Sepanjang perjalanan hidup, orang tua selalu memastikan kalau kehidupan anak-anaknya bahagia dan gembira. Itu semua karena cinta dan sayangnya yang tidak pernah hilang. Apabila orang tua terus-menerus mencintai anaknya, maka seorang anak juga harus memastikan kalau cintanya tidak akan pernah putus. Meskipun dia berdua sudah tidak ada.
Kenapa cinta orang tua sangat sulit untuk dilupakan? Kenapa sayang orang tua sangat sukit untuk dihilangkan? Kenapa petuah orang tua sangat sulit hilang dipikiran. Jawabannya hanya satu
Sebab cinta, sayang dan nasehatnya meskipun sangat sederhana mereka menggunakan hatinya dalam mencintai, menyayangi dan menasehati. Mereka sangat paham keadaan anak-anaknya sejak kecil. Mereka berdua sangat hafal karakter tentang apa yang membuat anaknya bersedih dan bahagia.
Karena itulah, kalam hikmah orang tua sangat sakti dan bisa mensugesti dari kesedihan kepada kebahagiaan. Bahkan saking saktinya, sugesti itu terus-menerus menggema di gendang telinga meskipun mereka sudah lama kembali ke haribaan sang maha cinta. Hebat kan !
Mereka berdua sudah sangat keras menjalani kehidupan ini demi kebahagiaan keluarga, terutama anak-anaknya. Mari kita lihat dengan penuh kesadaran dan hati terbuka bahwa dari seorang ibu, anak bisa belajar tentang ketulusan dan keikhlasan. Sewaktu kita berupa seongok daging, ibu sudah sangat direpotkan; mulai dari mengandung, melahirkan dan menyusui.
Dari seorang ayah, anak bisa belajar tentang pengorbanan. Ayah rela berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, mendedikasikan kesehatan dan waktu santainya bekerja. Mulai dari tukang becak, bergemul dengan tanah liat menjadi genting (Tukang genting) bercocok tanam di ladang (Petani), beradi di atas bagunan yang sewaktu-waktu naas dia jatuh, maka pilihannya hanya dua; mati atau patah tulang. Begitupun dengan profesi-profesi yang lain.
Jika mereka masih hidup, bahagiakan mereka dengan tidak membentaknya, bahagiakan mereka dengan selalu memberikan kabar meskipun via telepon, bahagiakan mereka dengan semampunya. Bahagia tidak usah berbentuk barang mahal brendit. Dari yang paling sederhana saja mereka bahagia asal kita peka, seperti mereka dahulu membahagiakan anaknya dengan mobil-mobilan harga lima ribu.
Saat orang tua sudah berpulang ke Rohmatulloh, bukan berarti anaknya berhenti membahagiakan mereka. Ziarohi makamnya, mengaji dan berdoalah untuk mereka berdua, sedekahkan atas nama mereka berdua. Beliau berdua pasti bahagia di sana. Bukankah dalam hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ad-dailami dijelaskan
إِذَا تَرَكَ اْلعَبْدُ الدُّعَاءَ لِلْوَاِلدَيْنِ فَإِنَّهُ يُنْقَطِعُ عَنْهُ الرِّزْقُ (رواه الديلمي)
Jika seorang hamba meninggalkan do’a untuk kedua orang tuanya maka akan disempitkan rizkinya.
Kalau sampai saat ini seorang anak masih teringat betul kenangan indah bersama orang tua dan di saat mereka berpulang ke Rohmatulloh anaknya sangat terpukul, itu bukan karena anaknya yang hebat dan berbakti, tapi karena cinta mereka berdua yang tidak pernah putus meskipun waktu semakin merangkak maju.
Catatan Mtz
07 Muharrom 1444 H
Sokobanah Sampang
Komentar
Posting Komentar