Langsung ke konten utama

IMAM AN-NAWAWI REMAJA YANG TIDAK PERNAH MELEWATI WAKTUNYA DARI BELAJAR.

IMAM AN-NAWAWI REMAJA YANG TIDAK PERNAH MELEWATI WAKTUNYA DARI BELAJAR.

Siapa yang tidak kenal dengan Imam an-Nawawi, ulama tersohor dari Damaskus yang tidak saja populer karena mampu menulis banyak kitab, tetapi juga menjadikan kitab-kitab yang ditulisnya sebagai rujukan penting dalam madzhab Syafi’i. Sejarah mencatat,  beliau mampu menghasilkan karya sudah dimulai saat usia muda, yaitu saat memasuki usia 25 tahun.

Beliau seorang Imam, seorang hafidz terkemuka, yang menjadi panutan, syaikhul islam, dan pemimpinya para wali. Beliau lahir di desa Nawa pada tahun 631 H. Nama lengkap beliau adalah, Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarif Bin Murri Al Hizami Al Hauroni As-Syafie. Penulis karya ilmiah yang bermenfaat dan terus dikaji lintas generasi.

Imam An-Nawawi remaja tidak pernah melewati waktunya dari pembelajaran. Dalam perjalanan pun ia memanfaatkan waktunya untuk membaca dan memuthalaah pelajarannya. Ia mempelajari hadits, integritas perawi hadits, syarah hadits, tafsir, fiqih, ushul fiqih, ushuluddin, tasawuf, dan sharaf.

Beliau secara totalitas disiplin ilmu, belajar dan mengajar, menulis kitab salah satu cara beliau mengabadikan ilmunya. Imam Nawawi pribadi yang sangat bersahaja dan bersabar dalam kehidupan yang sangat sederhana, baik dari segi pakaian ataupun makanan. Bahkan beliau pernah tidak makan dalam sehari semalam, kecuali hanya sekali saja. Yakni setelah akhir waktu Isya'. Dan beliau juga tidak minum, kecuali hanya waktu makan sahur. Beliau juga menghindari makan buah-buahan agar badannya tidak merasa keenakan hingga tertidur. 12 pelajaran setiap hari disertai dengan komentar dan penelitian. Hal ini sesuai yang diungkapkan beliau, "Saya memberi komentar terhadap semua yang berkaitan dengan keterangan kitab-kitab, merevisi ungkapan dan menertibkan bahasanya. Produktivitas ini beliau terus beliau kerjakan setiap hari.  

Abul Hasan Al Atthar salah satu murid Imam Nawawi mengatakan, "Bahwa beliau membaca kitab di depan gurunya dalam satu hari mencapai 12 pelajaran, dengan perincian sebagai berikut; 2 pelajaran mengkaji kitab Al-Wasith tentang Fiqih, 1 pelajaran mengkaji kitab Al Jam'u Bainas Shohihaini tentang Hadist, 1 pelajaran tentang Soheh Muslim tentang Hadits, 1 pelajaran mengkaji Al Luma' karya ibnu Jinni tentang ilmu Nahwu, 1 pelajaran mengkaji Islahul Mantiq tentang ilmu bahasa, 1 pelajaran tentang ilmu Shorrof, 1 pelajaran tentang Ushul Fiqih, 1 pelajaran tentang nama-nama perowi terkait masalah ilmu Hadist, dan 1 pelajaran tentang Ushuluddin terkait masalah-masalah Aqidah." Beliau mensyarahi kitab-kitab di atas sekiranya kalau ada yang sulit untuk dipahami oleh penikmat ilmu.

Salah satu karomah yang dimiliki Imam Nawawi adalah jarinya bisa mengeluarkan cahaya saat sedang menulis, sebagai penerang kala mati lampu. Hal demikain juga dimiliki oleh Imam Rafi’i, tapi bukan jarinya yang bercahaya, melainkan pohon yang berada di sampingnya. Banyak yang mengatakan beliau sebagai Wali Qutub, seperti yang dikatakan oleh Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athas (termasuk wali Qutub Hadramaut). Kekaguman pada Imam Nawawi juga diungkapkan oleh Ulama' Modern yakni, As-Syahid Syeikh Muhammad Sa'id Romadhon Al Buthi mengatakan, "Andai Imam Nawawi bukan seorang Wali, niscaya tidak ada satupun wali di muka bumi ini." Al Buthi sangat mengagumi Imam Nawawi, karena Imam Nawawi salah satu Ulama yang diberi keistimewaan ilmu yang tinggi, karyanya menjadi rujukan literatur keislaman, khususnya dalam tradisi Madzhab Syafi'i. Lebih dari itu Al Buthi mengakui derajat ketakwaan Imam Nawawi sangat tinggi. Beliau menghabiskan seluruh waktunya untuk ilmu dan amal. 

Ketekunan dalam ilmu pengetahuan mengantarkan beliau pada Ulama' terkemuka di kalangan Madzhab Syafi'i, dan karya-karyanya yang banyak serta sangat ilmiah menjadi rujukan kaum pelajar setelahnya. Kesuksesan Imam Nawawi tidak lepas karena semangat belajar di sejak kanak-kanak, dewasa hingga di hari tua. 

Beliau menderita sakit di sisi ayahandanya, hingga kembali ke haribaan yang maha esa pada bulan Rojab tahun 676 tepatnya pada usia 45 tahun. Maqbarohnya ada di daerah Nawa. Imam Nawawi telah meninggalkan karya-karya spektakuler yang sangat banyak, serta tulisan-tulisan yang sangat langka. Semoga Alloh merahmati dan mencurahkan keridhoan-Nya kepada beliau. Aamiin

Kelas 1 d Wustho, 18 Robius Tsani 1443 H
Catatan Mtz. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...