Andai tidak ada musibah manusia pasti tenggelam dengan sifat kesombongannya, andai saja tidak ada perpisahan pasti manusia akan tenggelam dengan kepemilikannya. Andai saja tidak ada penghianatan pasti manusia tenggelam dalam kepercayaannya.
Seperti itulah manusia, harus menyadari bahwa dia dikatakan manusia melalui air mata musibah. Hingga menjadikannya sadar kalau ternyata dia hidup di bawah kekuasaan Alloh SWT bukan keinginannya. Sebenarnya musibah bentuk kasih dan cinta sang pencipta pada hamba-Nya, agar lebih bersyukur dan belajar. Maka benar apa yang dikatakan oleh Habib Husein Al-Haddar, "Ketika Alloh membuat kehidupan seseorang naik turun bertujuan untuk lebih bermakna."
Seringkali ketika seorang hamba diuji seperti kehilangan orang yang dicintai dia cenderung tidak ikhlas. Padahal di balik musibah banyak sekali hikmah yang terkandung di dalamnya. Ketika seorang hamba diberikan ujian sakit, maka pada hakikatnya Alloh sedang menyiapkan anugerah yang jauh lebih berharga berupa ampunan dan pahala. Ketika seorang kehilangan orang tersayang, dia berbaik sangka mungkin Alloh lebih mencintai-Nya dan mendapatkan tempat yang layak di sisinya. Bukankah prasangka Alloh sebagaimana prasangka hamba-Nya. Seperti yang dijelaskan dalam Hadits Qudsi:
انا عند ظني عبدبي
"Aku sesuai persangkaan hamba pada-Ku)." Hadits ini mengajarkan untuk berhusnuzhon (berprasangka baik) pada Alloh.
Ketika seorang hamba mengadu kepada Robb-Nya "Ya Alloh, hamba belum siap kehilangan". Sejatinya, seorang hamba yang mengaggap sesuatu itu hilang karena sejatinya dia merasa memiliki. Oleh karena itu, Qoda' dan Qodar Alloh harus senantiasa menjadi pegangan ummat manusia ketika tertimpa musibah.
Perihal siap atau tidak siap kembali pada kepribadian masing-masing. Yakni, bagaimana management seorang hamba memegang amanah. Ketika kehilangan merasa bersedih, padahal ketika memiliki dia tidak pernah bergembira dan memegang penuh amanah itu.
Alloh SWT tidak akan pernah membebani satu kehilangan kecuali hamba-Nya memang siap dan pasti untuk menerimanya. Sesuai dengan Firman Alloh SWT dalam Suroh Al-Baqorah ayat 286:
لا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا.
"Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Hamba yang baik adalah hamba yang ridho dengan segala yang menjadi ketentuan Alloh, semua apa yang dimiliki termasuk dirinya sendiri akan hilang cepat atau lambat.
Di dunia ini seorang hamba tidak memiliki kekuasaan apapun, semuanya hanya dititipi. Sebatas Jasa titip akan dikembalikan pada pemiliknya jika telah habis masanya. Kadang tidak dapat dipungkiri ketika mendapat kebahagiaan dari sesama makhluk tuhan menjadikan satu-satunya orang berharga.
Seberapa dalam kita menggenggam untuk dimiliki. Sedalam itupula kepedihan di kemudian hari. Karena sudah bukan wilayah manusia untuk memiliki. Maka didiklah hati untuk dewasa menyikapi apa yang datang dan pergi dengan cara melepas tanpa bekas. Yakni ikhlas.
Catatan Mtz.
Gunung kesan
23 Dzul Qo'dah 1443 H.
Komentar
Posting Komentar