Legendaris imam yang mulia dalam menjaga waktu, mengisinya dengan belajar, mengajar, menulis dan menyusun karya-karya Ilmiah, sehingga hasil oretan penanya banyak, dengan kandungan yang sangat berkualitas, hebat, plus dengan jumlah yang luar biasa untuk bisa dinikmati oleh para generasi muda berikutnya. Beliau adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau ath-Thabari. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray, Baghdad, kemudian Syam dan juga di Mesir, beliau lahir di daerah Amol atau Amuli, Thabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia) pada tahun 224 H, dan wafat pada tahun 310 H.
Sosok beliau dalam berpenampilan sangat rapi dan batinnya bersih. Hubungan beliau dengan teman-teman majelisnya sangat baik, beliau selalu mencari tahu tentang perkembangan Sahabat-sahabatnya. Menjaga kesopanan dalam semua kondisi, terutama saat makan. Apabila disajikan kepadanya buah-buahan, maka akan mengalir berbagai nasehat dari lisan beliau yang ada kaitannya dengan ilmu, Fiqih dan masalah-masalah lainnya. Sehingga beliau tampak seperti orang yang kelimuannya luas.
Terkadang, beliau mengahadiri undangan makan atau walimah. Maka, hari itu menjadi hari yang istimewa, karena keberadaan dan kehadirannya. Beliau terkandang keluar juga bersama kawan-kawannya ke Padang pasir dan makan bersama mereka di sana. Namun, jika beliau sudah masuk ke rumahnya lagi, hampir-hampir tak ada seorangpun yang bisa menemuinya karena beliau sibuk menulis, kecuali karena perkara yang sangat penting.
Kesuksesan Imam At-Thobari tetap masyhur namanya hingga kini tidak lepas karena disiplin ilmu, management waktu dan aktivisnya. Beliau sangat memperhatikan waktu, diceritakan oleh Al-Qodhi Bin Abu Bakar Bin Kamil murid sekaligus sahabat At-Thobari. Ia menceritakan, "Bila makan siang telah selesai beliau tidur dengan mengenakan pakaian khaisy, yakni sejenis pakaian yang bahannya tipis, jahitnya kasar, dibuat dari sisa-sisa bahan katun. Kemudian beliau bangun dan menunaikan Sholat Dzuhur, terus melanjutkan menyusun tulisan hingga waktu Ashar, dan membacakan Hadist atau menyimak menyetor hafalan Hadist, hingga waktu Maghrib. Kemudian, beliau duduk mengajarkan Fiqih dan pelajaran lainnya hingga Isya' yang akhir. Beliau telah mendarmakan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan dirnya, agamanya dan manusia. Sebagaimana yang telah Alloh perintahkan.
Ustad Muhammad Kurdi Ali menuturkan tentang biografi Ibnu Jarir sebagai seorang pelajar atau santri yang tidak pernah menyia-nyiakan waktu meskipun hanya sekejap dalam hidupnya, tanpa ada menfaat. Hal ini bisa kita lihat setiap hari menyusun 14 lembar tulisan. Kalau ditotal semasa hidupnya 86 tahun dikurangi masa baligh, dan taruhlah 14 tahun, maka jumlah hari 72 tahun, dan kita hitung setiap hari menyelesaikan 14 lembar, total jumlah karya tulis Ibnu Jarir 358.000 lembar. Dahsyat bukan ! Beliau sosok ulama yang kontribusinya dalam dunia literasi patut untuk diberikan perhargaan setinggi-tingginya dan teladan bagi pelajar saat ini. Semoga kita bisa meniru jejak langkah dan perjuangannya. Aamiin
Refrensi dari Kitab Al-Ulamaul Uzzab dan Qimatuz Zaman 'indal 'Ulama' Muallif Syekh Abdul Fattah.
Panyeppen, 12 Robius Tsani 1443 H
Catatan Mtz.
Komentar
Posting Komentar