Ayah adalah sosok kepala rumah tangga yang tidak pernah mengeluh karena hantaman badai yang menerjangnya. Ia tidak pernah lelah sedikitpun, bahkan semakin kuat dan hebat. Ibu adalah sosok yang mengajarkan nilai-nilai kesabaran dan keikhlasan dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan penuh perjuangan dan pengorbanan tidak akan membuat mereka berdua lelah apalagi berhenti untuk sekedar istirahat. Mereka tetap menerobos semak belukar, dan menjulang ke atas untuk mencapai tempatnya di bawah matahari, agar harapannya segera terwujud; anak-anak yang Sholeh dan Sholehah dengan bekal ilmu dan adab.
Bagi orang tua, hidupnya adalah perjuangan panjang tanpa garis finish. Perjuangannya tanpa henti, pekerjaannya ditekuni dan diniatkan ikhlas demi masa depan anaknya nanti. Semua waktu dan tenanga mereka berdua pusatkan untuk kebahagiaan anak-anaknya. Apapun itu, mereka lakukan, kerjakan dan perjuangkan. Asal anak-anaknya bahagia dan yang paling penting berguna kelak kepada dirinya sendiri, orang tua dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Saat badai menghadang laju perjuangan, orang tua semakin tangguh, semakin kuat dan semakin hebat. Mereka semakin kokoh berdiri walaupun kakinya berdarah dan bernanah. Di tengah-tengah hinaan, cacian dan makian mereka tetap sabar dan ikhlas, karena orang tua yakin yang dilakukan demi anak, agar kelak menjadi manusia lain yang berguna. Sebagaimana bunyi Hadist Nabi Muhammad Saw:
خير الناس انفعهم للناس
"Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermenfaat bagi manusia yang lain."
Untuk merefresh kembali pikiran kita yang sudah mati. Mari sejenak merenung bagaimana perjuangan, pengorbanan, cinta dan kasih sayang ayah dan ibu. Mereka rela berhutang untuk biaya selama anak kesayangannya di pesantren. Jika setiap bulan uang kiriman Rp.395.000, maka dalam kurun waktu 10 bulan Rp.3.950.000. Kemudian kalikan selama 7 tahun berada di pesantren, maka jumlahnya 27.650. Bukan lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Ketika orang tua diundang oleh pengurus pesantren walaupun sedang bekerja, biasanya mereka yang begitu amat mencintai rela meninggalkan pekerjaannya demi menghadiri rapat undangan. Mereka juga rela panas-panasan di bawah terik matahari dan basah kuyup saat hujan membasahi bumi saat nyambang anak di pondok.
Orang tua menjadi sosok inspiratif karena sudah mengantarkan anak-anaknya menjadi manusia yang manusiawi. Dalam arti tidak mudah merendahkan orang lain dan senantiasa bermenfaat kepada orang di sekitarnya. Orang tua selalu memberi dan memberi hingga rontok seluruh tubuhnya. Mereka juga bergerak mencari nafkah hingga habis seluruh umurnya, karena tidak ada yang lebih mereka inginkan kecuali menjadikan anaknya sosok yang berguna bagi agama dan bangsa.
Ayah adalah sosok tangguh yang tidak pernah mengeluh. Sedangkan ibu perempuan hebat yang jiwa raganya begitu dahsyat. Mereka berdua merupakan sosok berharga, menginspirasi dan menjadi panutan dalam keluarga. Sebagai anak, kita tidak perlu jauh-jauh mencari tokoh inspiratif hingga keluar negeri, karena sosok inspiratif yang sebenarnya ada di rumahmu sendiri. Yakni ayah dan ibumu.
Catatan Mtz
Perpustakaan Umum Al-badar
05 Muharrom 1444 H.
Komentar
Posting Komentar