Slogan "Udah pada ngopi belum?" di media sosial sering tampil di beranda-beranda akun netizen budiman. Benar, beberapa tahun terakhir ini, budaya ngopi di sekitar kita kian hari kian meningkat dengan banyaknya kedai-kedai kopi hingga Cafe. Saat ini minum kopi juga menjadi kebutuhan dan gaya hidup sebagian orang di tengah lingkungan sekitar. Selain memang untuk menghilangkan rasa kantuk, terkadang dengan ngopi obrolan semakin cair dan tidak cepat jenuh.
Sebenarnya trend ngopi sudah mulai sejak dulu sebelum maraknya budaya Ngopi di cafe-cafe. Kaum santri terbiasa ngopi mulai abad ke-9 H/15 M. Sedangkan Barat baru mengenalnya pada abad ke-17 M. Tapi, kini gerai-gerai kopi mereka merajai dunia. Sebutlah Starbuck yang memiliki cabang sebanyak 27.339 buah di seluruh dunia (cnbcindonesia.com/19-08-2018). Kaum santri mengenal kopi pada akhir abad ke-09 dari masyarakat Yaman.
Bukti kalau kopi mempunyai khasiat dapat menahan kantuk, biasanya di kalangan masyarakat pedesaan kopi dijadikan minuman wajib ketika manaqiban, hajatan, selamatan, tahlilan, yasinan dan istighotsah dengan alasan khusu' karena bisa menahan ngantuk. Sejarawan Ibn al-Imad (w. 1089 H), penulis biografi ulama, Syadzarât al-Dzahab, mencatat, Abu Bakar bin Abdullah, ulama pengikut tarekat Syadziliyah, diketahui membuatnya dengan biji kopi (al-bunn) dari Yaman. Karena ternyata kopi membuat mata melek, akhirnya beliau memerintahkan semua pengikutnya untuk banyak minum kopi.
Kopi juga cocok sebagai teman nongkrong dan berkerja, utamanya kaula muda. Mereka betah di cafe sampai berjam-jam melebihi orang i'tikaf hanya untuk melaksanakan ibadah ngopi (Istilah ngopi kaula muda). Salah satu ulama Nusantara yang mengarang kitab Khusus kopi adalah Syaikh ihsan bin Muhammad Dahlan Al-Jampesy yang dan diberi nama, "Irsyadul Ikhwan libayani Syurbil Qahwaty wa Ddukhan." Ketika menjelaskan tentang kopi beliau mengutip pernyataan Al-Idrus:
قال النجم الغزي في تاريخه في ترجمة أبي بكر ابن عبد الله الشاذلي المعروف بالعدروس أنه أول من اتخذ القهوة لما مر في ساحته بشجر البن فوجد فيه تخفيفا للدماغ واجتلابا للسهر وتنشيطا للعبادة.
"Berkata Najm al-Ghazy dalam sejarahnya ketika menjelaskan tentang Abi Bakar bin Abdillah Asy-syadily yang dikenal dengan Al-Idrus. Beliau merupakan Orang yang pertama menggunakan kopi. Sebagai mana menurut beliau dalam secangkir kopi terdapat kegunaan meringankan otak (untuk kecerdasan), membuat tetap terjaga (anti ngantuk), menyebabkan semangat dalam ibadah,".
Komentar Al Imam Ibnu Hajar Al Haitami tentang menfaat kopi sebagai solusi mengahadapi kesusahan dan sarana Taqorrub kepada sang maha pencipta. Beliau berkata:
ثم اعلم ايها القلب المكروب أن هذه القهوه قد جعلها اهل الصفاء مجلبة للأسرار مذهبة للأكدار.
"Lalu ketahuilah duhai hati yang gelisah bahwa kopi ini telah dijadikan oleh Ahli shofwah (orang orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan, penghapus kesusahan.
