Jika manusia butuh sesuatu, maka kata inilah yang pantas mendefinisikan kalau mereka sangat lemah dan tidak berdaya. Sebagaimana firman Alloh yang berbunyi:
يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah." (QS An-Nisa' ayat 28). Manusia itu butuh makan, butuh minum, butuh tidur, butuh istirahat dan serba ketergantungan.
Manusia yang bangga dengan kekuatan materi dan kekuatan jasmaninya saat ini hanyalah sesaat, bukan selamanya. Bedahal dengan kekayaan Alloh yang tidak butuh apapun karena bersifatan Qiyamuhu binafsihi, kekayaan Alloh kaya mutlak sedangkan kekayaan manusia hanya kaya Muqoyyad, dalam arti masih butuh kepada yang lain. Jadi jangan sombong.
Mari kita lihat bersama, bagaimana manusia tidak berdaya dan sangat lemah. Tatkala sebelumnya masih sehat bugar, tidak butuh pada yang lain kemudian dia sakit dan di bawa ke rumah sakit. Berlalu hari, berlalu waktu yang asal jasmaninya sehat, bugar badannya gemuk terus terbaring di rumah sakit dalam keadaan tidak berdaya. Bahkan dia sudah tidak bisa mengangkat kepalanya. Seiring berjalannya waktu tidak kunjung membaik, malah semakin memburuk hingga tidak bisa lagi mengngakat sesuapan sendok ke mulutnya dan harus dibantu oleh perawat dan keluarganya Walau hanya minum.
Terlihat sepintas seseorang ketika sakaratul maut, sakitnya luar biasa. Bagaimana Alloh menunjukkan pada orang yang masih hidup bahwa dia sangat lemah dan tidak berdaya. Betapa Manusia Sangat lemah dan hina, tatkala betis bertaut dengan lutut, nafas sudah sesak dan nyawa sudah berada di kerongkongan. Ya Alloh Gusti hamba sangat hina dan sangat lemah.
Betapa banyak manusia tidak mengetahui kualitas yang ada pada dirinya setelah waktu melampauinya. Menyadari di masa muda untuk to'at setelah masa tua menghampirinya. Kenikmatan sehat baru dirasa ketika sakit sedang mendera. Menyadari selama hidupnya hanya untuk maksiat ketika sudah tidak berbuat apa-apa. Mengetahui betapa berharganya waktu di saat hampir dua pertiga umurnya digunakan untuk maksiat. Maka dari itu jangan sampai ada celoteh; "Mumpung masih muda badan kuat lakukanlah semuanya sesuka hatimu." Usia muda seharusnya digunakan untuk mencari ilmu dan berjuang di jalan Alloh tapi malah dimenfaatkan sebaliknya. Ya Alloh Gusti.....
Seseorang yang pernah kuat, seseorang yang pernah jaya, seseorang yang pernah dieluh-eluhkan karena kekayaannya, kemudian di lain waktu banyak orang menjenguknya sudah dalam keadaan sakit-sakitan dan hina karena bau, kurus, hitam pekat dan lain sebagainya. Dia sudah tidak mempunyai kekuatan, tidak berdaya dan tidak ada yang bisa dibanggakan lagi. Saat dia mengakhiri hidupnya nyawanya tersengal. Harta dan tahta yang sebelumnya membuat besar kepala, menganggap orang lain selalu ada di bawah dan menyia-nyiakan waktu untuk Taqorrub kepada-Nya, sibuk menghitung dunia dan terlalu bangga dengan jabatan yang sifatnya sementara.
Sering kita jumpai sejarah di atas dunia, banyak para penguasa seperti Fir'aun yang memerintah dengan tangan besi, hingga mengaku dirinya sebagai tuhan, atau seperti Qorun yang kaya raya hingga tidak butuh terhadap Alloh. Mereka sangat percaya dengan kekuatannya dari segala lini, mereka sombong dengan kekuasaan yang dimiliki. Nyatanya, mereka lemah terpesona oleh harta dan kekuasaan sementara. Ya Alloh Gusti...
Alloh banyak menceritakan kejadian di atas dalam kitab suci Al-Qur'an, agar hambanya yang masih hidup bisa mengambil Ibroh dari peristiwa yang menimpa mereka. Bagaimana kesombongan saat berkuasa, bagaimana tidak butuh mereka kepada Alloh ketika sudah memiliki harta yang sangat banyak. Padahal itu hanya ujian. Hari ketika seseorang masih hidup, punya kekuatan, bisa melakukan apa saja yang diinginkan dan suatu saat seseorang juga bisa jaya seperti mereka, yakni bertahta dan berharta. Tapi manusia harus sadar bahwa ia lemah ketika Alloh dengan segala kekuatannya meniadakan dan membinasakan apa yang sudah dibangga-banggakan. Ya Alloh Gusti...
Fenomena dari zaman dulu hingga sekarang ini, manusia lupa dengan sifat kelemahannya dan lupa siapa dirinya. Bukankah mereka tidak berdaya tatkala nyawa tersengal di kerongkongan, bukankah mereka lemah tatkala organ tubuhnya sudah tidak bisa mengangkat tangannya sendiri, bukankah mereka hina ketika dimasukkan ke kiang lahat yang akan menjadi santapan cacing tanah. Manusia lupa akan hal itu semua. Benar apa yang sudah dikatakan Al Qur'an yang berbunyi:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr Ayat 19). Manusia lupa dengan hakikat dirinya sebagai insan yang Do'if, hina dan tidak berdaya. Kelemahan yang menderanya adalah karena mereka lupa siapa yang paling berkuasa di alam semesta ini, mereka lupa dari mana mereka berasal. Ya Alloh Gusti...
Manusia sudah banyak diberikan apa yang diinginkan, kesehatan, kekuatan dan kehormatan, manusia banyak difasilitasi potensi rohani dan jasmani, manusia banyak diberikan kesempatan mengumpulkan amal sebanyak-banyaknya dan waktu untuk menebus dosa, manusia juga banyak diberikan nikmat oleh Alloh, tapi malah dimenfaatkan untuk menyombongkan diri saat berkuasa dan berharta hingga membuatnya lupa, berasal dari mana mereka?
Sebagai kesimpulan, sekuat apapun manusia pasti mereka lemah, sekaya apapun manusia pasti butuh pada sesuatu, berkuasa seperti apapun manusia pasti sifatnya hanya sementara. Jadi tidak ada yang perlu dibanggakan, karena itu semua pemberian Alloh yang suatu saat akan ditarik kembali ketika sudah tiba waktunya. Maka dari itu segala nikmat di muka bumi ini, gunakan semenfaat mungkin, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain.
Sunan Ampel 05
Catatan Mtz, 07 Jumadil Ula 1443 H.
Komentar
Posting Komentar