Langsung ke konten utama

TABAYYUN ERA MEDSOS

Keberadaan media sosial banyak sekali memberikan manfaat dan kemudahan bagi para penggunanya. Namun, juga harus netizen sadari, bahwa media sosial juga jerat-jerat yang sangat berbahaya. Orang bodoh pastilah terangkap. Adapun orang yang cerdas akan selalu membentengi dirinya dengan Ilmu pengetahuan. Wajiblah bagi orang yang bermedsos untuk selalu sadar akibat yang akan terjadi jika menyalahgunakannya. 

Dewasa ini banyak sekali di media sosial berita-berita yang tidak sesuai realita. Jadinya hoax yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kode etiknya dalam membuat berita atau tulisan adalah, harus jujur, tidak boleh mengurangi atau menambah substansi dari tulisan yang dipublikasikan, karena sering ditemukan banyak isi tulisan yang disampaikan berbeda dengan konteks yang sebenarnya, sehingga maknanyapun juga salah. 

Sayyidina Ali pernah berkata, "Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti." Tulislah sesuatu yang memuat tentang kebaikan serta tersampaikan kepada setiap orang, dibaca dan diamalkan. Akan menjadi catatan amal bagi Penulisnya. Tapi sebaliknya, apabila isi tulisan berisi tentang kejelekan, hinaan, cacian, maka yang didapat hanyalah dosa. Karena itulah Netizen 62 harus lebih memperhatikan tulisan yang benar untuk disehere, bukan menyebarkan berita bohong. Dan kalau masih belum jelas, hendaklah Tabayyun atau klarifikasi terlebih dahulu, agar tidak tergolong orang yang membantu dalam hal kejelekan. 

Pentingnya klarifikasi di era medsos, karena banyak tulisan yang memang tidak semuanya benar dan akurat. Alloh memerintahkan hambanya untuk tabayyun, yakni melakukan verifikasi, check and recheck, meneliti kembali informasi tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Firman-Nya Suroh Al Hujurot Ayat 6 yang berbunyi: 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Seperti yang dianalogikan oleh Gus Nadirsyah Hosen, "Jika di kerumunan pasar tiba-tiba ada yang berteriak "Copeeet" sambil menunjuk ke arah anda, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Kerumunan langsung menghakimi anda, tanpa sempat lagi melakukan verifikasi: benarkah anda copetnya, atau yang lebih krusial lagi, benarkah dompet ibu di sebelah anda itu hilang karena dicopet atau memang ibu ini dompetnya ketinggalan di rumah?

Sayangnya skenario di atas juga terjadi di media sosial. Meski menggunakan Smartphone , tetapi pada hakikatnya tidak lebih dari kerumunan di media sosial yang bersikap reaktif tanpa sempat Tabayyun terlebih dahulu sebelum bereaksi yang dampaknya dapat merugikan orang lain. 

Lebih dari 69,2 juta pengguna aktif Instagram, 52,4 juta Twitter serta 140 juta juta pengguna aktif Facebook ketika sekali pencet di layar smartphone tentang tulisan yang mengandung Mudhorot, maka sejumlah ajaran Nabi dilanggar seketika: harus tabayun, jangan ghibah, jangan mencari-cari kesalahan saudaramu, membuka aib diri sendiri dan orang lain yang dapat merusak kehormatan. 

Terkadang seseorang lebih gampang mempercayai sesuatu yang belum pasti. Kalau ada berita yang sesuai keinginannya sendiri dan kelompok tertentu, tanpa pikir dua kali langsung shere di akun pribadinya, sesuai kesenangan hati. Jadi yang penting, bukan tentang benar atau tidaknya suatu berita, melainkan apakah kita senang atau tidak dengan isi berita yang diangkat. 

Tabayyun harus menjadi pedoman paten bagi ummat muslim, khususnya di era sosmed seperti sekarang ini, karena banyak disaksikan perselisihan terjadi disebabkan salah dalam memahami informasi atau klarifikasi dari tulisan-tulisan yang tidak bertanggung jawab. Jika seseorang tidak memverifikasi, mengklarifikasi dan meneliti berita atau tulisan-tulisan lainnya, lalu juga ikut menyebarluaskannya kepada orang lain, dikhawatirkan akan menimpakan kecelakaan kepada orang lain, karena sebab keteledoran tidak tabayyun terlebih dahulu. 

Sunan Ampel 05

Catatan Mtz, 27 Robius Tsani 1443 H


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...