Langsung ke konten utama

MEMBUAT MEREKA BAHAGIA BUKAN KECEWA.

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 23). 

Ayat ini menyinggung anak untuk merendahkan dirinya di hadapan orang tua dengan penuh kasih sayang dan cinta, sekaligus menyayangi orang tua sebagaimana mereka berdua dahulu menyayangi di waktu kecil. 

Bukan hanya perjuangan yang sarat dengan pengorbanan sudah diberikan secara totalitas oleh orang tua. Tapi juga cinta dan sayangnya tidak pernah surut sedikitpun kepada anak-anaknya. Maka sudah keharusan anak juga menyayangi dan mencintai sepenuh jiwa dan seluruh raga untuk membuktikan perjuangan dan pengorbanan mereka berdua kepada anaknya yang tak terhingga. Hal ini bukan soal adat atau tradisi, tapi kewajiban seorang anak kepada orang tua untuk berbakti. Sebagaimana banyak dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits Nabi. 

Orang tua adalah terbaik yang akan selalu menyayangi anak-anaknya, sampai kapanpun dan di manapun itu tidak bermasa. Mereka berdua tidak akan pernah menyakiti hati anaknya. Mereka juga akan tetap berusaha selalu hadir saat anaknya sedang kesusahan, sekalipun wujudnya bukan lagi anak kecil. Orang tua akan selalu ada di sisi anaknya, baik dalam moment bahagia dan terpuruk. Oleh karena itu, jangan sampai berlaku tidak sopan kepada orang tua dengan berkata kasar, atau menyuruh-nyuruh orang tua seenak jidatnya.

Lagi-lagi kita harus mengambil pelajaran dari sebuah Film Adzab di salah satu stasiun televisi. Bagaimana anak dengan lancangnya menjadikan orang tua, terutama ibu sebagai pembantu. Di mana logika berpikirnya. Ah... Itu cuma cerita fiktif kok? Sebagai muslim yang baik, kita harus senantiasa mengambil pelajaran dari sebuah kejadian. Seperti adagium Arab populer:
خذ الحكمة ولو من دبر الدجاج
"Ambillah hikmah walaupun dari pantat ayam." 

Sedari kecil, orang tua sudah sangat keras kehidupannya. Usia beranjak tua bukan lagi untuk bekerja yang keras-keras. Orang tua juga perlu mengistirahatkan tubuhnya yang sudah mulai membungkuk. Orang tua tidak akan menolak kemauan anak selagi bukan maksiat karena cinta dan sayangnya yang sangat tinggi. Padahal kalau dipikir secara logika, anak tersebut jauh dari memperlakukan orang tua dengan istimewa, malah sebaliknya memperlakukannya dengan hina. 

Seorang anak harus memperlakukan orang tua dengan istimewa. Menyayangi dengan sepenuh jiwa, seluruh raga dan seutuhnya cinta sebelum mereka tiada meninggalkan dunia. Maka sebelum penyesalan itu datang, anak lebih baik mengantisipasi agar penyesalan tidak terjadi. Dengan cara bagaimana? Yakni, menjadi anak yang bermakna, anak yang bisa membanggakan, anak yang bisa membahagiakan dan anak yang Sholeh-sholehah harapan mereka berdua setelah kembali ke alam baka. 

Membahagiakan orang tua cukup dengan hal-hal sederhana, tapi besar menfaatnya. Seperti membantu mencuci pakaian, ikut memasak, beres-beres rumah dan stand by di rumah tidak keluyuran saat libur pondok atau sekolah umum. Dengan begitu kalian menjadi anak yang perduli dengan keadaan orang tua. Mengutip dauhnya guru, "Jadilah santri ketika libur dinanti orang tua dengan penuh bahagia dan saat kembali dirindukan karena akhlak-akhlak terpuji yang ditampilkan saat pulang ke kampung halaman masing-masing." 

Dalam Hadist Nabi dijelaskan"Surga di bawah telapak kaki ibu". Jika surga sudah jelas-jelas di bawah telapak kaki ibu (Keridhoan orang tua) maka sudah seharusnya anak menjaga dan memperlakukan sebaik-baiknya. Jangan dilupakan, jangan dihinakan dan jangan dikecewakan. Jadikanlah mereka sebagai sosok istimewa, spesial dan luar biasa dengan cara menciptakan suasana bahagia, gembira dan bangga di sisa-sisa umurnya. 

Kalau itu dilakukan dan orang tua Ridho, maka tiket surga sangat mudah didapatkan. Karena sesungguhnya Ridho Alloh SWT bergantung kepada Ridho orang tua.

Perpustakaan Umum Al-badar
Catatan Mtz
11 Muharrom 1444 H. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...