Banyak sekarang ini pondok pesantren tidak hanya memfokuskan santrinya belajar ilmu Nahwu, Sorrof, Fikih dan Akidah, tidak hanya membekali ilmu agama melainkan juga ilmu pengetahuan umum. Seperti Sains, tekhnologi dan ilmu-ilmu umum lain dengan mendirikan sekolah Formal; SD, SMP, SMA/SMK dan perkuliahan tinggi.
Menepis bahwa santri yang sudah tamat pendidikan Ulya dan sudah melaksanakan tugas wajib pesantren, ketika boyong semuanya harus jadi Ustad atau kyai membina lembaga. Tentu cara berfikir demikian tidak mengenal hakikat santri yang sebenarnya dan merupakan cara pandang yang jumud.
Karena sudah dibekali segala macam ilmu pengetahuan, santri tetaplah emas di manapun dan kapanpun. Menjadi pribadi yang baik, Mengamalkan ilmu yang didapat dari pondok pesantren. Tidak harus pada jemaah yang didatangi ribuan masyarakat, di atas panggung megah dengan hidangan mewah. Meskipun hanya pada keluarganya saja, tidak harus di masjid dan di madrosah. Sekalipun di angkringan, cafe, sawah dan tongkrongan yang dahaga ilmu pengetahuan dengan budi pekerti yang baik.
Santri harus hadir di tengah-tengah mereka yang awam tentang ilmu-ilmu Alloh SWT. Kalau bukan santri siapa lagi? Itulah sebabnya Fadilatus Syeikh Rkh Moh Muddatstsir Badruddin sering berpesan kepada para santri yang hendak boyong, "Ilmu yang didapat di pesantren harus diamalkan, meski hanya satu orang, yaitu istrimu."
Logika sederhananya adalah. Jika dalam satu desa ada 25 santri yang notabenenya sudah boyong. Tentu semuanya tidak mungkin mendirikan Madrasoh, masjid dan Mushollah, mau jadi kyai semua ! Dampak yang akan terjadi, persatuan yang sebenarnya tugas besar santri akan mengalami persaingan ketat merebutkan anak didik, perebutan jemaah untuk sholat di masjid atau musholla yang sudah dibina. Kalau sampai hal demikian terjadi, maka wajah santri akan tercoreng dan stigma menempel pada diri santri karena sudah rebutan murid dan jema'ah yang mungkin tidak seberapa.
Santri terkenal dengan slogan, "Menyelesaikan permasalahan dengan duduk cangkruan" dalam artian, ketika menghadapi satu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan sendiri, maka mereka mencari jalan keluar dengan diskusi kelompok. Nah, begitupun dengan permasalahan di atas, solusi terbaiknya adalah dengan duduk bersama mencari solusi yang tepat.
Solusi yang pas menyelesaikannya adalah, 25 santri meluangkan waktu duduk bersama, seraya memahami potensi dengan latar belakang masing-masing. Komitmen dengan saling bantu dan saling support. Terlebih di zaman sekarang sudah zamannya kolaborasi. Yang ahli berdagang, buka bisnis, buka toko. Yang alim silahkan mengelola pendidikan, karena mamang dia ahli dalam bidang pendidikan, maka fokus untuk membuat pendidikan di daerahnya maju dan benar-benar berkualitas. Yang punya ladang silahkan bertani dengan mengamati relasi pasar dan putaran uangnya. Dikemas sendiri dan dijual sendiri. Di zaman sekarang masih tergolong langka loh !
Ada saja kendala, seiring kemajuan perkembangan zaman, banyak sekali ilmuan menemukan teori-teori baru. Tapi ummat islam kadang terjebak pada kekolotan berfikir dan membeda-bedakan ini ilmu agama penting untuk dipelajari, sedangkan ini ilmu umum yang ditemukan oleh barat yang notabenenya bukan orang islam. Hah, hari ini masih bicara gituan ! Sama halnya beberapa waktu lalu saya membeli buku karya Ning Zilhb dengan Cover bunga-bunga yang intinya feminim banget. Dikomentari dengan nada meremehkan. Padahal dia tidak tahu kalau tulisannya sarat dengan ilmu, motivasi dan inspirasi. Benyak Ayat, Hadist, kalam ulama salaf dan kontemporer.