Kenikmatan kopi bisa menjadikan obrolan lebih fresh, tidak terlalu tegang dan menjadikan seseorang lebih semangat ibadah, terumata bagi kalangan santri; Kopi selalu menemani mutholaah, selain menfaatnya menenangkan pikiran dan untuk kecerdasan, kopi juga memberikan menfaat tidak cepat ngantuk.
Beberapa khasiat ngopi. Antara lain, “merangsang anggota badan jadi semangat, menenangkan jiwa, mengusir galau, mendatangkan inspirasi, membuat hati khusyuk, mengajak taat dan begadang malam untuk ibadah, mencerahkan penglihatan, membersihkan kandung kemih dan melancarkan buang air kecil”. ( Sumber: Nu online)
Ada fakta menarik ketika diamati lebih jauh lagi. Seraya budaya ngopi sudah berkembang di kalangan kaula muda perkotaan. Tren ngopi juga sudah pada nuansa yang positif. Yakni acara-acara keagamaan dan di setiap sholat lima waktu masjid-masjid di pedesaan banyak yang mulai menyediakan kopi. Meski pada kenyataannya, budaya ngopi di pedesaan bukan hal baru lagi. Namun terkadang mereka hanya ngopi di rumahnya masing-masing atau ada kegiatan keagamaan, seperti Walimatul Ursy, tahlilan dan lain-lain.
Nuansa positif seperti di atas harus dimenfaatkan, karena secara alamiah, orang yang ngobrol atau kalau dalam bahasa Madura (Nging-dungingan) sambil ditemani secangkir kopi hangat akan membuat obrolan betah, akrab dan lebih cair tentunya. Maka ibadah ngopi kata anak muda zaman ini yang dilakukan di masjid-masjid akan mengembalikan rasa kebersamaan antar masyarakat, tukar informasi seputar apa saja di masjid, perekonomian yang kian hari kian turun, genting yang sudah mulai berkurang peminatnya karena ada kalfalum. Lalu didiskusikan santai bagaimana agar menemukan solusi yang tepat mengatasi problematika di atas. Dari sinilah, lambat laun persaudaraan akan lebih terjalin dan menguat dengan sendirinya, Insya Alloh.
Mari kita lihat dalam beberapa kitab Siroh Nabawiyah, bagaimana Rosululloh Saw menjadikan masjid Nabawi sebagai pusat pergerakan ummat Islam. Mulai dari perekonomian, ibadah hingga strategi militer. Dari mimbar Masjid Nabawi Rosulullah Saw terus-menerus mengedukasi ummat islam dengan akhlak dan keilmuan. Dari mimbar masjid Nabawi Rosulullah Saw juga memberikan semangat kepada para tentara militer, mengatur strategi dan mendoakan para syuhada. Ribuan pasukan perang digembleng dengan membakar semangat juang untuk Izzul Islam Wa Al Muslimin. Dari Masjid Nabawi juga Rosululloh Saw mengatasi kesulitan-kesulitan ummat dalam hal ekonomi. Mengajak para saudagar dari kalangan sahabat agar berempati, saling berbagi, memacu gerakan infak sedekah ataupun wakof dengan prinsip
اليد العليا خير من يد السفلى
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Kekuatan di atas sudah mulai pupus di kehidupan ummat Islam dewasa ini. Mereka menjadikan masjid hanya sebagai tempat ibadah, bahkan mereka yang tidak tahu sejarah menyalahkan jika masjid dijadikan tempat-tempat penggerak kegiatan sosial keagamaan. Oleh karena itu tersedianya kopi setiap waktu sholat bisa menjadi sebab kekuatan ummat islam dengan obrolan-obrolan mengandung maslahat, menjaga persatuan dan menjawab segala problematika kehidupan dengan jalan diskusi santai.
Selamat melaksanakan ibadah ngopi
Loka coffe.
Catatan Mtz. 05, Jumadil Ula 1443 H.
Komentar
Posting Komentar