Langsung ke konten utama

INNER BEAUTY YANG SESUNGGUHNYA

Cantik merupakan impian setiap wanita baik kecantikan secara fisik dan hati. Tapi secara fisik tidak menjadi perioritas dalam Islam, melainkan kecantikan secara rohani yang ditampakkan dengan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari harus menjadi tujuan muslimah masa kini. Betapa banyak perempuan tampil cantik dengan penampilan yang membuat laki-laki terpana sesaat. Selaras dengan apa yang disampaikan oleh Gus Aa' putra Da'i kondang KH. Musleh Adnan dalam satu ceramahnya. Beliau mengatakan, "Kecantikan seorang wanita hanya akan membuat laki-laki menatap, tapi akhlak seorang wanita akan membuat laki-laki menetap." 

Dewasa ini banyak online shop yang menawarkan produk-produk kecantikan. Bermacam-macam brand ditawarkan dengan marketing yang menjanjikan agar terlihat menarik dan cantik di hadapan orang-orang. Sontak semua kaum hawa berbondong-bondong mulai dari yang muda sampai sudah punya anak. Demi untuk tetap cantik dan menarik di depan suami. Hehehe. Brand yang paling terkenal akhir-akhir ini adalah M* Gl*w. Produk yang merawat kesehatan dan tentunya kecantikan. Contoh kecilnya adalah skincare yang kerap keli lalu lalang di media sosial dipromosikan oleh Selebgram dan selebritis untuk lebih tampil percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Ternyata marketing demikian sukses memikat mindset wanita-wanita tanah air. 

Jika selama ini kecantikan patokannya secara fisik saja, maka hal itu belum sempurna. Sebab kecantikan sesungguhnya adalah perpaduan kecantikan jasmani dan rohani. Ada yang perlu harus diperhatikan, bahwasanya cantik itu terdiri dari dua unsur, yaitu kecantikan secara fisik dan non fisik (Akhlak). Sabda Kanjeng Nabi Muhammad Saw: 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ 

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Alloh tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian". (Shahih Muslim juz 4 hal. 1987 no. 2564). Merawat diri bagi wanita muslimah sangat dianjurkan dalam agama, tapi dengan syarat harus sesuai ketentuan. Seperti tampil cantik, karena untuk mendapatkan simpati dari yang bukan mahramnya itu sangat dilarang. 

Bagi wanita yang sudah menikah hendaklah tampil menawan di hadapan suami, bukan malah sebaliknya. Mayoritas mereka tidak paham pada siapa harus tampil cantik. Contoh ketika diajak ke suatu acara dandannya Masya Alloh lama, semua alat kosmetik dipakai untuk mempercantik agar suami bangga karena bisa memiliki dirinya. Tapi ketika di rumah malah tampil seadanya, karena tidak yang menilai paras wajahnya yang menawan. Di sinilah pentingnya laki-laki memuji istrinya, agar dia juga senang berdandan di rumah. Bukan malah digojlok, "Wong cuma di rumah tidak usah dandan riweh dan lain sebagainya." 

Mari kita belajar dari Sitti Muti'ah perempuan yang akan masuk surga setelah Ummahatul Mukminin. Beliau perempuan biasa dengan kerendahan hatinya tidak pandai mempercantik rupa, tetapi karena ada semangat cinta dan setiayang menggelora dalam hatinya sanggup membikin dirinya menjadi cantindan menawan demi menyambut sang suami tercinta. Wanita muslimah perlu menjadi sosok Sitti Muti'ah di Zaman edan ini yang pintar mengambil hati seorang suami pulang dalam keadaan lelah; menghiburnya dengan penampilan cantik dan harum. Betapa akan indah perjalanan rumah tangga yang dijalani. Suami mana yang tidak akan meleleh hatinya melihat istri berseri-seri, wangi dan patuh kepada suami. 

Dikisahkan ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahro' penasaran dengan satu nama yakni Sitti Muti'ah yang namanya disebut langsung melaui lisan ayahandanya sebagai Ahli surga. Sayyidah Fathimah Az-Zahro' mendatangi rumah Sitti Muti'ah. Pada hari pertama, setelah mengetuk pintu rumah seraya mengucapkan salam Sayyidah Fathimah Az-Zahro' sangat senang karena mendapatkan salam dari tuan rumah. Begitupun Sitti Muti'ah sangat bahagia karena rumahnya didatangi putri tercinta Baginda Rasulullah Saw. Akan tetapi ketika tahu Sayyidah Fathimah Az-Zahro' membawa putranya, Hasan, ia segera menutup kembali pintu yang ia buka, karena Sayyidah Fathimah Az-Zahro' membawa putranya. Sitti Muti'ah berkata, "Maafkan aku wahai Putri Baginda. Aku sengaja menutup kembali pintu karena belum Idzin kepada suamiku untuk memasukkan orang laki-laki, meskipun itu masih kecil. Sayyidah Fathimah Az-Zahro' mendengar penuturan Sitti Muti'ah terkagum-kagum karena tidak habis pikir betapa sangat setia kepada suaminya. Padahal saat itu Sayyidina Hasan masih kecil alias belum Baligh. 

