPERAN, BUKAN BAPERAN.

Hidup serasa dipenuhi oleh perasannya sendiri. Sedih, mudah tersinggung, dengki Inseceure menyelimuti hati ketika seseorang mudah sekali baperan. Pokoknya pikiran disibukkan dengan pashion orang lain.  

Belum lagi ketika teman posting sesuatu, dia mudah baper dan berprasangka bahwa postingan itu ditujukan untuk dirinya. Pokoknya Berteman dengan orang yang mudah baper harus hati-hati memilih kata agar tidak tersinggung. Tapi terkadang orang yang mudah baper, perkataan selembut apapun seakan-akan merobek hatinya. Aneh juga ya.....

Baperan sudah fitrah manusia, tapi jangan sampai baperan keterlaluan hingga bermuara ke medan juang apalagi bermuara pada dosa. Maka dari itu pintar-pintar mengontrol emosi, agar harinya tidak menjadi siksa kubur di dunia.  

Hati juga harus dilatih agar kuat oleh hantaman badai, terpaaan angin topan dan banjir bandang, karena dunia ini sarat dengan perjuangan dan pengorbanan, maka harus kuat, tidak baperan dan tidak kagetan. 

Mari bersama-sama mengambil faidah dari perempuan yang tidak mudah baper dan bandingkan lebih layak baper siapa? Kalian atau mereka. 

Saya buka dari kehidupan dua manusia langit, putri kesangan Baginda Rasululloh Saw. Dia adalah Sayyidah Fatimah Az-Zahro'. 

Sayyidina Ali berkata, "Aku menikah Fatimah putri orang nomor satu aku dan dia tidak memiliki alas tidur, selain hanya kulit domba yang kami pakai di waktu malam. Saat mentari sudah menampakkan senyumnya aku dan istriku biasa memberi makan unta dan kami juga tidak mempunyai pembantu."

Dari penuturan Sayyidina Ali di atas bisa disimpulkan. Andaikan Sayyidah Fatimah Az-Zahro' perempuan cerdas cermat dan berprestasi memilih untuk baper pasti dia lapor ke ayahnya mau cerai, atau bilang suaminya kurang bertanggung jawab. Betapa sangat tidak mengenakkan berada di ruangan pengap dan bau hewan seperti kamar Sayyidah Aisyah, perempuan dengan segudang prestasi. Jauh seperti Perempuan sekarang yang semerbak wangi parfum mahal memenuhi kamar tidurnya. 

Beliau memilih berperan dalam rumah tangga dan tidak baper sedikitpun sampai mau cerai, selingkuh dan stigma lainnya. Hebat Sayyidah Fatimah ya....

Apakah kalian kira kehidupan Ummahatul Mukminin hidup dengan penuh kemewahan bergelimang harta, tas branded, mobil sport, emas intan yaqut menempel di sekujur tubuhnya? Tidak ! Ummahatul Mukminin mampu bertahan dalam hidup sempit dan serba kurang, tapi prestasi dan perannya tangan ditanya. Andaikan Ummahatul Mukminin memilih baper hidup dalam serba kekurangan, pasti dia sudah memilih minggat menikah dengan Crazy Rich di masanya. 

Mari saya ajak kembali melihat perempuan hebat anti baper. Andaikan Fatimah memilih baper saat pipi meronanya berlinang darah karena digampar oleh kakaknya sendiri untuk menjelaskan apa yang dibaca dengan suaminya, maka bagaimana dengan nasib al-Faruq yang mampu memperluas wilayah Islam lintas benua. 

Saat Abdulloh putra Ummu Imaroh memilih baper saat putra kesayangannya dihantam senjata musuh di perang Uhud, tiba-tiba darah mengucur deras di lengannya, Ummu Imaroh datang membalut luka itu. Kemudian berkata, "Bangkitlah, dan kembali ke Medan perang." Tidak ada di sana adegan baper nangis seperti di film-film. Uppzzzz. 

Masih dalam peperangan yang sama, yakni perang Uhud. Saat Suami, anak dan keluarganya gugur dalam Medan perang, beliau Hindun Bin Abdulloh mengangkat sendiri ke atas unta untuk kemudian dimakamkan. Hindun tidak sedikitpun memilih baper, bahkan dia berkata, "Rosululloh Saw masih baik-baik saja dan tidak luka sedikitpun, selain musibah yang menimpa beliau adalah sangat ringan." 

Peran perempuan-perempuan di atas memberikan pesan dan kesan mendalam. Di tengah-tengah situasi kesulitan dan mencekam mereka tidak Memilih baper untuk tidak ikut berperan. Andaikan mereka semua memilih baper dalam medan juang dan tidak memilih berperan dalam tegaknya islam, maka mungkin mereka tidak akan pernah namanya hingga saat ini yang ditulis menggunakan tinta emas.

Buat kalian, jangan mudah baper apalagi hanya soal Asmara. Mereka saja mempertaruhkan nyawa dan kehilangan orang terkasih tidak baper nangis histeris. Mari perempuan era modern Memilih berperan Jangan baperan. 

Karang manggis
02 Shofar 1444 H.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...