Guru saya Ust. H. Syaiful Imam Al-Karim, Lc pernah memberikan rumus kehidupan;
"Kalau tahu jangan bilang tidak tahu, agar ilmu tidak membelenggumu nanti di hari pembalasan. Begitupula saat kamu tidak tahu jangan sok-sokan menjawab. Apalagi dalam masalah hukum, karena yang terjadi musibah dengan menyesatkan orang lain akibat menjawab sesuatu yang tidak pernah kamu pelajari."
Ketika seseorang terjebak dalam pertanyaan yang tidak pernah dia pelajari, atau sudah dipelajari tapi tidak paham, maka jawab saja "Saya tidak tahu" atau jawab, "Bentar masih mau dicek lagi di kitab, soalnya saya lupa-lupa ingat." Tidak usah Inseceure karena tidak bisa menjawab. Di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali kanjeng Nabi Muhammad Saw. itupun Kanjeng Nabi Muhammad Saw tidak berani langsung menjawab sebelum turunnya Wahyu dari Alloh SWT. Apalagi ummatnya yang serba kekurangan dan tentunya Jahil. Jadi tiidak ada yang pakar dalam semua bidang ilmu pengetahuan. Jadi santai saja !
Dewasa ini banyak sekali orang-orang ketika berada pada situasi pertanyaan sulit. Sebenarnya ada jawaban yang sangat gampang untuk diucapkan. Bahkan tidak hanya mudah, tapi juga berpeluang mendapatkan pahala karena sudah menolak Mudharot saat memberi jawaban asal-asalan. Kadang mereka gengsi untuk mengucapkan kalimat "Saya tidak tahu". Ada beberapa faktor yang sering kali sangat berat untuk mengucapkan kalimat tidak tahu. Di antaranya adalah, takut tidak wibawa di depan orang lain, takut lemah di mata orang lain, takut tidak dihormati oleh orang lain karena sudah lama menimba ilmu tapi ketika menghadapi pertanyaan malah jawab tidak tahu. Mengutip dauhnya Imam Al-Ghazali, "Tahu bahwa dirinya tidak tahu merupakan pengetahuan dan menunjukkan kebesaran hatinya." Terkadang hanya gengsi saja.
Imama Malik berkata, "Benteng seseorang berilmu adalah perkataan, "Aku tidak tahu" yang jika dia terobos, maka musibah akan datang. Imam Ibnu Jauzi (510-597 H) mencatat sebuah riwayat tentang seorang laki-laki yang bertanya kepada Imam Malik bin Anas:
وعن ابن مهدي قال: سأل رجل مالك عن مسألة؟ فقال: لا أحسنها. فقال الرجل: إني ضربت إليك كذا وكذا لأسألك عنها. فقال له مالك: فإذا رجعت إلي مكانك وموضعك فأخبرهم أني قلت لك: لا أحسنها.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mahdi berkata: “Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Malik tentang suatu masalah.” Imam Malik menjawab: “lâ uhsinuhâ—aku tidak mengerti masalah itu dengan baik.” Kemudian laki-laki itu berkata: “(Tolonglah) aku telah melakukan perjalanan jauh agar bisa bertanya kepadamu tentang masalah ini.” Imam Malik berkata kepadanya: “Ketika kau kembali ke tempat tinggalmu, kabarkan pada masyarakat di sana bahwa aku berkata kepadamu: lâ uhsinuhâ—aku tidak mengerti masalah tersebut dengan baik."
Dari cerita di atas bisa disimpulkan bahwa sekaliber Imam Malik yang sudah mempunyai Kitab Muwattho' menjawab “lâ uhsinuhâ". Sedangkan di zaman sekarang yang tidak begitu pakar-pakar banget, hanya bermodalkan browsing cara Qur'an terjemahan dan Hadist di situs-situs Non Kredibel sudah berani-beraninya menghukumi sesuatu yang rumit dan tidak pernah mereka ketahui ilmu dan historisnya. Padahal ada proses panjang dan rumit dalam menghukumi sesuatu, apalagi menghakimi sebuah pendapat yang lahir melalui proses ilmiah yang panjang.
Di masa Rosululloh Saw pernah terjadi peristiwa hingga merenggut nyawa orang lain akibat tidak bertanya dan sok tahu memberikan pernyataan. Waktu itu rombongan sahabat berangkat dalam suatu perjalanan. Lalu salah satu dari mereka ada yang kecelakaan kepalanya luka karena tertimpa batu. Kemudian, sahabat itu mimpi basah dan bertanya kepada sahabat yang hadir dalam perjalanan itu. "Apakah kalian memberikan keringanan padaku untuk tayammum?" Mereka menjawab, "Kami memandang kau tidak mendapatkan keringanan, sebab kamu masih mampu menggunakan air." Kemudian dia mandi besar, tak berapa lama, sahabat ini meninggal dunia.
Ketika sahabat sudah sampai dan bertemu langsung dengan kanjeng Nabi Muhammad Saw dan melaporkan kejadian tadi. Kanjeng Nabi Muhammad bersabda, "Mereka telah membunuhnya. Semoga Alloh membalas mereka. Tidaklah mereka bertanya jika tidak mengetahui? Karena obat dari tidak tahu adalah bertanya. Sesungguhnya dia cukup bertayamum.
Sebagai kesimpulan, disinilah gengsi harus runtuh kalau urusan sudah dengan ilmu. Sebab, bisa jadi orang yang dikenal banyak pengetahuan kadang malu untuk berkata tidak dan bertanya kepada yang lebih tahu. Sehingga bisa membahayakan orang-orang yang mengambil pendapatnya. Sebenarnya kita harus sadar dan paham, bahwa orang yang berpengetahuan alias Alim bukan berarti pakar dalam segala bidang ilmu pengetahuan. Mengutip dauhnya ibnu Umar, "Bahwa ilmu agama itu ada tiga, yakni Al-Qur'an, Sunnah dan perkataan "Aku tidak tahu".
Sunan Ampel 05
Catatan Mtz, 22 Romadhon 1443 H.
Komentar
Posting Komentar