Tekhnologi informasi digital semakin hari semakin bertambah peminatnya, hampir semua orang menggunakan media sosial. Berdasarkan data APJII (Asosiasi penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2020 masyakarat Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari data asal 64,8% menjadi 73,7 %. Dari total penduduk Indonesia penggunaan aktif media sosial 196,71 juta jiwa. Data terakhir pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga dengan pengguna internet terbanyak di Asia. Hal ini menandakan betapa kebutuhan tekhnologi sangat tinggi di negara kita ini.
Dengan media sosial masyarakat kita ada yang memenfaatkan untuk berdakwah, kegiatan bisnis. Yang terpenting, dengan adanya media sosial seseorang bisa menyambung tali silaturrohmi dengan saudara, kerabat dan teman yang sudah lama tidak bertatap muka. Bukankah keberadaan media sosial kegiatan di atas memberikan kemudahan dan menfaat dengan tetap menjalin silaturahmi yang merupakan syi'ar keimanan kepada Alloh SWT. Di samping itu banyak juga yang menggunakan media sosial untuk curhat atau berbagai tulisan.
Era digitalisasi seperti saat ini telah memberikan lompatan baru di bidang pengetahuan, tetapi juga mulai menunjukkan sisi negatifnya. Dalam artian internet sebagai menyimpan pengetahuan juga turut aktif menyebarkan kebohongan. Media sosial yang asalnya memberikan angin segar untuk menyambung tali silaturahmi, berbagai pengalam dan berita yang mencerahkan serta menyejukkan; justru digunakan dengan masif menyebarkan berita bohong untuk melancarkan serangan pada pihak lain. Yang dikenal dengan istilah "HOAKS".
Benar apa yang dikatakan oleh Ziauddin Sardar dalam bukunya, Ngaji Qur'an di Zaman Edan, "Kebebasan berpendapat sering kali disalahgunakan untuk membuat fitnah dengan opini palsu, dan menebar kebencian di media sosial."
Islam memiliki dua pandangan tentang hakikat kebenaran, dan bagaimana memfilter kebenaran itu sendiri. Dalam pandangan Syeikh Naquib Al Attas, ummat islam haruslah melihat realitas di sekitarnya. Dalam menyaring informasi yanh beredar islam juga memiliki konsep Tabayyun sebagaimana ayat yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Menyebar kebencian sudah jelas dalam agama Islam sangat dilarang, seiring dengan berkembangnya teknologi informasi semakin membuka peluang baru untuk mengadu domba, dan perkembangan teknologi informasi inilah yang dijadikan sebagai alat untuk menyebarkan Namimah dan kejelekan-kejelekan yang lain. Sungguh jika hal ini dibiarkan dalam artian orang yang mempunyai ilmu pengetahuan diam tidak mengambil peran, maka akan berpotensi menimbulkan konflik di antara tubuh ummat Islam.
Alangkah lebih baiknya para orang-orang menyimak dengan baik Suroh Ali-Imron juz 3 ayat 104 yang berbunyi:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." Ayat ini memerintahkan ummat Islam untuk senantiasa ber-amar makruf dan bernahi mungkar. Tentu dengan cara-cara yang baik pula, bukan dengan kekerasan. Sebagaima yang didauhkan oleh Sayyid Abdullah ibn Husain ibn Tohir:
ينبغي لمن أمر بمعروف أو نهى عن منكر أن يكون برفق وشفقة على الخلق يأخذهم بالتدريج
"Bagi orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar harus bersikap lembut dan belas kasih kepada manusia, ia harus bertindak pada mereka dengan bertahap."
Maraknya konflik akhir-akhir ini dan berhembusnya Hoax di media sosial dikarenakan video yang dipotong hingga pemahamannya yang masih belum perfek sudah dishere, atau dari tulisan-tulisan orang yang tidak bertanggung jawab dengan menebar kebencian, Namimah, gosip dan lain-lain. Maka di era digitalisasi seperti zaman edan ini para pengguna harus lebih hati-hati menerima Informasi dan hendaklah mengisi akun-akun pribadinya dengan tulisan-tulisan yang sejuk, video yang mengandung hikmah, bukan malah sebaliknya. Ingat, jangan sampai video yang kita unggah dan tulisan di media sosial akan menjadi bumerang di kemudian hari. Nauzubillah
Sebagai kesimpulan; orang-orang saat ini sudah agak jarang berinteraksi tatap muka karena lebih sering melalui bantuan teknologi yang memudahkan. Jika dunia maya lebih digeluti dibandingkan dunia nyata, maka sebagai pribadi berilmu dan beradab harus bersosial media untuk sesuatu yang baik, menggunakan etika santun, harus menjunjung tinggi khas muslim yang ramah, toleransi dan saling menghormati, karena kehidupan seseorang di sosial media adalah cerminan dirinya di dunia nyata. Berbagai kebaikan di sosial media dengan konten-konten sejuk dan tulisan yang mengedukasi jauh lebih menginspirasi dibandingkan menyebarkan kebencian yang menyulut hati. Sosial media juga bisa menjadi pengantar seseorang menuju surga-Nya, tetapi juga bisa menyeret seseorang untuk tercebur ke dalam neraka-Nya.
Asrama Sunan Ampel 05.
Catatan Mtz, 12 Jumadil Ula.
Komentar
Posting Komentar