Di Romawi ada salah satu Vihara yang dihuni oleh gadis kaya dan elok rupawan. Tidak ada salah satu wanita pun yang menyamai kejelitaannya. Dia jatuh hati pada pemuda muslim, penjahit baju. Demi cintanya dia rela harta benda dan dirinya sendiri. Namun ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan, sang pemuda selalu menghindar dan tidak pernah menoleh padanya. Bahkan ketika dia sadar gadis cantik itu melihatnya, dia tidak mau lewat lagi di depan Vihara.
Ketika rasa cinta gadis itu tidak bisa dibendung dan terpendem justru menjadi petaka baginya. Tatkala tidak mendapat sambutan sama sekali, rasa itu membuncah dan menghujam semakin dalam dia mencari pelukis yang mahir dan teliti dalam menggambar.
Gadis cantik nan jelita itu meminta sang pelukis untuk melukis pemuda muslim pujaan hatinya dengan imbalan 1000 dinar. Pelukis itu menyanggupi permintaan sang gadis Nasrani. Dia melakukan se-profesional mungkin dan akan menyelesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Dia membawa satu gambar yang seakan hidup dengan sepuan kuas dengan penuh penjiwaan seperti bentuk aslinya. Hanya saja lukisan itu tidak bisa berbicara dan bergerak.
Tatkala gadis Nasrani memandangnya, rasa hatinya lebur dalam khayal dan nurani yang menangis menemukan labuhan. Seketika itu dia pingsan ! Ketika gadis cantik itu siuman, dia memberikan pelukis 1000 dinar lagi.
Sore hari, dia membawa pulang lukisan yang sudah membuatnya pingsan dan meletakkannya di tembok kamarnya. Hampir setiap hari dia memandang lukisan dan mencium dan mengecupnya. Kemudian dia termenung lama hingga gerimis kecil membasahi tempatnya bersimpuh.
Setelah sebulan berlalu dia selalu menangisi . Bukankah tidak berjumpa adalah hal paling menyakitkan dalam Cinta. Seperti pribahasa populer Arab:
مريض القلوب ليس الدوء إلا بلقاء الحبوب
"Sakitnya hari karena tidak ada obatnya kecuali bertemu dengan kekasih."
Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba ada berita yang sangat mengejutkan, sang pemuda telah kembali ke haribaan sang maha pencipta. Saat mendengar cerita itu seketika gadis cantik itu Jatuh pingsan. Dia telah hancur, belum sempat dia mengumpulkan keberanian untuk mengumpulkan rasa yang sudah lama dia pendam sangat dalam. Sang kekasih sudah tiada pergi untuk selama-lamanya.
Gadis Nasrani yang elok kecantikannya melewati hari-hari dengan air mata. Rindu telah merenggut hidupnya. Setiap hari dia merintih, memanggil dan bersimpuh agar kelak disatukan di alam keabadian. Dan pada dasarnya hanya kematian lah yang mampu menjelaskan hakikat cinta itu sendiri.
Tatkala matahari mulai menampakkan wajahnya, ada seseorang yang masuk ke kamarnya dan melihat jasad tanpa nyawa dengan tangan menjulur hendak meraih gambar yang tersenyum di tembok. Si wanita telah meninggal dan di sampingnya ada kertas yang tergurat bait-bait puisi.
Catatan Mtz
Gunung kesan
10 Dzul Qo'dah 1443 H.
Komentar
Posting Komentar