Dalam ajaran Islam seorang hamba diperintahkan berusaha ketika ingin mengharapkan sesuatu. Usaha dan upaya terus dikerjakan seraya doa-doa senantiasa dilangitkan, meminta kepada sang maha pencipta, agar semuanya bernilai barokah dan mamfaah bersamaan dengan Ridho-Nya. Begitulah tutorial yang sering dilakukan oleh mereka-mereka yang hendak mempunyai hajat.
Begitu juga dalam hal perasaan yang kerap kali menjadikan muda-mudi kita galau berkepanjangan hingga tidak mau keluar rumah atau yang paling parah hingga tidak mau makan. Mereka seakan-akan sudah tidak berarti lagi hidup di dunia ini lantaran kekasih yang ingin menemani langkah hidupnya pupus di pertengahan jalan. Segala macam cara telah mereka lakukan, Ikhtiar setiap saat, detik bahkan hari. Tapi lupa melangitkan doa-doa kepada Dzat yang maha membolak-balikkan hati manusia. Benar apa yang dikatakan nyanyian, "Berdoa tanpa berusaha bohong, usaha tanpa doa sombong."
Mari kita sejenak membaca kisah wanita suci ratu bidadari surga. Siapa lagi kalau bukan putri tersayang Baginda Rasulullah Saw, Sayyidah Fathimah Az-Zahro'. Kisah cintanya dengan pemuda gagah perkasa, tampan rupawan, cerdas dan berwawasan. Yakni Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah yang selalu mencuri perhatian hati muda-mudi sampai saat ini.
Tatkala Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah sudah menginjak masa muda, ternyata beliau diam-diam menaruh hati pada Sayyidah Fathimah Az-Zahro'. Sedangkan di bilik pintu rumah Baginda, Sayyidah Fathimah Az-Zahro' terlebih dahulu menaruh hati kepincut ketampanan dan budi pekerti sayyidina Ali. Tapi beliau berdua memilih diam. Romantis gak sih......
Kecerdasan dan keanggunan Sayyidah Fathimah telah mencuri hati pemuda yang bernama Ali ini hingga telena tak kuasai diri. Semakin hari berlalu semakin itupula rasa cinta Sayyidina Ali terus berdebar-debar. Hingga Ketika terdengar kabar bahwa Sayyidina Abu Bakar yang tidak lain adalah sahabat terdekat Baginda Nabi mempunyai maksud untuk melamar Sayyidah Fathimah sontak membuat cinta yang sudah lama dibangun hancur seketika. Melihat perjuangan Abu Bakar dalam tegaknya islam, membenarkan Baginda Rasulullah ketika orang lain mendustakannya, mendermakan segala hartanya untuk berkembangnya islam. Mengingat pengorbanan Abu Bakar dalam fikiranya Sayyidina Ali pasti tidak akan ada penolakan kecuali hanya kata terima dan restu Baginda. Tapi ternyata Alloh berkehendak lain, lamarannya Sayyidina Abu Bakar ditolak, lantaran Sayyidah Fathimah Az-Zahro' masih kecil dan belum saatnya untuk menikah.
Ketika kabar itu sampai pada telinga Sayyidina Ali, seketika itu beliau bangkit kembali dengan sisa-sisa cintanya. Perlahan tapi pasti aktivitas Sayyidina Ali kembali normal tanpa kegalauan lagi. Begitupun dengan Sayyidah Fathimah merasa lega dan bahagia karena melihat keputusan bijak baginda.
Kebahagiaan sayyidina Ali tidak berkunjung lama karena ternyata diam-diam Sayyidina Umar bin Khottob juga hendak mengkhitbah Sayyidah Fathimah Az-Zahro' putri Rosululloh yang anggun ini. Pasca ditolaknya Abu Bakar Sayyidina Umar mengaggap ini moment yang pas untuk bertamu ke rumah Baginda Rasulullah dengan tujuan yang sama dengan Sayyidina Abu Bakar. Ketika Sayyidina Ali mendengar kabar salah satu pembesar sahabat sekaliber Sayyidina Umar ingin mengkhitbah Sayyidah Fathimah membuat keagungan cintanya ciut dan menyusut. Begitu juga dengan sang kekasih, di bamik tabir keanggunan tidak bisa membohongi perasaan cintanya pada sayyidina Ali andaikan lamaran Sayyidina Umar diterima dan Sayyidah Fathimah ikhlas dengan keputusan ayahnya.