Pandangan seperti orang di atas sangat beku. Alias jumud Musyaddad dan bertentangan dengan apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Baginda Rasulullah Saw sebagai pemimpin yang revolusioner tidak pernah membeda-bedakan ilmu, karena sejatinya semua ilmu yang mengajarkan adalah Alloh. Tinggal bagaimana nanti kita memprioritaskan ilmu pertama kali yang harus dipelajari sebagai dasar, baru kemudian pindah ke ilmu-ilmu lain.
Bukti bahwa Rosululloh tidak pernah membeda-bedakan ilmu, meski datang dari luar islam adalah. Dalam Kitab Kholasotu Nurul Yaqin pada saat peristiwa perang Ahzab atau yang dikenal dengan perang Khondak, Rosululloh menerima saran dari sahabatnya Salman Alfarisi untuk menggali parit menjebak musuh yang ingin masuk kota Madinah. Rosululloh langsung menerima saran sahabatnya tersebut dengan menggali parit di sekeliling kota Madinah. Padahal strategi tersebut berasal dari persia. Bukan Arab ya.....
Nabi Muhammad pernah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari aksara Yahudi. Hal itu bermula ketika suatu hari orang-orang yang tengah menghadap Nabi berkata bahwa ada seorang anak dari Bani Najjar–salah satu suku Yahudi yang mendiami Jazirah Arab–telah menghafal 17 Surat Al-Qur’an. Nabi takjub setelah mendengar anak tersebut membaca Al-Qur’an. Setelah itu, Nabi Muhammad memerintahkan Zaid bin Tsabit yang saat itu berada di sampingnya untuk mempelajari aksara Yahudi, baik lisan maupun tulisan. Alasannya, agar Zaid bin Tsabit bisa menerjemahkan kata-kata yang disampaikan Nabi Muhammad ketika berinteraksi dengan orang Yahudi, baik dalam hal surat-menyurat atau pun berpidato di hadapan mereka. “Wahai Zaid, pelajarilah untukku aksara Yahudi, karena demi Allah, aku tidak merasa aman terhadap suratku dari orang Yahudi,” kata Nabi Muhammad. Zaid bin Tsabit kemudian mempelajari aksara Yahudi. Dalam kurun waktu setengah bulan, dia berhasil menguasainya dengan baik, baik lisan maupun tulisan.
Para ulama membagi ilmu itu Fardhu 'Ain dan Fardhu Kifayah. Atau dengan nama lain ilmu agama dan ilmu dunia. Seperti yang dijelaskan oleh Imam Syafi'i dalam kitab Fawaid Wa Al Akhbar Li Ibni Himkan;
إنَّما العِلْمُ عِلْمانِ: عِلْمُ الدِّينِ، وعِلْمُ الدُّنْيا.
والعِلْمُ الَّذِي لِلدِّينِ فَهُوَ الفِقْهُ.
والعِلْمُ الَّذِي لِلدُّنْيا فهو الطب.
"Sesungguhnya ilmu dibagi menjadi dua; ilmu agama fan ilmu dunia. Ilmu agama adalah Fikih. Dan ilmu dunia adalah kedokteran." Mencari ilmu keduanya sama-sama penting. Perihal tentang ilmu dunia; seperti kedokteran, pertanian, IT, dan lain sebagainya. Coba, apa yang akan terjadi seandainya tidak ada yang mempelajari ilmu-ilmu di atas? Maka yang terjadi kerusakan amat besar dialami ummat manusia.
Di dinding-dinding asrama ada tulisan Hadist Nabi Muhammad Saw, kecil dan tidak terlalu panjang mudah untuk dihafalkan. Hadits Masyhur bahwa Rosululloh Saw memerintahkan para sahabatnya untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Bahkan seandainya harus datang ke negeri yang terkenal dengan julukan, "Negeri Tirai Bambu".
اطلب العلم ولو بالصين
"Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China."
Sebagai kesimpulan, jika seandainya Rosululloh Saw masih hidup di zaman sekarang yang canggih dan serba Tekhnologi, maka insya Alloh Rosululloh Saw bukan hanya memerintahkan kita mencari ilmu tentang keislaman, tapi juga ilmu yang menyokong tentang kemajuan. Seperti IT dengan membuat Facebook tandingan, YouTube tandingan Instagram, Twitter tandingan dan paltform yang lain, agar bisa menyeimbangi dunia kemajuan yang didominasi oleh barat. Lebih-lebih dunia Dakwah.
Catatan Mtz
Potoan laok,
10 Sya'ban 1443 H.
Komentar
Posting Komentar