Saat kecil duhulu, di bangku sekolah paut dan TK, bahkan sampai SD diajarkan nyanyi: "Satu-satu aku cinta Alloh.
Dua-dua aku cinta Rosululloh
Tiga-tiga cinta orang tua
Satu dua tiga cinta semuanya."
Cinta sejati itu, saat melakukan kebaikan, dibalas sepuluh kali kebaikan, bahkan bisa sampai 700 kali. Cinta sejati itu, saat kau mendekat pada-Nya satu jengkal, ia mendekat padamu satu hasta. Saat mendekat satu hasta, ia mendekat satu dapa. Saat mendekat dengan berjalan, ia mendekat dengan berlari.
Cinta sejati itu, saat kau bahkan melupakan-Nya, ia tetap memberikan seluruh kasih sayang-Nya. Menunggumu kembali membukakan pintu maaf yang amat sangat luas, bahkan jika kesalahanmu sudah seperti gunung.
Tidak ada yang lebih sejati dari cinta Alloh SWT kepada hamba-Nya. Bahkan jika seorang hamba berjalan menuju-Nya, maka Alloh berbisik mesra, "Aku duduk bersama orang-orang yang menyebut nama-Ku." (Ana Jalisu Man Dzakaroni). Jika orang hanya bisa duduk melantun Dzikir, maka Alloh berjanji, "Jika hamba-Ku berjalan menuju-Ku, maka aku akan berlari menyambut-Nya. (Wa in atani yamsyi, ataytuha harwalatan).
Begitulah cinta Alloh kepada hamba-hamba-Nya, terus menjema saat hamba tersebut dalam keadaan duduk, diam dan saat berjalan menuju-Nya. Pendosa, pembangkang dan penghianat jika dia bertobat tetap akan diampuni oleh Alloh SWT. Karena itulah, cinta sejati Alloh kepada hamba-hamba-Nya yang paling murni. Sehitam apapun, jika ia bertaubat, pasti selalu bisa kembali putih. Sebesar dan seluas itu cinta Alloh kepada hamba-Nya sehingga harus dijadikan cinta pertama.
Rasa cinta Baginda Rosululloh kepada ummat-Nya wis tak usah dipertanyakan lagi. Kesabaran hati dalam membimbing dan keteguhan jiwa raga dalam berjuang. Ia mampu menyelesaikan tugas mengubah peradaban yang gilang gemilang, membawa seluruh ummat-Nya dari kelamnya lembah kejahilan menuju alam yang penuh dengan keilmuan.
Mana ada manusia yang hidup dalam keadaan tertekan? Dicaci maki, dilempar batu, ditimpuk kotoran, diludahi, diperangi, bahkan menjadi buronan untuk dibunuh. Tapi Baginda Rosululloh Saw sebegitu mencintai ummat-Nya. Di penghujung waktu menuju ke haribaan sang maha pencipta sangat mengkhawatirkan ummat-Nya, "Ummati... Ummati.." begitu lirihnya di detik-detik terakhir kekasih Alloh menutup mata.
Apakah cinta kepada Baginda Rosululloh Saw ini tidak pantas menjadi cinta kedua setelah cinta kepada Alloh. Perjuangan dan pengorbanan cinta yang sangat luar biasa.
Ridho Alloh tergantung Ridho orang tua. Dalam kesempatan lain, Rosululloh Saw pernah menjelaskan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi bahwa orang tua pintu surga yang paling baik. Jadikanlah cinta kepada orang tua di atas cinta dunia lainnnya; cinta setelah cinta Alloh dan Rosul-Nya.
Orang tua harus dicintai dengan sebenar-benarnya cinta. Jangan sampai cinta kepada pekerjaan, kepada istri dan yang lain melebihi cinta kepada orang tua. Mereka tidak begitu membutuhkan kemewahan dan hartamu yang melimpah ruah, karena meskipun engkau berikan seluruh kekayaan seorang anak kepada orang tua tidak akan pernah mengganti setetes air susunya. Jadi tidak usah sombong !
Seringkali di televisi nasional ada tayangan film hidayah bisa diambil pelajaran. Meskipun cerita fiktif, tapi tidak menutup kemenangan kejadian itu akan menimpa kita.
Di saat sang suami ditelepon oleh ibunya menyuruh untuk pulang ke kampung halaman karena sudah lama tidak pulang dan kebetulan ayahnya sudah sakit-sakitan. Lalu istrinya mendengar percakapan suaminya dengan ibu mertuanya. Tiba-tiba saja, ketika sang suami ingin pulang kampung dan berpamitan, istrinya marah-marah tidak jelas. Dengan dalih, keluarga kecilnya juga sedang membutuhkannya juga, apalagi pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Karena takut kepada sang istri, niat pulang dan bertemu dengan orang tua pupus.
Hari berganti hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun pun berlalu dilupakanlah ibunya, dilupakannya ayahnya, dilupakan kedua orang tua keriput yang membesarkan dan mendidiknya dulu. Hanya gara-gara istrinya. Itu salah satu kadang contoh di kehidupan nyata yang kemudian diangkat menjadi cerita.
Maka dari itu, penting mencari pasangan hidup yang Sholeh atau Sholehah, paham agama. Pilihlah calon suami yang bisa mengerti keadaan perempuan. Begitupun laki-laki, memilih perempuan yang tidak hanya sayang dan cinta kepada dirinya sendiri, tapi juga kepada keluarganya. Walau bagaimanapun orang tua harus dicintai secara totalitas setelah cinta kepada Alloh, Rosul-Nya.
Sunan Ampel 05
Catatan Mtz
07 Muharram 1443 H.
Komentar
Posting Komentar