Pengurbanan dan jerih payah ulama salaf zaman dahulu sangatlah berat, mereka rela memberikan semua waktunya untuk menekuni semua macam-macam ilmu. Karyanya menjadi salah satu bukti keinginan dan cita-cita mereka sangat tinggi dan kuat yang merupakan saripati kehidupannya. Tapi sayang, banyak karya mereka yang hilang karena semangat para penuntut ilmu saat ini semakin surut, enggan untuk membaca, menelaah bahkan untuk menjabarkannya lebih luas lagi.
Jalan utama bagi orang yang ingin menyempurnakan dalam menuntut ilmu adalah membaca kitab atau buku peninggalan orang-orang terdahulu sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, sang Tolib akan lebih mengenal banyak ilmu dan terbukalah cakrawala pemikirannya. Juga akan tahu betapa tinggi semangat penuntut ilmu zaman dulu. Hal ini bisa menstimulasi para Tolibul Ilmi untuk melakukan sesuatu dengan lebih serius. Yang lebih penting lagi, tidak ada satupun kitab yang tidak berfaidah.
Dewasa ini banyak kalangan penuntut ilmu atau pelajar pada umumnya, tidak banyak yang memiliki keinginan kuat disiplin ilmu, sehingga bisa dicontoh oleh pemula. Bagaimana sosok Ibnu Jarir At-Thobari menulis setiap hari 14 lembar, bahkan kalau tidak keluar rumah sampai 40 lembar, dan manajemen waktunya tidak ada yang terlewati kecuali tentang hal yang berfaidah; membaca, menganalisa dan menulis. Atau ulama' salaf seperti Ibnu Al Jauzi yang telah membaca 200.000 kitab, menulis kitab pertamanya di usia 13 tahun. Di abad Modern ini juga ada As-Syahid Syeikh Muhammad Sa'id Romadhon Al Buthi yang juga banyak melahirkan karya-karya spektakuler. Dan masih banyak ulama' salaf dan modern yang tidak bisa kami sebutkan, karena tidak terhitung jumlahnya dan batas kemampuan penulis yang sangat minim. Oleh karena itu kita sebagai pemuda harapan agama dan bangsa wajib dengan seksama melihat perjalan dan riwayat hidup ulama' salaf atau pendahulu yang namanya tercantum dalam lembaran sejarah orang sukses. Hal itu sama dengan melihat mereka. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
فاتني أن أرى الديار بطرفي ... فلعلي أرى الديار بسمعي
[ابن الجوزي ,صيد الخاطر ,page 454]
Tak sempat kulihat negeri-negeri itu dengan mataku.
Kuharap dapat melihat negeri-negeri itu dengan telingaku.
Mari kita traveling sedikit untuk melihat potret kehidupan ulama' salaf sekaliber Imam Ibnu Al Jauzi yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan pelajar dunia.
Beliau berkata, saya termasuk orang yang tidak pernah kenyang membaca kitab atau buku. Jika terlihat satu buku yang belum pernah saya sentuh, bagaikan harta karun yang tidak ternilai harganya. Hal ini beliau tuliskan dalam satu karyanya kitab Shaidul Khatir.
ولقد نظرت في ثبت الكتب الموقوفه في المدرسة النظمية2؛ فإذا به يحتوي على نحو ستة آلاف مجلد، وفي ثبت كتب أبي حنيفة، وكتب الحميدي، وكتب شيخنا عبد الوهاب، وابن ناصر، وكتب أبي محمد بن الخشاب -وكانت أحمالًا- وغير ذلك من كل كتاب أقدر عليه،
[ابن الجوزي ,صيد الخاطر ,page 454]
Saya pernah melihat kitab-kitab di Madrosah Nizhomiyah. Ada sekitar 6.000 jilid kitab, juga ada kumpulan kitab-kitab Abu Hanifah dan Humaidy, dan kitab-kitab guru saya Abdul Wahab Bin Nashir, kitab-kitab Muhammad Bin Khossab yang jumlahnya sangat banyak, dan berbagai kitab lainnya yang ingin saya baca.
Dari sekian ratusan bahkan ribuan kitab yang dibaca oleh Ibnu Al Jauzi di atas, sebenarnya beliau lebih mengambil pelajaran dari kitab-kitab yang dibaca di antaranya adalah mengambil pelajaran tentang perjalanan hidup ulama-ulama salaf, semangatnya, hafalannya, ibadahnya, ilmu-ilmunya yang luas dan dalam, sedalam samudera.
Maka sudah semestinya kita yang terkadang malas untuk belajar, menjalani kehidupan yang Susah dengan segala problem, maka kita bisa membaca tapak tilas sejarah perjalanan ulama kita yang sudah terbiasa dengan kemalaratan, tapi mereka sabar, sudah terbiasa bersenang-senang dengan kegagalan Tapi tetap bangkit. Terutama bagi kalangan pelajar Membaca peninggalan ulama'salaf sebanyak-banyaknya agar dalam menuntut ilmu lebih sempurna dan bisa menghidupkan kembali pribadi seperti beliau-beliau di zaman modern ini. Aamiin
Yuk Semangat !
Sunan Ampel 05.
Catatan Mtz. 15, Robius Tsani 1443 H
Komentar
Posting Komentar