Tamu agung nan mulia itu sudah mulai berkemas pulang kepangkuan sang ilahi robbi. Hari demi hari romadhon bergulir dengan cepat, maka sudah seharusnya kita memenfaatkan waktu yang tersisa seoptimal mungkin hingga tidak ada rogga sedikitpun untuk tidak melakukan kabaikan.
Kesedihan terbesar bagi kaum muslimin adalah berpisah dengan Romadhon yang penuh dengan rohmat dan Maghfiroh, karena belum tentu di bulan puasa selanjutnya kita masih diberikan umur panjang dan kesehatan dalam melaksanakan aktivitas romadhon seperti sekarang ini. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, "Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Ramadhan, Sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi."
Aktivitas romadhon seperti tarawih, tadarrus dan lain² tidak terdengar lagi antero masjid dan musholla. Kenikmatan makan tidak sehangat ketika sahur dan buka satu meja dengan keluarga, edisi waktu sore beli takjil harus menunggu di romadhon selanjutnya. Kebahagiaan yang ditunggu-tunggu tatkala Adzan maghrib sudah berkumandang setelah seharian tidak makan dan minum. Kebahagian menunggu buka puasa disabdakan oleh Rosululloh SAW.
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua
kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Sebagain dari mereka sudah sibuk hiruk-pikuk Idul Fitri. Terbukti pasar penjual semabako sudah mulai padat. Toko baju dipersimpangan jalan (Kopontren) sudah mulai dipadati pembeli dari berbegai macam usia, anak², dewasa, orang tua dan lansia. Rupanya mereka juga tidak mau ketinggalan hari kemenangan. Ya, siapa yang tidak senang? Tapi,
Semakin dekat dengan akhir Ramadhan, kesedihan justru menggelayuti generasi terbaik itu. Tentu saja kalau tiba hari raya Idul Fitri mereka juga bergembira karena Id adalah hari kegembiraan. Namun di akhir Ramadhan seperti ini, ada nuansa kesedihan yang sepertinya tidak kita miliki di masa modern ini.
Mengapa orang² terdahulu sedih, menangis ketika romadhon sudah memasuksi detik² akhir, karena mereka sadar. Bahwa, bulan puasa ini segala rahmat Alloh SWT dilimpahkan bagi mereka yang berpuasa, barokah dan Maghfiroh Alloh sediakan untuk hambanya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadist Rosululloh tentang keistimewaan Romadhon
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Artinya, “Setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.”
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/128062/keistimewaan-puasa-dibanding-ibadah-lainnya
Sebagai kesimpulan; apa yang sudah menjadi aktivitas kita selama Romadhon ini yang sudah meningkatkan kualitas ibadah Taqorrub Ila Alloh tidak boleh kendor bahkan lebih semangat lagi sampai Romadhon 1443 H. Sebagaimana yang di jelaskan oleh RKH. Khoirul Wafa Wafir. "Seoarang makhkuk yang beribadah kepada ALLOH karena mengharap pahala yang sudah dijanjikan itu عبد التجار. Meskipun pada kenyataannya hal itu tetap baik dan istimewa menurut ALLOH.
pemandangan yang kita lihat di sekeliling kita adalah banyak orang yang giat di bulan Ramadhan tapi kemudian
“Sesungguhnya diantara alamat diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”
تقبل الله منا ومنكم اللهم تقبل ياكريم
Gunung Rancak, 28 Romadhon 1442 H.
Komentar
Posting Komentar