Orang yang memiliki kemauan kuat pasti akan terus mencoba, tidak perduli dia harus gagal berapa kali, karena dalam fikiranya hanyalah bagaimana mimpi yang sudah direncanakan harus terwujud secara sempurna dan tepat waktu.
Dalam lembaran-lembaran kisah orang sukses, keluhuran dan kemuliaan yang mereka dapatkan terkait erat dengan kesulitan dan kesusahan. Serta diliputi oleh rintangan yang menghadang, untuk menyeberanginya harus melewati jembatan kesulitan dan penderitaan.
Terkadang kita lebih fokus melihat Tokoh pada kesuksesan yang diraihnya, bukan saat berjuang melawan ganasnya perjuangan, bagaimana mereka bersenang-senang dengan kesabaran yang cukup panjang dilalui tanpa sedikitpun diam atau mundur, putus asa dan menyerah sebagai pecundang.
Sosok teladan sangat menginspirasi dari kalangan orang madura yang kiprahnya sudah go internasional. Yakni Dr. Mahbubi Ali, beliau lahir dari almamater yang sama di bumi panyeppen. Dari keluarga yang kurang mendukung secara finansial, tapi berkat kegigihan, semangat belajar dan Taqorrub-Nya kepada Alloh mengantarkan beliau pada posisi saat ini.
Konon, beliau ketika dikirim uang di pondok hanya 2000 Rupiah, itupun beliau tidak mau, dan memberikan jatah kiriman kepada adiknya yang juga mondok. Kesulitan dan rintangan semasa di pondok tidak sebanding ketika beliau belajar di kampusnya. Tepat pada satu pelajaran yang kurang membidangi yakni bahasa Inggris. Meskipun tidak tahu beliau tidak serta-merta menyerah.
Beliau belajar secara otodidak di kamarnya selama kurang lebih 6 bulan sambil mengikuti les sembunyi-sembunyi di kampus lain. Jiwa besar dengan tekad baja menjadikannya ketua Dewan pengawas Bank Syari'ah dan sering menjadi pembicara di forum-forum diskusi internasional. Sungguh beruntung saya bisa mendengarkan ilmu, wejangan, dan motivasi dari jejak perlanan intelektual dan spiritualnya. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan dan barokah Umur. Aamiin
Dari dunia belahan barat lahirlah tokoh Legson Kayira. Dia telah berjalan kaki menempuh jarak 2.500 mil melintas benua Afrika. Ketika Legson Kayira pamit pada ibundanya untuk melakukan perjalanan meraih cita-cita, dia hanya dibekali Jagung rebus yang dibungkus dengan daun pisang. Bayangkan perjalanan dari Afrika ke Amerika bukan jarak yang dekat coy.... harus melewati hutan-hutan belantara
Legson Kayira sangat termotivasi dari guru pendatang di desanya dan mengambil banyak hikmah yang sangat bermenfaat untuk kehidupan di masa depannya. Bahwa, seseorang tidak boleh menjadi korban keadaan. Sebaliknya, orang tersebut yang harus berjuang merubah keadaan. Akhirnya, dia mendapatkan pandangan baru, setiap orang hendaknya memenfaatkan bakat yang dimiliki untuk meningkatkan taraf hidup demi kebahagiaan diri sendiri atau orang lain di masa-masa yang akan datang, dan salahsatunya adalah dengan pendidikan.
Jarak desa ke desa yang lain lima sampai enam mil. Perjalanan membelah hutan belantara dan menyeberangi arus sungai yang sangat mengerikan, dan ketika sampai di desa sore hari, dia minta makanan dan minuman. Setelah sampai di ampala dia membaca tulisan tentang sekolah di Amerika yang membuka beasiswa pemuda cerdas, dan IQ tinggi. Setelah itu, tanpa fikir panjang dia mengirim surat lamaran satu demi satu ke semua sekolah.
setelah tiga Minggu akhirnya dia menerima balasan, bahwa Beasiswa telah disediakan dan sekolah bersedia mencarikam pekerjaan. Seketika itu hati Legson kayira senang, hatinya berbunga-bunga, karena sebentar lagi keinginannya untuk menjadi mahasiswa dan menjadi tokoh besar akan segera terwujudkan. Tapi kebahagiaan itu tiba-tiba redup saat mendapatkan berita bahwa untuk menerima beasiswa tidaklah mudah. Di antaranya dia harus punya Paspor.
Karena sudah bertekad baja dan berjiwa besar Legson kayira tidak putus asa, meskipun banyak rintangan yang menghadang dia tetap semangat. Keteguhannya dalam berjuang dan mengubah menjadi peluang. Singkat cerita, setelah beliau diterima menjadi mahasiswa atas bantuan penggalangan dana hingga mencapai jumlah 1.700 dolar.