Keesokan harinya Sayyidah Fathimah Az-Zahro' kembali menemui Sitti Muti'ah. Sesampainya di sana seperti pada hari pertama, mendapatkan salam balik dari tuan rumah. Sayyidah Fathimah Az-Zahro' sangat yaqin Sitti Muti'ah akan memperkenankannya masuk. Akan tetapi semuanya tidak sesuai ekspektasi, wanita penghuni surga kembali menutup rumahnya rapat-rapat seraya berkata, "Maafkan aku wahai Putri Baginda. Aku hanya meminta idzin untuk Sayyidina Hasan, semantara di luar pintu engkau juga membawa Husein." Sungguh luar biasa bagaimana kehidupan surga nyata dalam rumah tangga. Menjaga diri di saat suami tidak ada di rumah dan menjaga diri dari pandangan orang main, meskipun itu ajnabi yang masih kecil belum baligh. Sitti Muti'ah adalah gambaran potongan Ayat Suroh An Nisa' yang berbunyi:
فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ
"Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)" (QA. An Nisa':34).

Tanpa rasa putus asa di hari ketiga Sayyidah Fathimah Az-Zahro' kembali menemui Sitti Muti'ah. Kali ini beliau sangat yakin akan diperkenankan masuk meskipun membawa sayyidina Hasan dan Husein. Dan akhirnya Sayyidah Fathimah Az-Zahro' diperkenankan masuk. Beberapa langkah memasuki rumah yang sangat sederhana Sayyidah Fathimah Az-Zahro' sudah dibuat kagum ketika melihat Sitti Muti'ah yang cantik jelita. Berdandan menggunakan pakaian yang paling bagus, harum semerbak menggeluti seluruh tubuh bahkan ruangan. Belum sempat Sayyidah Fathimah Az-Zahro' menanyakan kenapa dia berdandan secantik itu beliau dibuat heran ketika melihat dinding rumah karena ada sesuatu yang tidak biasa menggelantung. Sekitar ada tiga benda. Yakni handuk, rotan dan kipas. 

Penasaran sejak awal menginjakkan kakinya, Sayyidah Fathimah Az-Zahro' bertanya tentang tiga benda yang menggelantung di dinding. Sitti Muti'ah menjelaskannya satu persatu. "Wahai putri baginda, aku tidak memang pandai berdandan, akan tetapi ketika suamiku pulang kerja aku selalu berusaha mempercantik diri semampuku. 

Beberapa saat percakapan antara dua wanita surga berlalu. Kemudian Sayyidah Fathimah Az-Zahro' bertanya tentang ketiga benda yang sempat membuat beliau keheranan,"Wahai Muti'ah, kenapa engkau meletakkan benda-benda itu di dinding sana?. Mendengar pertanyaan tersebut Sitti Muti'ah menjawabnya dengan jelas. "Wahai putri baginda, handuk itu sengaja diletakkan dekat dengan pintu agar ketika suamiku datang dari tempat kerjanya aku bisa langsung mengusap peluh keringatnya. Sedangkan rotan agar ketika suamiku mencicipi makanan kemudian itu tidak cocok dia dengan mudah mencambukku. Dan satu bilas kipas itu, aku pilih benda yang wajib ada, supaya aku bisa mengkipasinya hingga suamiku merasa nyaman dalam lelap istirahat.," Coba bagaimana surga tidak mau dimasuki wanita sscantik dan semulia beliau. 

Maulana Jalaluddin Rumi berkata, "Jika kecantikan menarik mata, maka indahnya akhlak menarik hati." Inner beauty yang berasal dari muslimah akan terpancar ketika hati dipenuhi dengan kebaikan dan akhlak terpuji, bukan diukur dari paras wajah yang elok dengan mengumbar aurat kepada ajnabi. Berdasarkan ajaran islam kecantikan hanya diberikan kepada suami. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw; “Siapakah wanita yang paling baik?” Beliau menjawab, ''(Sebaik-baik wanita) adalah yang menyenangkan (suaminya) jika ia melihatnya, menaati (suaminya) jika ia memerintahnya, dan ia tidak menyelisihi (suaminya) dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya.“ (HR Ahmad, Hakim, Nasa'i, dan Thabrani). 

Sebagai kesimpulan: kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan akan kepribadian, baik yang terpancar dari hati, kelakuan dan pikiran. Kecantikan fisik bukan barometer dalam islam. Tapi kecantikan sifat, tabiat, kebaikan hati dan akhlak merupakan perioritas yang harus dimiliki muslimah-muslimah masa kini. Para wanita jangan pernah takut tidak cantik, karena setiap wanita pasti mempunyai kecantikan perfecto jika dibarengi dengan akhlak mulia. Buat apa fisik cantik kalau akhlaknya jelek. Kecantikan fisik sifatnya sementara akan hilang di saat usia sudah menua. Tapi kecantikan hati dengan budi pekerti terpuji yang akan tetap bertahan meski usia sudah tidak muda lagi. 

Halaman Sunan Maulana Malik Ibrahim
Catatan Mtz. 17 Jumadil Ula 1443 H.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...