Membahas tentang cinta seolah tidak ada habisnya, selalu menjadi canda tawa meskipun si pecinta sedang sendiri. Seorang pecinta bak orang mabuk tidak bisa menggambarkan nikmatnya kehidupan yang masuk ke dalam tubuhnya. Berbeda dengan orang mabuk pdda umumnya, mereka bisa menguraikan keindahan pasca sadar. Tapi bagi mereka yang sedang dimabuk kepayang sudah lain cerita Sampai kapanpun tidak akan bisa mengumpamakan rasa itu pada siapapun.
Kisah Laila dan majun bisa dijadikan referensi dari cinta sejati. Qois adalah putra satu-satunya dari bangsawan Bani Amir hatinya telah terikat pada sosok Laila. Bahkan debu yang menempel di kaki laila lebih dia cintai ketimbang dunia dan seisinya. Nama majnun telah melekat pada diri Qois, tapi tidak mengapa, Karena ini disebabkan cintanya pada Laila. Mungkin kebanyakan orang terheran-heran kenapa Qois bisa mencintai laila seperti orang gila. Apakah laila bidadari yang turun dari surga? Bukan juga.
Majnun pernah mengungkapkan, "Aku mencintai laila bukan dari bentuk luarnya, bukan dari fisiknya, bukan pula dari wajahnya, dia laksana cangkir yang berada di tanganku yang di dalamnya ada anggur dan aku jatuh cinta pada anggur, bukan pada cangkir. Jika seandainya cangkir itu adalah emas yang bertahtakan mutiara tapi di dalamnya berisi cuka apa gunanya?
Para ulama sepakat, gelar Syahid Akhiroh disematkan kepada orang yang mati disebabkan sucinya cinta pada sang kekasih, di mana di dalamnya tidak ada kemaksiatan, tidak mengundang kebencian Alloh dan lain sebagainya. Lalu gelar apa yang akan didapatkan oleh para hambanya yang mati dalam dalam keadaan mencintai sang maha cinta Alloh Subhanahu Wa Ta'ala tanpa mengharapkan balasan apa-apa meskipun itu surga.
Bukan cuma Qois dan Laila. Sosok tokoh perempuan satu ini sudah sangat masyhur dia Robi'ah Al-Adawiyah mempunyai cinta murni nan suci yang lebih tinggi daripada takut dan pengharapan. Robi'ah Al-Adawiyah pernah berkata, "Cinta kepada Alloh merupakan satu-satunya pendorong dalam segala aktivitasnya, bukan lagi karena takut siksa neraka atau nikmat surga.
Di zaman ini banyak sekali teriak-teriak cint. Alloh, cinta Rosul, cinta Khulafaur Rasyidin dan cinta ulama, tetapi dalam waktu bersamaan mereka melakukan hal-hal yang tidak disenangi oleh Alloh dan Rosul-Nya. Maka dari itu jangan pernah tertipu oleh model yang hanya mengandalkan bahasa seperti di atas, sebab pecinta memiliki isyarat yang muncul dari hati lalu tampak pada setiap perbuatannya.
Seorang pecinta akan melakukan segala craa untuk bisa melihat sang kekasih di manapun. Sebab tidak ada satu pecinta yang tidak ingin bertemu dengan yang dicintainya. Al-Buthi dalam kitabnya "Al-Hubb Fi Al-Qur'an" berkata, "Buah cinta manusia kepada Alloh SWT adalah kerinduan yang kuat untuk bertemu. Sebab, mustahil ada orang yang mencintai sesuatu tetapi dia tidak ingin bertemu atau berdekatan dengannya. Kalaupun dia tahu bahwa, untuk bertemu dengan Alloh SWT harus ada kematian, dia tidak pernah takut untuk menghadapi kematian itu."
Selalu memprioritaskan apa yang disenangi sang kekasih dan akan memenuhi apa yang diminta. Maka sangatlah aneh jika ada orang yang mengatakan cinta tapi menghianati cintanya. Namanya juga akan selalu disebut di manapun dia berada. Dengan sangat mudah bisa mengetahui siapa yang sedang dicintai hanya sekedar mendengarkan obyek yang selalu dia ceritakan dalam kalimat perkalimatnya.
Sebagai kesimpulan, ungkapan cinta yang sering sekali didengar atau diucapkan hanya sekedar di mulut, bukan di hati. Bahkan tidak sedikit orang yang sudah berhasil mencintainya telah tertipu dengan cintanya sendiri. Pada hakikatnya kenikmatan cinta tidak bisa diilustrasikan, kecuali yang telah merasakan manisnya cinta itu sendiri. Cinta sejati mayoritas bukan di bibir dengan perkataan, tapi menghujam di dalam kalbu dan keluar melalui perbuatan.
Catatan Mtz
25 Sya'ban 1443 H.
Komentar
Posting Komentar