Akhirnya Legson Kayira sambil membawa dua buku yang di bawa sebelumnya, tiba di Skagit Vallege College. Dia berpidato yang isinya sebagai ucapan terima kasih tiada tara, karena berkat bantuan dana yang digalang mahasiswa Amerika dia bisa sekolah menjadi Mahasiswa. Kemudian dia menyatakan keinginannya untuk menjadi Perdana Menteri di negaranya. Sebagian dari mahasiswa ada yang tersenyum karena mungkin cita-cita Legson Kayira terlalu tinggi.
Namun siapa sangka pemuda dari pinggir desa terpencil Afrika timur berhasil masuk di kampus ternama dunia duduk bersama para anak-anak tokoh dunia. Inilah sosok Legson Kayira yang tidak pernah surut semangatnya, berjiwa besar dan bertekad baja menjadikannya sebagai orang nomor satu di Afrika dan menjadi profesor ilmu politik di universitas Cambridge.
Setelah tokoh dari Madura dan Afrika. Mari kita beranjak ke timur tengah. Salah satu tokoh Imam besar, Al Alim, Muhammad bin Tohir Al Maqdisi pernah mengalami kencing darah dua kali dalam mencari Hadist. Karena, beliau telah menempuh jarak yang jauh di bawah terik matahari. Dan dari usahanya inilah, beliau mendapatkan hasil yang diraih. Tidak diragukan lagi, kesabaran dan tekadnya dalam menanggung kesulitan yang berat ini tidak seberapa dibandingkan cita-cita dan jiwanya yang besar.
Seorang yang berjiwa besar, berhati baja dengan semangat yang tidak pernah pudar mengerahkan segala potensinya untuk menjadi orang yang lebih baik dengan menuntut ilmu pengetahuan, bersabar memikul kesulitan dan kesengsaraan, serta melawan rintangan dan tantangan.
Kemiskinan yang saat ini menjadi salah satu faktor putusnya pendidikan, tapi di zaman dulu semuanya tidak menjadi masalah, karena kemauan dan kemampuannya menyatu, hingga tidak bisa menghalangi semangat dan cita-citanya. Seperti yang terjadi pada Abu Ja'far Ahmad Al-Qashiri penduduk Qoirawan. Beliau sangat memperhatikan cita-citanya dalam menekuni ilmu pengetahuan. Beliau juga pernah berkata, "Selama 40 tahun, penaku tidak pernah kering, yakni karena banyak menyalin kitab di malam dan siang hari. Terkadang beliau menjual sebagian bajunya hanya ingin membeli kitab dan kertas untuk menyalin kitab.
Perjuangan di zaman ini tidak sesulit apa yang sudah menimpa orang-orang terdahulu. Bagaimana para ulama ketika ingin membeli kertas harus menjual setengah lengan bajunya. Bagaimana Legson Kayira tokoh Afrika berjalan melewati benua dengan jalan kaki bermil-mil. Sedangkan sekarang jalan sudah semakin mudah, sarana-sarana sudah tersedia, yang jauh jaraknya sudah terasa dekat, rentang waktu dan tempat sudah dilipat.
Namun sayangnya, kemudahan dalam segala sektor tidak semakin meningkat, malah sebaliknya. Semangatnya justru mengendor, tekadnya justru mengusut, hasil justru melemah dan keunggulan justru semakin meredup. Benar apa yang dikatakan Pak Dr. Mahbubi Ali ketika ada Audiens bertanya, "Salah satu penyakit malas yang menimpa anak muda saat ini adalah Handphone." Lantas beliau menjawab sebaliknya, "Handphone salah satu sarana pendukung kita untuk melahirkan karya-karya. Menulis tidak usah beli kertas, mencari referensi tinggal buka Maktabah Syamilah." Justru sangat Dzolim bagi mereka yang tidak menggunakan Handphonenya sebagai alat yang berguna bagi dirinya dan orang lain. Jelas beliau.
Mari saksikan bersama berbagai kepahlawanan, pengorbanan dan tekad baja yang ditampilkan oleh orang-orang yang negerinya berjauhan, lingkungan dan wilayahnya berbeda-beda. Ada yang dari Madura, ada yang dari Afrika, dari timur tengah dan daerah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam meraih derajat yang tinggi tidak bukanlah monopoli desa atau kota tertentu, semuanya berhak dan pasti bisa.
Orang yang berjiwa besar akan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan tidak akan gampang puas, meski sudah ada di puncak ilmu. Apalagi yang dangkal seperti saya. Tentu hal ini berat menurut badan, tetapi terus dilakukannya untuk amal. Sebagaimana kata seorang penyair:
كما قال الشاعر1:
وإذا كانت النفوس كبارًا ... تعبت في مرادها الأجسامُ
[ابن الجوزي ,صيد الخاطر ,page 469]
Artinya, Jika jiwa seseorang besar beratlah raga membawa beban atau bagaimana dikatakan oleh orang lain, setiap raga akan dicoba sesuai semangat yang dikandungnya.
Gedung Tingkat Wustho
Catatan Mtz. 26, Robius Tsani 1443 H.
Lanjutkan
BalasHapus