Waktu masih kecil, setiap pulang sekolah sudah menjadi rutinitas wajib stand by di depan televisi. Maklum, karena zaman saya dulu, smartphone masih tidak secanggih sekarang. Jadi kalau tidak main, ya.. nonton
TV. Drama kolosal dan FTV menjadi suguhan menarik di jam-jam pulang sekolah. Iya kali nonton berita yang sarat dengan hiruk-pikuk politisi dan meroket anjloknya ekonomi . Itu mah bukan tontonan kami para bocil yang sedang kasmaran monyet terjebak cinta lokasi di sekolah.
Drama kolosal menceritakan sejarah zaman kerajaan, sedangkan FTV mayoritas alur ceritanya percintaan. Semuanya sukses menarik perhatian para peminat televisi waktu itu. Dari sekian banyak film tayangan, rata-rata alur cerita FTV tentang, perselingkuhan cowok atau cewek, pura-pura miskin hanya ingin tahu ketulusan cinta. Perempuan matre dan lain-lain. Mereka mengandalkan parasnya yang cantik jelita dan lekuk tubuh yang menawan.
Setelah dewasa saya baru menyadari ternyata apa yang ditayangkan sesuai situasi dan kondisi yang sedang marak di zamannya. Begitupun sekarang, produksi film masih sama "Perempuan Matre" cuma pemainnya dan tempatnya yang berbeda. Alur ceritanya masih sama.
Realistis saja, hampir semua perempuan yang ada di permukaan bumi "Cinta itu akan datang jika ada uang". Cinta itu mamang buta, tapi cinta itu tahu mana mobil mana sepeda. Maka tidak salah, jika realistis selalu dijadikan patokan dalam cinta. Sampai kapan engkau akan berpura-pura. Sampai kapan akan tenggelam dalam sandiwara.
Perempuan matre sudah menjadi rahasia umum. Hanya saja di zaman sekarang masanya sudah modern, tentu perkembangan dan perangkapnya juga semakin modern. Mereka sangat realistis dalam mencintai hingga laki-laki sulit membedakan apakah perempuan yang dicintai membalas cintanya yang tulus, atau hanya sok perhatian karena modus. Isi dompet yang penuh berbanding lurus dengan cinta mereka. 😁
Maka jangan pernah percaya dengan perempuan yang mau diajak susah secara suka rela. Karena hal itu hanya mitos. Sejauh yang saya ketahui, kebanyakan prinsip perempuan dalam memilih pasangan adalah lelaki yang tajir dan mapan. Perihal ketampanan itu nomor sekian. Tidak penting dia jelek yang penting dompetnya penuh, ATM berjejer di dompet, mobil kelas menengah dan biaya perawatan ditanggung. Itu sudah cukup
Menurut Perempuan, uban di rambut laki-laki adalah 'Aib. Imro bin Qois pernah berkata:
ارهن لايجبين من قل ماله ولا من راينا الشيب فيه وقوسا
"Aku bertaruh perempuan tidak akan mencintai laki-laki yang uangnya sedikit. Juga laki-laki yang mereka lihat ubannya dan bungkuk." Dalam kesempatan yang lain, Al-Imam Al-Muqri Abu Umar Bin Al-'A'la berkata dalam Syi'irnya:
وأنكرتني وما كانَ الذي نكرتْ
مِنَ الحَوَادِثِ إلاّ الشّيبَ وَالصَّلَعَا
"Dia mengingkariku, persoalan-persoalan yang dia ingkari tiada lain adalah uban dan botak." Akan tetapi, uban itu aib yang mengekor kepada aib kemiskinan. Jika kemiskinan datang, maka jelaslah bahwa uban itu aib.
Namun, jika suami yang botak dan beruban itu adalah orang kaya, berharta dan bertahta maka aibnya akan tertutupi dan tidak diungkit. Bahkan dianggap sebagai kebajikan dan keistimewaan. Dari fenomena seperti ini yang kemudian menjadikan laki-laki tidak mampu berlagak seperti orang kaya dengan aksesoris mahal. Tapi pada kenyataannya dia hanya rental.
Berbeda dengan sosok perempuan cantik jelita masih putra raja lagi. Setiap kali ada laki-laki dari kalangan bangsawan melamarnya selalu ditolak. Sampai datang seorang pemuda Zuhud yang seluruh badannya penuh dengan penyakit gatal, lalu anak raja itu berkata pada ayahandanya, "Jika ayah sayang padaku, maka nikah aku dengan laki-laki itu." Dengan perasaan sangat berat, sang raja menikahkan anaknya dengan laki-laki penyakit gatal-gatal itu.
Setelah menikah, pemuda masuk ke kamar istrinya yang cantik jelita itu. Muka pemuda itu tiba-tiba berubah menjadi layaknya anak kecil berumur 15 tahun lagi sangat tampan rupawan. Anak raja itu berkata, "Wahai suamiku, seandainya fisik yang kupandang pasti aku meminta ayahanda menikahkan aku dengan anak bangsawan di pelosok negeri ini. Masuklah dengan rupamu yang semula. Maka seketika berubahlah wajah suaminya seperti sediakala.
Dari saking setianya putri raja, andaikan suaminya memerintahkan menjilati luka-lukanya tanpa sedikitpun keraguan dia pasti menjilatinya sampai sampai habis sebagai persembahan ketulusan cinta dan pengabdian.
Akhiron, kisah di atas menyindir sisi kemanusiaan muda-mudi di zaman ini, yang hanya menilai manusia lain dari penampilan dan isi dompetnya.
Catatan Mtz
Loka coffe
15 Dzul Qo'dah 14443 H.
Komentar
Posting Komentar