Langsung ke konten utama

CINTA YANG SESUNGGUHNYA

Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari yang namanya interaksi. Dalam kesehariannya mereka butuh pertolongan orang lain dalam melakukan segala hal. Dari sinilah timbulnya rasa cinta dan kasih sayang diantara mereka. 


Mencintai dan dicintai merupakan fitrah manusia. Wujudnyapun berbeda beda sesuai subjeknya. Bahkan, untuk memebangun kemajuanpun, mutlak membutuhkan dengan yang namanya cinta. Tak khayal jika manusia siap melakukan apapun demi orang yang dicintainya. Begitupun dengan kyai dan ustad yang selalu memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada murid atau santrinya. Yang sering saya dengar kyai sepuh selain sering menyebut santrinya dengan santri Rosululloh dalam beberapa kesempatan, Beliau juga memanggil santrinya dengan sebutan "anak²ku". Merupakan panggilan yang mungkin sebagian orang biasa² saja. Tapi menurut kami sebagai santrinya, panggilan tersebut oase yang akan terus dikenang dan mempunyai kebanggaan tersendiri di relung hati yang paling dalam. 


Dalam beberapa ajian kitab tafsir Jalalain yang diasuh langsung oleh beliau, saya kadang berfikir "Kyai apa tidak bosan, letih, dan capek ya, di usianya yang sudah sepuh, terkadang masih bolak-balik madura luar luar jawa untuk dakwah, setelah sampai pondok, masih menyempatkan ngaji kitab dengan durasi waktu yang lama", Meski terkadang para santrinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan beliau, seperti ada yang tidur atau kurang disiplin, tapi beliau masih saja menyebut kami dengan panggilan anak²ku dan Santrinya Rosululloh. Sungguh cinta yang luar biasa seoarang kyai kepada santrinya. Tapi, sayangnya kami masih belum sempurna atau bahkan masih belum melangkah untuk menjadi santri yang sesuai kyai harapkan.


Khidmah dan doa kami mungkin tidak seberapa dibandingkan cinta dan ilmu yang terus beliau berikan. Ketaatan kami hanya sebatas taat tapi tidak cinta, atau cinta kami hanya sekedar cinta tapi tidak taat. Ya Alloh beliau Satu-satunya mutiara kami. Jagalah beliau dan Rohmati beliau dan jadikan kami sebagai santrinya di duniamu yang fana ini, dan di akhiratmu yang kekal. Aamiin

16 Robiul Awwal 1443 H




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILUSI SUKSES DI MASA MUDA

Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam.  Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...

PEREMPUAN DAN PANGGUNG SPIRITUAL

Dulu, perempuan rahasia langit. Langkahnya pelan, tunduknya dalam. Ia dilukis dalam sejarah sebagai simbol kelembutan. Bukan dijadikan objek dan dieksploitasi di altar pertunjukan yang katanya majelis sholawat. Perempuan sudah kehilangan eksistensinya dari penjaga nurani menjadi pelayan euforia.  Mereka menutup aurat, yes betul. Tapi hanya sekedar bungkus. Isinya goyang ngolek, goyang keramas. Dua istilah yang lebih cocok muncul di warung remang-remang daripada di acara yang konon katanya mejelis cinta Nabi.  Dalam pemikiran Simon de Beauvoir: "Perempuan tidak dilahirkan sebagai objek, tapi dibuat menjadi objek oleh struktur budaya". Tapi hari ini, di pentas absurd mereka bukan hanya menjadi objek. Tapi mereka sendiri yang mejadikan objek sebagai dalih ekspresi iman.  Gerakan tubuh yang menggeliat di atas panggung bukan bentuk ekspresi spiritual. Itu adalah penghinaan simbolik pada kemulian perempuan. Lantas, di mana rasa malunya? Di mana harkat dan martabatnya? Apakah me...

CINTA DAN RESTU ORANG TUA

Dalam pandangan Islam, cinta bukanlah syarat dari pada akad pernikahan. Hal itu, bukan berarti syariat melarang tentang yang satu ini. Dari beberapa keterangan, dianjurkan adanya perkenalan antara dua insan yang hendak mengikat janji suci. Bahkan islam sendiri memberikan kesempatan untuk bertatap muka untuk meneguhkan niatan bersatu. Dari sinilah menjadi bukti, bahwa islam juga memperhatikan terhadap perasaan hati.  Setiap pasangan pasti mendambakan hubungan rumah tangga dengan penuh bahagia. Apalagi yang menjadi pendampingnya kelak adalah sosok yang dicintainya. Bayang-bayang kekasih terus menghantui, mengganggu nyenyak tidur malam hari. Sementara di satu sisi perempuan hanya setia menanti, penuh harap ketukan kumbang mewujudkan mimpi.   Namun yang menjadi polemik di kehidupan modern ini adalah, ketika perempuan dijodohkan dengan laki-laki bukan dia cintai atau tidak masuk kriteria pasangan hidupnya. Dalam kondisi seperti ini, perempuan menggerutu bahkan tidak sedikit y...