Orang tua rela melakukan apa saja demi melihat anaknya bahagia, mereka rela menaruhkan jiwa dan raganya demi melihat anaknya gembira. Orang tua rela menjadi seperti lebah, pergi bermil-mil ke tempat lain untuk menghisap bunga. Untuk itu mereka harus terbang sepanjang hari.
Penelitian tentang lebah menunjukkan bahwa mereka meninggalkan sarang di pagi buta saat hari masih gelap, dan kembali di waktu senja sebelum matahari tenggelam saat hari masih terang. Begitupun dengan orang tua, terutama seorang ayah. Di saat sang anak terlelap tidur dia telah pergi meninggalkan rumah. Saat kau tertidur juga dia datang kembali. Pergi pagi hari, pulang malam hari. Begitulah rutinitas orang tua.
Berbagai macam profesi mereka lakukan demi sesuap nasi untuk keluarga di rumah. Ada yang berprofesi sebagai penjual sayuran di pasar. Di saat pagi buta pergi ke pasar menjual sayuran, bahkan di salah satu pasar tradisional, ada sebagian penjual sayuran berangkat waktu Maghrib untuk berjualan di pagi hari dan berharap bisa laku di sepanjang malam hari. Ya kira-kira setelah sholat Isya'sudah tutup, tapi mereka masih tetap jualan walaupun waktunya sedikit. Hal ini mereka lakukan, demi nafkah, demi keluarga yang dicintainya.
Ada yang berprofesi sebagai tukang genting, rela bergumul dengan tanah liat. Berdiri di bawah terik matahari ketika membolak-balik genting dan rela basah kuyup saat hujan tiba-tiba, sedangkan genting masih dijemur dengan jumlah yang cukup banyak. Semua itu dilakukan demi nafkah untuk keluarga.
Ada juga yang berprofesi sebagai petani, pergi ke sawah dengan berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Berjuang mencari nafkah demi anak yang dicinta.
Jangan pernah merasa rendah jadi anak tukang sayur yang berangkat di pagi buta, jualan di pinggir jalan karena berkat bantuan mereka seseorang yang tidak usah ke sibuk-sibuk bercocok tanam dan panen. Sebab tukang sayurlah, mereka bisa makan dengan aneka resep masakan bergizi.
Jangan pernah tidak percaya diri untuk menjadi orang sukses karena hanya orang tua berprofesi sebagai tukang pembuat genting. Tanpa mereka, mungkin orang-orang kaya, dalam hal ini pembisnis dan pejabat tidak akan merasakan teduhnya di saat hujan dan gerahnya di saat matahari mengitari bumi. Pun, jangan pernah jika orang tua berlatar belakang seorang petani. Tanpa mereka mungkin penduduk bumi tidak akan pernah menikmati lezatnya nasi.
Petani yang berjalan kaki dengan jarak tempuh yang jauh, tukang genting di siang hari dengan terik matahari dan tukang sayur berangkat di pagi hari merupakan pekerjaan yang harus dihargai dan dihormati. Jangan sampai ada anak yang tidak bangga karena profesi orang tua. Selagi halal kenapa tidak, mereka kerja keras dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya demi keluarga dan anak di rumah.
Demi keluarga dan anak yang masih ada dalam pendidikan pesantren, rela berpanas-panasan di bawah terik matahari, berjualan di pinggir jalan, kadang masih disenggol oleh pengemudi yang melintasi jalan karena dianggap mengganggu. Mereka tidak pernah merasa malu selagi tidak mengemis dan melakukan apa saja yang penting halal, anak bahagia, senang dan gembira. Maka tidak alasan lagi kenapa kita harus bangga kepada mereka.
Catatan Mtz
Perpustakaan Umum Al-badar
03 Muharrom 1444 H.
Komentar
Posting Komentar