Langsung ke konten utama

MABRUK ALFA MABRUK PARA GURU

Pagi ini dikagetkan khobar kalau ternyata senior sekaligus ustadz kami sudah mendapatkan Idzin dari Pengasuh untuk boyong dan akan diakad langsung oleh kyai sepuh. Sekilas mendengar kabar demikian membuat diri ini benar-benar kalah banyak dan membuat iri hati. 

Salah satu yang membuat baper para jomblois dari kalangan Asatidz adalah ketika melihat teman-teman akan nikah dan diakad langsung oleh kyai sepuh. Apalagi yang akad ini para suhu, kontribusinya terhadap pondok sangat banyak. Bahkan tidak bisa dihitung. Semua terobosan pemikirannya Langgeng dan menjadi peraturan inti di pondok. 

Suasana hati sedikit berbeda dari biasanya ketika melihat Asatidz diakad. Bukan hanya baper; sedih dan bahagia bercampur aduk. Di satu sisi senang karena saya sangat tahu keinginan beliau-beliau untuk segera melangsungkan pernikahan ini sudah lama dinanti, tapi restu pengasuh belum juga turun. Entahlah beliau-beliau sebagai santri yang To'at kepada semua peraturan pondok dan dauh kyai hanya bisa pasrah demi sebuah Ridho dengan khusnudzbon kuat "Barokah Masyayikh." Di sisi yang lain saya sangat sedih karena rata-rata kebijakan, petuah dan pecut semangatnya terus menggiring kami untuk tidak lalai berkhidmah. 

Setidaknya ada empat Asatidz yang akan diakad langsung oleh pengasuh. Pertama, Ustadz Akhmad Rofiqi Dimyati, Beliau adalah Wakil Ketua Umum. Wali kelas semasa kami ada di kelas Tiga Wustho. Sosok panutan roul model para santri dan Asatidz. Motivator ulung yang kaya dengan solusi. Alim dan visioner. Terbukti, beberapa kali saya dipanggil beliau ke kamarnya sambil dinasehati tentang bagaimana pengelolaan pondok, cara bersosialisasi, dan nasehat-nasehat berharga lainnya. Yang paling saya ingat nasehat beliau ketika awal-awal saya ditarik untuk Khidmah di pondok pasca tugas wajib adalah, "Khidmah itu sangat erat dengan perjuangan. Perjuangan butuh pengorbanan yang akan menghasilkan ilmu dan pengalaman." 

Kedua, Ustadz Ali Wahdi Al Faqih ketua 1. Roda pesantren ada di tangan beliau, sumbangsih pemikiran dan tenaganya jangan ditanya. Beda dengan saya yang hanya sering disibukkan dengan kepentingan pribadi dari pada kepentingan Pondok. Beliau sosok yang sangat alim dalam segala bidang ilmu. Bahkan Faqih dan ulama' nahwunya pondok. Saya banyak hutang budi pada beliau. Sewaktu menjadi sekertaris Pendidikan Agama saya sangat kebingungan. Maklum, tidak mampunyai bagroud sekolah SMK yang sering pegang komputer. Awam banget ! beliau tidak bosan-bosan terus menyadarkan saya untuk terus belajar, dan meyakinkan saya kalau setiap manusia pasti bisa kalau dia tekun dan mau untuk belajar. Mungkin kalau tidak ada beliau, saya tidak akan pernah tahu dunia IT.  

Ketiga, Ustadz Abdulloh Zaen, separuh semangat saya ada pada petuah beliau, Muallim, kakak sekaligus teman. Mengungkap kenangan dan perjalanan bersama beliau saya kira tidak cukup satu paragraf. Tapi karena tulisan ini sifatnya terbatas insya Alloh akan kami tulis di judul lain yang lebih lengkap. Salah satu yang membuat saya semangat membaca, beli buku, menulis hingga saat ini adalah beliau. Pernah ada nasehat yang terus menancap dan tidak akan saya lupakan, "Kalau bisa menulis Story WhatsApp kenapa kok tidak menulis meskipun hanya satu paragraf." Seketika nasehat itu membuat saya malu tertunduk diam seperti krupuk yang dikenak air. Lemes ! 

Keempat, Ustadz Imam Sanusi, guru sekaligus teman curhat dan sekamar dengan saya. Tepatnya di Sunan Ampel 05. Pribadinya yang slow dan Low profil. Curhat apa saja dengan beliau nyambung. Beliau sering menasehati saya di waktu santai, cerita tentang bagaimana para pejuang di pondok menitikan karirnya terus dikenang hingga saat ini. Banyak kenangan dengan beliau yang tidak bisa sebut dalam tulisan ini, karena sifatnya pribadi bukan untuk konsumsi publik. 🙃

Beberapa tahun beliau-beliau dikarantina jawaban Restu oleh pengasuh kyai sepuh bukan tanpa alasan. kyai sepuh lebih tahu yang terterbaik untuk santrinya. Hingga tiba pada hari yang dinanti, yakni takdir Alloh menuliskan para guru kami hari ini akan melepaskan masa lajang. Dauhnya Imam Ghozali 

ليس الإمكان ابدع مما كان 

"Di dunia ini tidak ada kemungkinan yang lebih indah dari apa yang telah dituliskan oleh Alloh."  

Sebagai kesimpulan; Menikah adalah melaksanakannya Sunnah Nabi yang paling enak, tapi tanggung jawabnya juga kian besar. Menikah adalah perintah agama, maka insya Alloh dalam setiap langkahnya Alloh akan menjaga, membimbing dan memberikan pertolongan-Nya. Menikah juga menyempurnakan separuh agama. Sebagaimana sabda Rasululloh Saw,

إذا تزوج العبد فقد أكمل شطر دينه فليتق الله فى الشطر الباقي 

"jika seorang hamba menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka, hendaklah ia menjaga separuh agamanya yang lain." Semoga dengan segala Khidmah panjang mengantarkan para pejuang diberikan keberkahan, dan keturunan Solihin Sholehah. Aamiin

بارك الله لكما وبارك عليكما 

وجمع بينكما في خير ورزق لكما ذرية مباركة طيبة امين.

Dari Pengagum jennengan

Catatan Mtz.

07, Sya'ban 1443 H. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...