Melihat realitas sosial kian hari unik untuk ditelaah. Sebagai santri amatiran seperti yang bersandar di tiang Madrosah Wustho/Tsanawiyah. Entah apa yang difikirkan, yang jelas bukan berfikir tentangm bagaimanar mendapatkan restu. Karena sebentar lagi memasuki libur maulid, biasanya santri pulang dengan gegap gempita hingga lupa apa yang sebenarnya harus menjadi rutinitasnya. Seperti keluyuran di saat orang tua butuh bantuan, sebagian santri yang lain mencoba mengimplementasikan apa yang sudah mereka ketahui dari kitab dan keterangan Ustadnya, namun yang terkadang aneh adalah ketika yang menjadi مخاطب usianya lebih tua mencemooh dengan perkataan, "Ah, kamu masih baru berangkat, saya sudah pulang." Dalam artian kata mereka lebih berpengalaman. Tentu hal ini sangat tidak benar dan wajib untuk diluruskan agar tidak menjadi penyakit kronis di kemudian hari. Mungkin karena mereka berpedoman pada kalamnya sayyidina Ali Karommallohu Wajhah yang berbunyi;
راي الشيخ خير من مشهد الغلام,
Artinya, "yang ada dalam fikiran orang sepuh, jauh lebih akurat dengan yang ada di pandangan anak muda." Begitulah Kalau penganut paham tekstualisme, bawaanya asal enak pada dirinya dicomot tanpa diperluas apa maksudnya. Padahal tua bukan soal umur, melainkan kedewasaan, kecerdasan, ketelitian dan pengalaman yang menjadi standar orang itu dikatakan tua, meskipun secara umur masih muda.
Seringkali Fadilatus Syekh Rkh Moh Muddatstsir Badruddin mengutip satu keterangan dari kitab yang menerangkan bahwa Definisi شيخ itu adalah
من بلغ رتبة اهل الفضل ولو صبيا
Artinya, "orang tua adalah mereka yang mencapai derajat kemampuan derajat (Ilmu dan mengamalkan) meskipun masih anak kecil. Untuk memantapkan definisi tua itu Kyai sepuh memberi gambaran tentang Sosok Muhammad bin Idris bin Abbas bin utsman bin Syafi'i atau yang akrab dipanggil Imam Syafi'i lahir pada tahun 150 H di Gaza, bertepatan dengan tahun imam Abu Hanifah meninggal dunia. Bagaimana sosok Imam Syafi'i yang usianya masih berumur 9 tahun tapi sudah bisa mengajar di Masjidil Harom, karena batas usinya yang masih belum baligh ketika mengajar di bulan Romadhon beliau minum di depan para muridnya, karena Beliau masih usia belum baligh tentu tidak akan membuat muridnya menyalahkan Imam Syafi'i, melihat dari sinilah Imam Syafi'i usianya yang belum sepuh atau tua sudah di panggil SYEKH, karena sebab kecerdasan dan keluasan ilmunya.
Jadi, kalau umur menjadi standar seseorang dikatakan tua dengan tanpa kedewasaan dan kematangan dalam berfikir, tentu definisi ini sangat keliru dan kebenarannya tidak dapat diuji secara klinis. So, jangan sampai dirimu beruban tapi nyatanya kau masih belum dikatakan sebagai orang tua disebabkan perilakumu yang tidak dewasa, tidak teliti dan tidak mempunyai kemampuan kecerdasan yang bisa membimbing dirimu dan orang lain. Begitupun para santri yang usinya masih sangat muda, tapi karena wawasan keilmuannya memenuhi standar dan dewasa karena dituntut untuk terus disiplin hingga para santri tersebut tidak jarang umurnya masih muda tapi sudah dipanggil Syekh. Dari tulisan di atas saya mengambil kesimpulan, bahwa setiap nasehat yang datang dari siapa saja kalau itu benar dan bisa membuat dirimu berbenah ke arah yang lebih baik didengarkan dan diamalkan. Karena agama ini adalah sebuah nasehat, maka setiap ummat yang baik adalah ummat yang selalu mendengarkan nasehat² yang datang dari orang lain. Sebagaimana hadits Rosulullah,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ : ”الدِّينُ النَّصِيحَةُ”، قُلْنَا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: ”لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ ” رواه مسلم
Diceritakan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “agama adalah nasihat.” Kami bertanya: “Bagi siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslim dan bagi kaum muslim secara umum.” [HR. Muslim]. Hadis ini sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar, karena di dalamnya terkandung bahwa tiang agama Islam dan penopangnya adalah nasihat. Dengan adanya nasihat maka agama Islam akan senantiasa termanifestasi dalam jiwa kaum muslimin. Itulah sebabnya mengenai hadist di atas tidak ada batasan umur untuk bisa menasehati orang lain. Selagi itu baik dan sesuai koridor yang ada.
Komentar
Posting Komentar