Setelah melaksanakan puasa tarwiyah dan arofah, kini kita tiba pada hari raya kemenangan. Tidak jauh berbeda dengan hari raya sebelumnya tetap berada di pondok pesantren tercinta. Melaksanakan kegiatan Bersama teman² dengan suka cita menikmati berbagai hiburan yang dikemas dengan Gebyar Adha. Meski tidak berkumpul bersama keluarga aneka macam lomba yang dipelopori anak² HIMMAH sedikit menghibur lara mereka.
Senyum santri di malam takbiran merupakan potret kebahagian mereka melaksanakan hari kemenangan pertama di pondok pesantren tercinta. Hari raya dengan keluarga itu sudah biasa dilaksanakan pada idul Fitri, sekarang mereka mencoba menciptakan suasana berbeda dengan teman² dari berbagai daerahnya yang sama² masih belum berpengalaman. Tidak ada libur Bukan efek Pandemi, di pondok pesantren tercinta memang sudah biasa tidak ada libur hari raya idul Adha, karena sosok yang sangat kami khormati Fadilatus Syekh RKH Moh Muddatstsir Badruddin ingin merayakan kemenangan dengan Anak² asuhnya. Iya, setiap idul adha kami merayakannya dengan Romo kyai sepuh. Bahagia, apalagi bisa sowan mencium astahnya (tangan) yang setiap saat mendoakan semua santri²nya tanpa lelah sedikitpun.
Ada sedikit yang berbeda pada hari raya idul Adha tahun ini, biasanya para santri setelah sholat i'ed, makan² disediakan dari dhelem kyai. Setelah itu mereka bergegas ke kamar masing² mengganti jubahnya dengan pakaian yang sudah dicuci bersih dan sudah disetrika untuk bertemu dengan orang tuanya di pos pengiriman, tapi suasana itu tidak seperti biasanya karena pengaruh fenomena alam yang tidak menentu. Demi untuk menjaga kesehatan dan kemungkinan yang tidak diinginkan, maka pengiriman yang biasanya sudah memadati kompleks pesantren saat ini harus dibagi perwilalayah. Mengiris hati suasana ini, karena orang tua rela tidak makan di rumah demi untuk bisa makan dengan anaknya. Bagi kabupaten yang mempunyai giliran tanggal 10 Dzulhijjah harus mematuhi peraturan pesantren dengan batas maksimum 30 menit. Bukankah waktu yang sangat sedikit untuk curhat pengalam pertamanya di pesantren. Beda halnya dengan kabupaten yang gilirannya bukan tepat hari raya idul Adha. Mereka hanya bisa menitipkan ke pos pengiriman tanpa bisa memandang wajah bapak ibu yang kerinduannya sampai di tenggorokan. Efek Pandemi ini sangat mengiris hati kami Ya Rabb.
Wabah saat ini masih belum menemukan titik terang dalam memutus mata rantai penyebarannya, dua tahun seluruh dunia seakan stagnan mengalami kemunduran sangat drastis, bahkan aktivitas yang biasanya dilaksanakan pada saat hari raya idul Adha juga terkenak dampaknya. Bagaimana tidak?. Semuanya dilarang membuat kerumunan, harus Sosial distencing. Makan dibatasi, bernafas juga dibatasi. Kita harus selalu bermasker kapanpun dan dimanapun. Tapi Insya ALLOH semua ini ada hikmahnya dan semua ikhtiar kita tercatat sebagai pahala oleh ALLOH. Hal ini berdasarkan hadits Rasululullah SAW yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi sebagai berikut:
نِيةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ
Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya". Yang terpenting kita tetap terus istiqomah Taqorrub Ila ALLOH dan menjaga kesehatan dengan niat lebih semangat lagi mejadi hamba yang patuh. Insya ALLOH semuanya akan lekas pulih kembali.
Wabah ini sekian dari ujian kecil yang sedang kita hadapi, jangan lantas kita putus asa karena hal sepele, di depan masih banyak semak² belukar yang harus kita babat, agar saat kita lalui tidak membuat luka di kemudian hari. Disinilah pelajaran intelektual dan spiritual yang menempah kalian agar menjadi santri yang kuat, tidak cengeng disipilin sesuai cita-cita Kyai sepuh. Niat yang ikhlas toat dan ingin mendapatkan barokah Masyayikh akan mengantarkan adik² menuju gerbang kesuksesan dan kebahagiaan orang tua di dunia maupun di akhirat. Aamiin
Moh Toyyib Zaen, 10 Dzulhijjah 1442 H
Komentar
Posting Komentar