Langsung ke konten utama

SUDAH SAATNYA MENUTUP TELINGA

Hidup ini indah jika dijalani tanpa didikte orang lain, tentram tanpa mendengarkan ejekan dan ghibahannya. Ketika seseorang tampil di depan umum hanya untuk mendapatkan simpati dan pujian, maka ia sudah keluar dari dirinya yang sebenarnya, berpura-pura baik, pura-pura ganteng, pura-pura pintar dan pura-pura lain. 

Memaksakan diri menjadi orang lain itu melelahkan karena harus berkamuflase. Di rumah menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, tapi ketika keluar berlagak sok pintar. Lantas setelah pujian dan sanjungan orang-orang yang sebenarnya tidak berhak didapatkan menjadikan ia senang berkepanjangan? Atau malah sebaliknya, petaka yang sebentar lagi akan menghampiri? 

Menjadi diri sendiri itu bahagia tanpa mendengarkan ejekan dan ghibahan orang di sekitar. Fokus menjadi manusia berkualitas dengan tidak menjadikan omong kosong sekitar sebagai perioritas. Setiap makhluk bernyawa pasti tidak akan sepi dari yang namanya pujian dan cacian bukan? Ketika mendapatkan kenikmatan berupa sanjungan jangan mudah baper, jangan-jangan itu cara setan untuk membuatnya puas diri dan terlena. Begitupun sebaliknya, ketika mendapatkan cacian dan makian, mungkin itu cara Alloh SWT menaikkan derajatnya melalui cacian orang lain. 

Jika mendengar suara alam alias ghibah biarkan saja. Anggap itu anugrah terindah dan bukti bahwa Alloh menciptakan makhluknya berbagai macam jenis. Sebuah makhluk yang sangat kritis, cerdas dan lebih tahu dari orang yang dibicarakan. Tapi sebagai makhluk berkualitas, harus senantiasa mengambil menfaat. Meskipun itu dari orang yang tidak disenangi. Di dalam hidup terkadang kita perlu menerapkan kaidah para ulama ini,
" خذ ما صفا ودع ما كدر "
Jika itu masih ada nilai baiknya maka ambillah pelajaran dan selain itu tinggalkanlah" 

Memposisikan diri pada situasi nyaman, damai, adem dan tentram tanpa mendengarkan usikan siapapun. Biarkan mereka berbicara sesuatu sampai berbusa. Toh, alasan kita bertindak bukan karena respon mereka yang antipati. Kalau katanya Ning Zulfa, "Mau dicaci yang tetap sholat, mau dikritik yang tetap makan, mau dihujat tetap bahagia." Bertindak bagaimanapun dan bersikap seperti apapun tetap saja kita tidak bisa memaksa orang lain untuk suka. Maka jalan terbaiknya adalah tutup telinga atas ejekan dan ghibahan. 

Waktu kita terlalu mahal untuk disibukkan mendengar kritikan yang cenderung menjerumuskan. Seperti contoh, ketika lebih fokus omongan orang yang menyebabkan hati terjatuh dan berhenti untuk melakukan kegiatan yang menfaat. Karena sudah jelas, apabila selalu memikirkan komentar orang, maka sungguh akan menjadi tawanannya.  

Teruslah berbuat baik, melakukan tugas tanpa mendengarkan komentar-komentar ghaib. Hilangkan semua apa yang membuat panik dengan sholat, membaca kitab atau buku, menonton YouTube konten berfaidah serta berteman dengan orang-orang yang pikirannya positif tidak mudah membicarakan orang lain. 

Melatih diri untuk senantiasa melakukan apa yang bermanfaat, karena sejatinya tidak akan ada jalan selamat dari perkataan pahit manusia. Memaksa semua orang untuk suka dengan tindakan yang kita lakukan merupakan sesuatu yang tidak tercapai. Jika hanya karena dibicarakan jelek orang lain sedih dan tidak mau bertindak, kapan suksesnya apa yang direncanakan. Maka dari itu saatnya tutup telinga, paksa dan kuatkan hati untuk menerima dan dijadikan bahan evaluasi untuk penguatan diri menjadi hamba yang dicintai. 

Catatan Mtz
Gedung Madrosah Wustho.
20 Dzul Hijjah 1443 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...