Ta'dzim pada Ustadz merupakan kewajiban bagi seorang Santri, baik Ketika berada di kelas atau di luar kelas dan hendaklah seorang santri juga mengakui kelebihan guru dan menghormatinya. Para Ustadz jasa-jasanya lebih besar daripada orang tua, karena orang tua merawat anak-anaknya secara jasmani, sedangkan Ustadz sudah merawat murid-muridnya Secara rohani untuk meningkatkan kualitas keilmuan dan mengenalkan ajaran-ajaran Islam sesuai tuntunan Baginda Rasulullah Saw. Sebagaimana ungkapkan Syekh Rasyidi dalam Syarah Sittin:
فذاك مربى الروح والروح جوهر وذاك مربى الجسم والجسم كالصدف.
Artinya, “Dia (guru)-lah pembimbing rohani # rohani adalah mutiara. Dia (orang tua)-lah pembimbing jasmani # jasmani layaknya cangkang kerang." Islam mengajarkan kepada setiap anak untuk hormat dan takdzim kepada orang tua, tapi islam juga memberikan ajaran agar menaruh rasa hormat kepada guru yang mendidik akhlak kita kepada Allah dan makhluk-Nya. Guru adalah pembimbing rohani kita.
Para Ustad, baik ustad ngaji atau ustad di Madrosah, atau ustadz yang hanya sekali bertemu dengan beliau, seperti di Muhadhoroh dll bila kita sudah mengenyam pendidikan dari beliau² semuanya meninggalkan jssa yang tidak bisa dibalas dengan benda. Sebagaimana yang dikatakan oleh sayyidina Ali;
قال علي كرم الله وجهه انا عبد من علمني حرفا واحدا
Artinya; "saya adalah budak dari orang yang mengajarkanku, walaupun hanya datu huruf." Pentingnya jasa-jasa Ustadz dalam mencerdaskan kehidupan Santri, maka memuliakannyapun hak paten. Sesuai yang dituliskan oleh Imam Az Zarnuji dalam kitabnya Ta'limul Mutaaalim;
ومن تعظيم العلم تعظيم المعلم
Artinya; "Sebagian daripada mengagungkan ilmu adalah mengagungkan gurunya."
Para Ustadz di lembaga-lembaga madrosah, sekolah Ammiyah dan guru-guru ngaji semuanya tanpa terkecuali adalah pahlawan yang tidak terkenal. Lantaran Ustad-ustadz sekarang sudah jauh berbeda dengan Ustad di zaman dulu dengan tingkat kesulitan yang juah berbeda. Dahulu seorang Ustadz dihormati, dimuliakan, dicium tangannya, diminum air telapak kakinya. Sekarang bila murid sudah keluar dari Madrosah atau sekolah Ammiyahnya jarang bertemu dengan Ustad-ustadz, terkadang meski bertemu tidak bertegur sapa.
Catatan Mtz. Vol. 55
Panyeppen, 08 Shoffar 1443 H.
Komentar
Posting Komentar