Bagi seorang santri, menuntut ilmu dengan lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya merupakan keharusan. Selain untuk pengembangan diri, tentu nilai yang didapat akan mengantarkan santri lebih dewasa, lebih giat mutholaah dan lebih disiplin waktu agar prestise dan kafah sebagai definisi santri yang sesungguhnya.
Kembalian sudah berjalan satu bulan lebih. Yang jelas semua santri yang ditakdirkan kembali ke Pondok pesantren bahagia karena bisa sowan pada kyai, dewan guru dan tentunya teman-teman dari semua penjuru Nusantara ini dengan keadaan sehat wal Afiat.
Di tahun ajaran baru ini, di momen yang bisa dikatakan fitri, semua santri mengawali semuanya dengan kebersihan hati kembali ke pesantren. Beberapa peraturan Pondok, baik Ma'hadiyah dan Madrosiyah sudah dibacakan oleh pengurus di masjid. Peraturan lama yang masih dipertahankan dan peraturan lama yang kurang maksimal dan butuh dievaluasi dicarikan solusi terbaiknya.
Lagi-lagi ini soal cinta semua yang bertanggung jawab di dalamnya. Cinta yang memberi semangat dan bahagia, cinta yang tulus dari uluh hati, cinta dari pengayom yang tidak pernah surut. Sungguh sangat beruntung sekali para teman-teman yang menimba ilmu yang diperhatikan, dipantau dan didoakan setiap waktu. Begitulah kira-kira kalau dicerna kembali semua tatib yang dibuat oleh para pengurus dan disahkan oleh pengasuh.
Santri yang mengerti dan mempunyai wawasan luas tidak akan pernah merasa keberatan. Apalagi kepikiran sampai tidak kerasan. Karena santri yang baik mempunyai pehaman bahwa ini semua bentuk cinta dari kyai dan dewan pengurus melatih dirinya agar menjadi insan yang benar-benar disiplin serta berilmu dengan akhlak mulia. Dari perkara yang remeh sampai yang paling tinggi kyai dan dewan pengurus mengatur dan sangat memperhatikan. Apalgi dengan yang paling besar seperti setiap malam didoakan agar menjadi santri sejati; santri yang sering disebut oleh kyai sepuh, "Santrinya Rosululloh Saw." Kyai sepuh pasti tidak pernah meninggalkan nama-nama santrinya setiap saat dan setiap waktu.
Sungguh ini bentuk cinta yang tidak pernah dirasakan oleh santri. Meskipun itu dari orang tuanya yang sudah melahirkan. Benar kemudian apa yang dikatakan oleh sebagian ulama bahwa kita harus lebih memuliakan guru, baru orang tua. Karena orang tua merawat kita secara jasmani, sedangkan para guru merawat rohani; mengajarkan kita dekat kepada Alloh dan tahu tentang ilmu-ilmu agama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
فذاك مربى الروح والروح جوهر وذاك مربى الجسم والجسم كالصدف
Artinya, “Dia (guru)-lah pembimbing rohani # rohani adalah mutiara Dia (orang tua)-lah pembimbing jasmani # jasmani layaknya cangkang kerang." Maka sungguh banyak kita berhutang budi kepada kyai dan dewan pengurus yang cinta dan sayangnya sangat tulus. Meskipun secara materi beliau-beliau tidak pernah menerima sepeserpun dari para wali santri, tapi beliau ikhlas dan sangat tulus mendermakan waktu dan tenaga untuk para santri.
Sebagai kesimpulan, di momen yang fitri ini mari bersama-sama niat dengan tulus, penuh kesadaran agar lebih giat, lebih disiplin, lebih ditingkatkan mutholaah dan lebih To'at kepada semua peraturan Pondok. Di mulai dengan niat dan merubah rutinitas di tahun sebelumnya lebih baik dan lebih bermanfaat. Mencintai apa yang sudah ditetapkan dan menjauhi segala apa yang sudah dilarang. Jika ternyata tidak mampu membuat hati kyai dan dewan pengurus bangga dengan perubahan di tahun ajaran baru ini, semoga tidak terjadi sebaiknya. Teruslah berusaha menjadi santri yang bisa dibanggakan oleh kyai, oleh dewan pengurus dengan perilaku akhlak baik dan prestasi-prestasi yang gemilang agar apa yang dicita-citakan oleh kyai sepuh terwujud. Yakni sebagai "Santrinya Rosululloh Saw". Aamiin.
Loka coffe.
04 Dzul Qo'dah 1443 H.
Komentar
Posting Komentar