Langsung ke konten utama

INI YANG TERBAIK UNTUK KITA

Banyak sekali orang-orang di luaran sana curhat dengan mengumbar-umbar suka cita dan duka citanya di sosial media. Mereka seakan-akan menjadi manusia paling beruntung ketika mendapatkan kenikmatan dan menjadi manusia paling rapuh saat mendapatkan ujian. 

Ketika seorang hamba meminta sesuatu kepada Alloh, kemudian doanya tertunda waktu yang sangat lama atau bahkan tidak diijabah, sejatinya itulah yang terbaik menurut-Nya. Jangan kemudian berburuk sangka hanya karena doa-doa-mu tidak diterima. Padahal cuma satu permintaan. Bagaimana dengan nikmat lain yang tidak ternilai harganya. Jangan sampai kita menjadi hamba versi paling rendah hanya karena sedang patah. 

Di saat orang tua melarang anaknya yang masih kecil untuk tidak makan itu, main itu, dekat itu, pada intinya semua yang dilarang itulah yang sangat diharapkan sang buah hati. Tapi akal sang buah hati belum sampai untuk memahaminya, kalau ternyata larangan yang diberikan orang tua merupakan pemberian dan kasih sayang luar biasa kepada si anak. Karena pada hakikatnya, orang tua lebih tahu apa yang bermenfaat dan apa yang Mudharot bagi sang buah hati. 

Begitupun kasih sayang Alloh dalam segala rahasia yang tidak pernah diketahui. Ketika seseorang hamba miskin, pada hakikatnya Alloh sedang menyiapkan anugerah besar berupa terbebasnya dari sifat kesombongan dan diperbudak oleh harta dunia. Ketika seorang santri tidak begitu cekatan dan tercegah dari kecerdasan hingga mengakibatkan santri tidak naik kelas, pada hakikatnya Alloh sedang mempersiapkan anugerah besar agar terus semangat belajar, serta dijauhkan dari sifat jumawa. Ketika seorang hamba diberikan ujian sakit, maka pada hakikatnya Alloh sedang menyiapkan anugerah yang jauh lebih berharga berupa ampunan dan pahala. Begitupun dengan pemuda atau pemudi yang tidak kunjung dipertemukan dengan tambatan hati, pada hakikatnya Alloh sedang menyiapkan anugerah terindah berupa fokus ngaji dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. 

Perasaan seperti di atas sulit dimiliki seorang hamba yang hanya mengandalkan perasaan dan logika, bukan cinta. Mayoritas, ketika ada seorang hamba menginginkan sesuatu, kemudian tidak diijabah, tentu yang ada adalah perasaan kecewa yang berujung pada menyalahkan. 

Husnudzon harus senantiasa menjadi hiasan dalam kehidupan sehari-hari, agar diri ini tidak gampang kecewa dan menyalahkan apa yang sudah dianugerahkan. Bukankah Alloh Dzat maha pengasih lagi maha penyayang kepada semua hambanya tidak membeda-bedakan, mau yang hitam, putih, kuning dan lain sebagainya. Bukankah Alloh juga Dzat yang maha mengetahui apa yang yang dibutuhkan hamba-Nya, bukan apa yang diinginkan hamba-Nya. Jadi tidak mungkin Alloh tidak mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. 

Ketika seorang ditinggalkan oleh orang tersayang, dia akan berbaik sangka akan ada gantinya yang lebih baik dan lebih bermenfaat. Ketika pengusaha yang awal mula sukses, kemudian bangkrut, dia berburuk sangka dengan berpikiran, "Alloh menyita kotoran hartaku." Ketika santri tidak naik kelas atau tidak lulus, dia berburuk sangka, mungkin usahanya masih kurang dan mencoba di tahun berikutnya dengan lebih giat lagi, hingga menjadikan si santri cerdas dan berprestasi. Seperti yang pernah terjadi kepada Imam Robi' murid kesayangan Imam Syafi'i. 

Hanya saja ujian yang berikan tidak akan membuat manusia bisa sangat kebal tanpa sedikitpun rasa sedih. Bolehlah sesekali menangis, asal jangan keterusan hingga tidak mau menjalani kehidupan yang masih panjang perjalanannya. Karena kita manusia biasa yang juga mengalami sakit, sedih, galau dan lain sebagainya ketika mendapat ujian hidup. 

Sosok panutan sekaliber Rosululloh Saw ketika ujian bertubi-tubi datang atas wafatnya paman dan istri tercintanya beliau juga sedih, hingga Alloh menghiburnya dan terjadilah peristiwa Isro' Mi'roj. Bukan hanya itu, ketika putranya wafar Sayid Ibrohim Rosululloh meneteskan air mata kesedihan, seraya bersabda, "Sesungguhnya air mata tidak akan terbendung, sesungguhnya hati terguncang, dan sesungguhnya aku sangat bersedih karena berpisah denganmu wahai Ibrohim." Sekaliber Rosululloh Saw saja bersedih dan meneteskan air mata ketika ditinggalkan putra tercintanya. Apalagi dengan kita hamba biasa manusia penuh dosa. 

Sebagai kesimpulan, kesedihan, keterpurukan dan kesakitan pasti dirasakan oleh setiap orang yang ditimpa ujian. Namun points pentingnya adalah, mereka tetap tangguh dan tetap yakin akan pertolongan Alloh dalam setiap langkahnya, serta tidak pernah merasa kecewa dan putus asa atas segala yang menimpanya. Semoga kita tergolong hamba yang selalu memahami inti pemberian Alloh dan hati kita tidak pernah sedikitpun menanam buruk sangka, sehingga apa yang datang dari Alloh disambut dengan pikiran yang jernih meskipun di satu sisi air mata mengalir. 

Catatan Mtz
Halaman Sunan Maulana Malik Ibrahim
18 Syawal 1443 H


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...