Waktu semakin merangkak maju, hari demi hari berlalu begitu cepat sehingga membuat tidak sadar diri, kalau seonggok daging yang semula tidak tahu apa-apa sekarang sudah bisa merangkak, bisa berbicara walau hanya terbata-bata dan bisa mengerti ketika ada yang mengarahkannya.
Tumbuh kembangnya semakin tampak, yang semula digendong, kini sudah mulai berjalan merangkak. Di masa ini ayah dan ibu sangat senang melihat kepandaian yang ditunjukkan. Kemudian dengan pelan ibu mengajarkannya berbicara meskipun hanya dua atau tiga kata. Jika semula seonggok daging keluar dengan menangis, kini sudah bisa tertawa dan berbicara ala kadarnya.
Setiap hari setiap waktu ayah dan ibu kebahagiaannya tidak pernah surut sebab melihat kepandaian sang buah hati. Tapi juga sebaliknya, ketika seonggok daging itu sakit, ibu merasa khawatir, gelisah dan tidak enak makan. Tengah malam dia tidak bisa tidur karena sang buah hati panasnya tinggi dan rewelnya luar biasa. Hal ini bisa disaksikan sendiri bagi yang punya adik. Saat adikmu sakit, wajah ibu yang semula riang gembira berubah muram durja karena melihat separuh jiwanya sakit. Hal itu juga sama ketika kita masih kecil dulu, tidak ada bedanya.
Kasih sayang ibu yang berlebihan bukan lebay, tapi memang itu bawaan. Dalam satu Channel YouTube Rans Entertainment perbincangan antara Rita Amelia dan Nagita Slavina yang tidak lain adalah ibu kandungnya. Sang ibunda menyampaikan, "Waktu kecil gigi tidak pernah saya biarkan tergores sedikitpun. Bahkan digigit nyamuk saja saya nangis, "Maaf ya mamah tidak bisa jagain." Ungkap Rieta Amelia.
Masa-masa itu begitu sangat indah dan mempesona. Betapa banyak orang sekarang ini mengeluh ingin kembali ke masa kecil dulu. Apakah dengan demikian tidak cukup membuktikan kalau ibu dan ayah adalah sosok yang luar biasa hebatnya, mengajarkan berbicara dengan harapan agar cepat bisa berbicara dan bisa menjadi teman curhat ketika sudah dewasa. Coba panggil "iiiibbuuuuuk" ejaannya sangat pelan, dengan tersenyum seonggok daging itu mulai mengeluarkan suara "Buk.... Buk ....." Gelagat seperti ini membuat wanita mulia itu bahagia hingga rasa lelah dan Letihnya karena kesibukan di dapur dan di sumur hilang seketika.
Perlu disadari bahwa pengorbanan orang tua sangatlah tidak mudah; ada air mata perjuangan dan pengorbanan dalam setiap langkahnya. Dia rela menjadi perisai tatkala ada bahaya mengancam dan menjadi tempat paling aman bersembunyi dalam peluk hangatnya. Tapi ketika orang tua itu sudah kembali ke haribaan, seonggok daging yang semula dimanja dan dicinta harus berdiri dengan hati telanjang tanpa perisai apapun.
Jangan sampai pengorbanannya dibalas dengan sikap cuek acuh tak acuh dan memberikan muka muram ketika ada di hadapannya, banyak alasan saat dimintai tolong, durhaka dan memperlakukan mereka yang sebenarnya sudah dilarang dalam Agama. Kewajiban seorang anak adalah berbakti dengan sebenar-benarnya bakti, bukan malah membuat mereka terbebani atas kelakuan kita yang tidak tahu diri. Cukuplah mereka menanggung pahit dan getirnya di masa kita masih kecil.
Maka dari itu, sudahkah membahagiakan mereka? Sudahkah menjadi anak yang berbakti dan berarti untuk mereka? Sudahkah mendoakan kebahagiaan dunia dan akhirat mereka? Sudahkah menyayangi mereka seperti mereka menyayangi di masa kecil dulu?. Atau malah sebaliknya; lupa atas segala jasa-jasanya? Kalau demikian, cepatlah meminta maaf dan berjanji untuk senantiasa membahagiakannya.
Sebagai anak seharusnya berbakti kepada orang tua. Minimal dengan tidak membuatnya sakit hati, atau syukur-syukur bisa membuat mereka bangga, serta merawatnya dengan kasih sayang. Jangan sampai menyakiti hati mereka. Jangan pernah berhenti juga untuk didoakan, karena doa orang orang tua sangat mustajab untuk anak-anaknya. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang tua pada anaknya,” (HR Ibnu Majah). Dalam keterangan yang lain juga disampaikan bahwa doa ibu kepada anaknya sama seperti doa Nabi kepada Ummat-Nya.
Lagi-lagi perlu merenung, betapa hebat dan sabarnya sosok ayah dan ibu, mengajarkan berbicara, merangkak, berjalan hingga usia beranjak naik, tubuh semakin tinggi dan berat badan semakin naik. Semua itu orang tua ajarkan dengan penuh cinta. Tanpa mereka berdua mungkin seonggok daging yang dulu tidak berarti tidak akan berdiri tegak, bicara dengan fasih dan berwawasan luas seperti sekarang. Maka sudah menjadi kewajiban yang tidak boleh ditawar lagi untuk mencintai dan menyanyi sebagaimana mereka menyayangi dan mencintai waktu masih kecil dulu.
Catatan Mtz
28 Dzul Hijjah 1443 H
Gedung Madrasah Tsanawiyah.
Komentar
Posting Komentar