Hidup adalah kesempatan dengan segala peluang-peluangnya. Ada cinta dan sayang, ada luka dan dusta, semuanya akan selalu hadir di tengah-tengah kehidupan sehari-hari. Ada yang ikhlas menjalani, adapula yang mengeluh kenapa semua harus terjadi. Padahal, semuanya adalah kesempatan untuk memupuk diri agar lebih kuat, lebih habat dan lebih dewasa.
Bestari berkata, "Kesempatan tidak akan datang dua kali." Mereka yang tidak memenfaatkan peluang akan terbebani oleh luka penyesalan, karena sudah menyia-nyiakan kesempatan yang sebenarnya kalau dicoba akan diraih. Kesempatan itu laksana orang yang mengetuk pintu, jika tidak dibukakan maka mereka tidak akan melakukan itu seterusnya.
Diceritakan pernah suatu ketika ada burung yang ingin menjadi sahabat laki-laki yang tinggal sendirian. Si burung setiap hari berada di jendela laki-laki yang ingin sekali jadi sahabatnya. Lantas burung itu berkata, "Aku sangat ingin menjadi sahabatmu, maka bukalah jendela ini, agar kita bisa hidup bersama." Laki-laki itupun menjawab, "Itu tidak mungkin, bagaimana saya bisa bersahabat dengan selain manusia, sedangkan kamu hanyalah seekor burung." Burung itu terus bersikukuh ingin masuk, tapi laki-laki tetap tidak memberikan Idzin.
Di hari ketiga burung itu datang dengan harapan semoga laki-laki itu bisa membukakan jendela rumahnya, tapi ternyata keputusannya masih sama. Hingga burung itu berteriak, "Aku mohon, bukalah jendelanya. Aku mau masuk. Musim dingin akan segera tiba. Dan kamu tahu, aku tidak bisa hidup dalam kedinginan. Jika kamu tega terus tidak mau membukakan jendela, maka terpaksa aku harus pindah Negera yang sedang musim panas. Namun pengaduan si burung hanya membuat laki-laki itu emosi dan menjawab dengan ketus, "Enyahlah dari pandanganku, aku mau menyendiri. " Seketika burung itu terbang jauh.
Selepas burung itu terbang jauh hilang dari pandangan mata, seketika itupula laki-laki itu menyesal karena sudah menjawab dengan ketus. Kemudian dia menyesali segala perbuatannya dan berguman, "Kenapa saya tidak membukakan jendela untuknya. Otomatis aku akan mempunyai teman baru dan tentunya tidak kesepian lagi." Setiap hari laki-laki itu membuka jendelanya dengan harapan semoga nanti burung itu datang kembali, dan ingin mempersilahkannya masuk untuk hidup bersama dengan menjadi sahabat sejati.
Tapi apakah penyesalan dan kesempatan kedua itu akan datang lagi? Setiap hari setiap waktu laki-laki itu mengharapkan kedatangan si burung di kala sudah musim panas. Namun pada kenyataannya burung itu tidak kunjung datang dan hanya penyesalan yang tersisa dalam benak hidupnya, karena sudah menyia-nyiakan kesempatan.
Dalam perihal jodoh yang sering kali menjadi pikiran paling krusial di hati anak-anak muda. Jika sudah ada kesempatan, maka jangan sampai perbedaan kasta menjadi pemicu utama tidak kecocokan. Perbedaan atau kekurangan pada pasangan sejatinya adalah menyempurnakan satu sama lain. Bukan menjadi alasan yang sebenarnya bukan permasalahan. Kadang ada satu kekurangan pada diri kita bisa disempurnakan oleh satu orang. Layaknya Puzzle-puzzle yang kurang satu dan pasangan itulah penyempurnaannya.
Perihal dijodohkan itulah yang terbaik menurut Alloh, Rosul, orang tua dan kerabatmu. Jadi tidak usah gaya-gaya mau bunuh diri. Karena orang tua lebih tahu siapa yang pantas untuk anaknya. Orang tuamu takut jika anaknya harus disia-siakan oleh orang yang menjadi imamnya kelak. Maka dari itu, al-Imam Zain Ad-Din Al-Iroqi pernah berkata,
النكاح رق، فلينظرا اين يضع كىيمته
"Nikah itu serupa perbudakan, maka hendaklah masing-masing dari kalian di mana kalian meletakkan Putri kesayangan kalian."
Sebagai kesimpulan, pemuda atau pemudi yang sudah disediakan oleh orang tua merupakan saringan dari beribu-ribu muda-mudi yang pernah dilihat oleh ayah dan ibumu. Jika ada pasangan yang sudah mapan dalam hal agama, maka itu adalah kesempatan bagimu sepanjang menuju jalan Mardhotillah. Jadi jangan disia-siakan. Apalagi harus menentang !. Banyak sekali penyesalan yang dialami anak-anak muda yang dulu tidak mengiyakan pilihan orang tua dan lebih memilih kemauannya sendiri. Karena alasan saat masa pacaran dimanja, dicinta, diperhatikan, disayang dan segala-galanya. Setelah menikah ternyata keromantisan itu pudar dan yang terjadi malah sebaliknya. Di saat seperti ini mereka terbebani oleh dua penyesalan: luka penyesalan dan luka menyiakan kesempatan.
Catatan Mtz
Moh Toyyib Zaen
Loka coffe, 23 Syawal 1443 H.
Komentar
Posting Komentar