Langsung ke konten utama

MODERN VS SALAF

Kehidupan kita saat ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah media sosial yang sebagian besar pengaruhnya jauh lebih besar daripada lingkungan. Gaya hidup yang sering menjadi konten kreator banyak mendapatkan simpati publik, khususnya anak-anak muda dan lanjut usia. Apakah hal itu baik? Tergantung, selama masih dalam nuansa positif dan tidak melanggar syari'at, seperti menampilkan aurat dan maksiat-maksiat yang lain, maka boleh-boleh saja.

Namun, Ummat islam akhir zaman ini cenderung mengikuti sebagian kehidupan barat yang jauh dari nilai-nilai ajaran Islam dan hedonis. Dalam sebuah hadits Rosulullah dijelaskan:
عن أبي سعيد رضي الله عنه، أنَّ النبي صلى الله عليه وسلم قال: لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُم شِبْرًا بشبْر، وذراعًا بذراع، حتَّى لو سَلَكُوا جُحْر ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قلنا: يا رسول الله؛ اليهودُ والنَّصارى؟ قال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم: فَمَن؟!؛ رواه الشيخان.
Dari Abi Hurairoh RA, sesungguhnya Kanjeng Nabi Muhammad Saw bersabda: kalian semua pasti akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka sebelummu berjalan masuk lubang biawak pasti akan kamu kejar. Sahabat kemudian bertanya, "Apakah itu orang Yahudi dan Nasrani?", Rosululloh menjawab siapa lagi ? (HR. Syaikhoni). Zaman sekarang yang disabdakan Kanjeng Nabi Muhammad benar-benar terjadi. Kenyataannya, banyak ummat islam dewasa ini dengan sangat mudah mengikuti trend-trend luar negeri yang menyalahi aturan syariat hanya untuk mau dikatakan trendi, penuh dengan kehidupan yang glamor dan hedonis.

Perangkap orang Yahudi dan Nasrani untuk menjauhkan ummat Islam dari syariat semakin hari semakin masif, anak-anak muda seharusnya usia produktif, malah yang terjadi sebaliknya, yakni destruktif. Mereka sudah lalai melaksanakan perintah Alloh dengan senang-senang main game, senang berbelanja di mall-mall menghabiskan uang untuk sesuatu yang kurang begitu ada menfaatnya dan nongkrong semalam suntuk di warung kopi hingga lalai beribadah, lalai belajar dan waktunya hanya terbuang sia-sia. Tapi pekerjaan di atas sudah dianggap keharusan. Sebenarnya jebakan-jebakan yang dibuat tidak lain agar ummat Islam jauh dari perintah Alloh dan ummat islam sejengkal demi sejengkal mengikuti tradisi-tradisi mereka. sebagaimana yang disebutkan dalam Suroh Al-Baqorah, 
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡیَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ.
Artinya, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." 

Keadaan yang terjadi saat ini sangat jauh dengan keadaan yang ada di masa salaf. Bagaimana para ulama zaman dahulu penuh dengan kesederhanaan. Apa adanya dan tidak cinta dunia. Kita lihat salah satu sahabat terkaya, yakni Sahabat Abdurrohman bin A'uf. Beliau tidak hanya terkenal karena sebab kekayaannya, melainkan sifat kedermawanan mensedaqohkan separuh dari hartanya. Beliau juga Salah satu dari sepuluh Sahabat yang mempunyai jaminan masuk surga. 

Imam Az Zuhri pernah berkata. "Pada zaman Rosululloh Saw, Sahabat Abdurrohman bin 'Auf bersedekah dengan separuh dari hartanya. Yaitu sebesar empat ribu dinar, lalu beliau bersedekah lagi sekitar empat puluh ribu dinar. Kemudian beliau juga menanggung biaya seharga lima ratus ekor kuda untuk keperluan berjihad di jalan Alloh. Ada juga orang-orang dahulu semangat ibadahnya luar biasa. Seperti Sa'id bin Musayyib yang istiqamah berada di masjid sebelum dikumandangkannya adzan. Hal ini beliau lakukan selama 40 tahun. Kerren gak sih orang-orang zaman dulu 🥰

Fenomena di atas sudah jarang kita temukan di zaman Now. Tapi di zaman Old, kejadian di atas sangat gampang dijumpai, bahkan mereka satu sama lain saling menyemangati dengan saling memotivasi untuk senang ibadah. Kejadian-kejadian di atas tidak lain, karena pengaruh lingkungan yang sangat konkrit dampaknya. Di zaman lampau, ulama sangat bersemangat dalam hal mengaji, melantunkan Al Qur'an dan berdakwah menyebarkan ajaran islam serta membaca Siroh Nabawiyah untuk kemudian diteladani dan diikuti.

Perlu digarisbawahi, tulisan ini tidak mendeskreditkan perkembangan zaman modern ini. Tentu tidak; kita harus tetap menggenggam tradisi-tradisi salaf tapi terus update perkembangan zaman Now dengan konsep;
المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ
”Memelihara hal-hal lama yang bagus dan mengambil hal-hal baru yang lebih bagus”. 

Nah, budaya seperti yang terjadi di masa ulama-ulama salaf kini jarang untuk ditemukan, kecuali di pesantren. Dewasa ini kebaikan hanya menjadi tontonan dan tidak dihiraukan, sedangkan hal buruk menjadi tuntunan dan mudah sekali diikuti. Ceramah agama di mejelis-mejelis dianggap hiburan semata. Sedangkan nonton Drakor semalaman dianggap kebutuhan dan sangat diperlukan. 

Idolanya bukan lagi sosok teladan Kanjeng Nabi Muhammad Saw dan imam besar yang sukses dengan sejuta karyanya, tapi sudah artis-artis drakor yang tidak pernah sholat, muka operasi plastik dan gaya glamor. Bahkan saking mirisnya, beberapa waktu lalu ada YouTuber yang membuat konten menanyakan siswa-siswi sekolah tentang rukun islam dan rukun iman banyak yang tidak tahu. Itu rukun Islam dan rukun iman yang menjadi fundamental seorang muslim. Jangan sampai mereka juga tidak tahu tentang sejarah Rosululloh yang kelak akan diharapkan syafaatnya. 
Kan ironis...... 

Begitulah fakta di lapangan, produktifitas dari segi ibadah, shodaqoh dan belajar sahabat dan ulama-ulama salaf (Zaman Old) sangat jauh dibandingkan dengan zaman Now. Banyak pergeseran akibat orang islam dipengaruhi kehidupan orang-orang non islam dan orang fasik yang suka berfoya-foya, cinta dunia dengan kehidupan glamor dan hedonis. Dua puluh empat jam waktunya di depan smartphone hingga terbuang sia-sia untuk memuaskan hawa nafsu bukan untuk Taqorrub kepada-Nya dan belajar menambah wawasan keilmuan seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama kita dulu. 

Kantor Pendidikan Agama PPMU Panyeppen
Catatan Mtz. 01 Jumadil Ula 1443 H.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...