Dalam fikiran Sayyidina Ali, Sayyidina Umar adalah sahabat yang berani terang-terangan menyatakan keislamannya pada Baginda di saat sahabat-sahabat lain islam secara sembunyi-sembunyi. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk kali ini pasti lamarannya Sayyidina Umar diterima. Tapi lihatlah bagaimana skenario Alloh. Dengan santun dan penuh kelembutan Baginda Rasulullah juga menolak lamaran sayyidina Umar, karena alasan belum mendapatkan wahyu dari Alloh. Di saat kabar itu sampai pada sayyidina Ali, hatinya meronta-ronta ingin rasanya langsung pergi ka dhelem Baginda mengutarakan segala maksud dan perasaan yang selama ini dipendam sangat dalam.
Berkat dorongan yang dilakukan oleh mantan budaknya, akhirnya sayyidina Ali memberanikan diri dan nekad bertemu Nabi. Meski perasaan selalu dihantui cemas karena takut bernasib sama dengan dua sahabat sebelumnya. Demi sang pujaan hati, perasaan cemas tadi retas seketika berubah menjadi keberanian. Sungguh di sinilah awal cinta suci yang senantiasa disematkan dalam doa-doa dan restu di balik usaha mulai bertumbuh semi menemukan asa. Sekilas pepatah, "pucuk dicinta ulam pun tiba."
Ketika Sayyidina Ali sampai di dhelem Baginda Rasulullah Saw, beliau dipersilahkan masuk. Kemudian Rosululloh bertanya, "Apa yang membuatmu datang ke sini wahai Ali?" Rupanya sayyidina Ali terdiam masih belum berkata satu patah katapun. "Apakah kamu memiliki kepentingan hingga kau datang menemuiku?" Tanya Baginda untuk kedua kalinya. Sayyidina Ali masih saja bungkam dan tidak mengeluarkan kata-kata. "Apakah kamu mempunyai mas kawin untuk kau berikan pada Fatimah?" Baru pada pertanyaan ini beliau bisa berkata dan menjawab pertanyaan baginda, "Aku hanya memiliki unta tameng dan pedang yang pernah Baginda berikan. Nabi-pun menjawab, "Simpanlah pedang dan untamu, sungguh kamu masih membutuhkannya untuk berperang. Ketahuilah Wahai Ali, sungguh Alloh telah menikahkan kamu dan Fatimah di langit dengan mas kawin seharga 400 dirham. Pulanglah dan jual tameng itu seharga 400 dirham. Sesungguhnya aku telah merestuimu dan akan menikahkanmu dengan putriku."
Kira-kira wanita mana yang kisah cintanya tidak ingin sama dengan Sayyidah Fathimah putri baginda. Ketika hati saling mencintai kemudian ada lelaki dengan gagah perkasa dan cinta yang menembus asa datang membebaskan dirinya. Bersatu dalam bingkai rumah tangga bukan dengan jalan murka-Nya tapi dengan segenap Ridho-Nya. Sungguh bidadari-bidadari surga cemburu buta melihat keduanya. Tapi ada satu rahasia yang perlu diketahui bersama. Rahasia perjalanan cinta doa dan usaha yang senantiasa melangit kepada Dzat sang maha cinta.
Histori cinta Sayyidah Fathimah Az-Zahro' dan kekasihnya sayyidina Ali abadi saban waktu diliputi bahagia. Cinta keduanya terus tumbuh dan mengakar sepanjang masa. Menjadi tauladan bagi para pecinta sebagai sosok inspirasi pasangan ideal yang hidup mesra di masa senja bersama-sama.
Sebagai kesimpulan. Wajar ketika Sayyidina Ali bisa mempersunting putri baginda nabi yang cerdas budi pekertinya sama dengan baginda. Karena sangat jelas keduanya tidak pernah berhenti melangitkan doa-doa, bermunajat dan meminta apa yang dihajatkan dikabulkan dan diamini oleh Alloh Subhanahu Wa ta'ala. Barulah sayyidina Ali memberanikan dirinya menyampaikan maksud dan tujuan secara gentelemen. Mengerahkan segala usaha yang pada akhirnya keduanya menyeduh manisnya ending perjalanan cinta...
Kantor Pendidikan Agama
Catatan Mtz, 22 Robius Tsani 1443 H
Komentar
Posting Komentar