Seperti pada tulisan-tulisan sebelumnya, sosok mulia Al-Imam Ibnu Jarir At-Thobari ketenarannya memenuhi cakrawala dan secara umum nama beliau tidak ada tandingannya. mengerahkan segala waktu untuk membaca, menelaah dan menganalisa. Kehidupannya sangat produktif dengan melahirkan karya-karya spektakuler yang menjadi pedoman pelajar dari seluruh dunia.
Seperti manusia sukses umumnya, pasti merasakan kesulitan dan rintangan dalam menapaki perjalanan hidup ke arah yang lebih bermakna. Begitupun Imam At-Thobari pernah didera lapar, kehilangan barang dan jatuh miskin lebih dari sekali. Bahkan, beliau pernah membelah dua lengan bajunya, lalu menjualnya. Dan hasil dari penjualan itu beliau gunakan untuk membeli makanan. Meskipun banyak rintangan dan tantangan yang mewarnai perjalanan hidupnya, beliau tidak pernah putus asa, dan terus semangat menekuni cita-citanya.
Imam At-Thobari ini adalah sosok teladan kaum pelajar dalam menuntut ilmu dan melestarikannya. Beliau telah menggunakan waktunya setiap detik, setiap menit dan semua waktu untuk Khidmah pada ilmu. Mengamalkan dan menuliskannya. Khatib Al-Baghdadi mengungkapkan, "Aku pernah mendengar As-Simsi bercerita, bahwasanya Ibnu Jarir At-Thobari telah menetap, (tidak mengadakan perjalanan) selama 40 tahun. Selama itu beliau senantiasa menulis dalam seharinya 40 lembar. Hal ini bisa kita saksikan dengan banyaknya karya ilmiah yang lahir dari oretan tinta emasnya. Sebuah pencapaian yang hanya mampu dikerjakan oleh orang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan.
Rutinitas menulis yang sudah mendarah daging pada Ulama' yang satu ini tidak selesai di hari tua. Konon, menjelang wafatnya beliau masih saja meminta tinta untuk menulis doa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-muafa Bin Zakariya meriwayatkan dari sebagian orang yang dipercaya, bahwa mereka ikut hadir saat sang Imam At Thobari menjelang wafatnya, yakni satu jam atau kurang sedikit sebelum beliau wafat. Mereka menyebutnya doa Ja'far bin Muhammad. Beliau segera meminta tinta, dan menuliskan doa tersebut. Tanya seseorang orang yang didekatnya, "Dalam kondisi seperti ini anda masih menulis?," Setiap orang selayaknya mengambil menulis ilmu hingga wafat," jawabnya. Beliau adalah sosok yang disampaikan oleh Rosulullah dalam sabdanya,
اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
Artinya, "tuntutlah ilmu dari kita lahir hingga liang lahat( meninggal )". Perhatiannya dalam Khazanah keilmuan islam sangat besar dan nyaris tidak ditemukan pada Ulama-ulama lain di masanya.
Semenjak dewasa sampai wafatnya ia tidak menikah. Pendampingnya hanya sebuah pena dan secawan tinta serta seutas kertas. Dalam berkarya, beliau termasuk ulama yang produktif. Hasil karya beliau menjadi lestari yang akan terus dinikmati oleh pelajar yang dahaga ilmu pengetahuan, meskipun beliau sudah tidak ada tapi beliau masih hidup namanya sepanjang zaman, hinga waktu yang ditentukan oleh Alloh Swt. Benar yang diungkapkan oleh ibnu Al Jauzi dalam kitabnya Shaidul Khatir, "Kitab tulisan seorang ulama adalah anaknya yang Abadi."
Sang legendaris dengan sejuta karyanya kembali keharibaan sang maha kuasa pada akhir bulan Syawal tahun 310 dalam usia 86 tahun. Semoga Alloh melimpahkan rahmat dan pahala terbaik untuk beliau, karena jasanya terhadap ilmu, agama dan pemeluknya. Aamiin.
Referensi, Kitab Al-Ulamaul Uzzab dan Qimatuz Zaman 'indal 'Ulama'
Muallif Syekh Abdul Fattah.
Panyeppen, 14 Robius Tsani 1443 H
Catatan Mtz
Komentar
Posting Komentar