Khidmah kepada orang tua mempunyai ruang sangat luas. Bukan hanya di masa hidup, di hadapan mereka, atau bahkan saat sikap yang bisa membanggakan kepada mereka. Meminta idzin saat melakukan sesuatu, memberitahu soal keadaan yang membuat mereka bahagia merupakan bagian dari Birrul Walidain amat sangat penting dalam islam.
Berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban. Demikian dalam Islam, Al-Qur'an menguraikan secara jelas perintah berbuat baik kepada keduanya. Dalil-dalil tentang Birrul Walidain telah lama dikenal atau perlu diuraikan kembali menggunakan bahasa yang mudah diserap, mengingat banyaknya anak yang belum menjadikan orang tua sebagai kebaikan dunia dan akhirat.
Melihat fenomena yang terjadi saat ini, sepertinya perlu untuk mengulang dalil kewajiban Khidmah dan patuh kepada orang tua. Perlu meski sudah tahu, atau bahkan menghafalnya. Karena kebiasaan orang-orang tahu, tapi lupa; tahu tapi tidak mau; tidak tahu tapi tidak mau tahu; atau tidak tahu dan mau tahu. Oleh sebab itu, dalil agama memang harus senantiasa diserukan, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial (Akhlak). Sebagaimana misi Rosululloh Saw diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Alloh SWT menyinggung dalam Firman-Nya agar senantiasa patuh kepada orang tua, memberitahu bagaimana pengorbanan orang tua. Lebih-lebih seorang ibu. Sebagaimana bunyi Suroh Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." Ayat di atas mengingatkan anak-anak di seluruh penjuru dunia bahwa, kebaikan orang tua sebelum memerintahkan bersyukur.
Seorang anak harus menghormati ibu karena mengandung sampai melahirkan. Selama mengandung, ibu dengan sabar cukup berat mulai dari bulan pertama. Kandungan semakin besar, semakin berat dan semakin lemah hingga tiba waktunya melahirkan. Kemudian setelah melahirkan ibu harus menyusui dan merawatnya dengan sepenuh hati.
Pesan mendalam, seringkali anak melupakan kasih sayang dan kebaikan orang tua. Alloh SWT menyebut jasa-jasa yang telah di terima dari mereka. Sehingga sulit untuk membalas jerih payahnya. Justru yang sering dijumpai adalah, anak lebih melihat kekurangan dan mengingat saat apa yang diinginkan tidak diberikan. Padahal kasih sayang dan pemberian orang tua bukan hanya saat beranjak dewasa, tapi jauh sebelum dia lahir ke dunia.
Dalam pandangan agama, anak adalah titipan dan tanggung jawab besar kepada orang tua. Begitupun seorang anak, juga memiliki tanggung jawab dan mempunyai kewajiban untuk melaksanakannya. Meskipun Al-Qur'an, Hadits Nabi dan kalam ulama sudah mengurai jelas tentang sikap yang harus diperhatikan masih saja ada ketimpangan terjadi. Terutama tanggung jawab anak kepada orang tua.
Suatu kisah yang mungkin bisa dijadikan teladan dan inspirasi bagi para anak di zaman Modern ini. Tokoh besar di usianya yang sudah tidak muda lagi. Beliau adalah As-Syahid Syeikh Muhammad Sa'id Romadhon Al-Buthi, ulama sukses melahirkan banyak sekali karya-karya, menjabat Dekan di Fakultas Syariah universitas Damaskus dan dosen di bidang Al-Qur'an. Sosok ulama besar yang satu ini meminta idzin kepada ayahnya Syeikh Mulla hanya untuk menghadiri jamuan makan malam dan memperpanjang kunjungannya di Al-ladzikiyah, sampai Jum'at pagi.
Bermula ketika As-Syahid Syeikh Muhammad Sa'id Romadhon Al-Buthi diundang oleh Rektor Al-ladzikiyah salah satu kampus beliau mengajar. Undangan jamuan makan malam dalam rangka anniversary satu tahun kampus Al-ladziqiyah. Sang rektor menemui Al-Buthi yang sedang duduk bersama Dr. Ahmad Bassam. Keduanya sedang asik diskusi tentang merealisasikan pendirian perpustakaan kampus.
Dr. Ahmad Bassam langsung mengiyakan undangan dari rektor universitas Al-ladziqiyah, sementara Al-Buthi tidak langsung menyatakan bersedia, beliau dengan halus meminta idzin kepada ayahnya di Damaskus.
Al-Buthi diajak oleh Dr. Ahmad Bassam ke kantornya agar menghubungi via telepon kepada ayahnya di Damaskus. Sangat terlihat Al-Buthi penuh Takdzim saat menelepon sang ayah. Al-Buthi menyampaikan perihal undangan makan malam Rektor Al-ladzikiyah kepada ayahnya sehingga harus memperpanjang jadwal kunjungannya sampai hari Jum'at pagi. Setelah itu Al-Buthi menutup sambungan telepon dengan ayahnya, beliau menjelaskan bahwa sang ayah tidak mengizinkan dan dia harus tetap pulang sesuai jadwal.
Akhiron, meminta idzin kepada orang tua saat melakukan sesuatu boleh dibilang bukan spesial, biasa dan lumrah terjadi. Tapi, kisah yang dialami oleh Al-Buthi menjadi tidak biasa lantaran di usianya yang 40 tahun masih meminta idzin. Ketika tidak diperkenankan tidak ada sedikitpun berkata "tidak" ketika sang ayah berkata "jangan". Rasanya patut dicontoh oleh anak-anak di zaman ini.
Catatan Mtz
Loka coffe
Komentar
Posting Komentar