Di kedai-kedai kopi mereka hidup dalam ketidakpastian, kata orang² yang asik dengan kitab dan bukunya di kamar. Bagi mereka yang rajin mengumpulkan naskah² modern di Warkopiah tentu mengeluarkan statement lain, dari kedai-kedai kopi seseorang bisa menemukan inspirasi. Dua perkataan tersebut sama² benar dan sama² salah. 😁 Buktinya di kedai kopi yang melahirkan karya² fenomenal, tapi dari ghurfah para Ulama' juga melahirkan karya² yang sangat fenomenal. Coba perhatikan bukunya Roem topatimasing guru keliling pernah menuliskan dalam karyanya, "Setiap tempat: sekolah, Setiap orang: guru, setiap buku: ilmu." Bukankah pernyataan beliau ini menepis orang antipati dan mengandalkan egonya. Satu lagi pernyataan KH. Dewantara tokoh nasional, "setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah." Dengan perkembangan zaman tentu perlu ada Mujaddid, tambahan tanpa harus dinusakh (نسخ) "setiap Kedai kopi adalah tempat belajar." 🤭 Janganlah menjadi pribadi yang terus menghakimi mereka² yang asik dengan dunianya. 🙃
Keinginan untuk senantiasa hidup dalam keemasan masa muda mengendap dalam benak manusia sejak dahulu kala. Banyak dongeng diceritakan dari generasi ke generasi tentang air berkhasiat, benda ajaib, obat spesial, atau makhluk gaib yang jika kita menemukan dan menggunakannya, akan kembali muda dan kuat. Tujuannya agar bisa mengulang kesukesan dan kesenangan saat kondisi tubuh sangat fit. Sebagian lagi ingin mendapat kesempatan kedua untuk berbuat hal berbeda dan mencapai impian terpendam. Namun, banyak orang meyakini kembali muda melawan hukum alam sesuatu yang mustahil terjadi. Ada pula yang percaya bakal ada teknologi untuk mencapai itu, tetapi belum akan terwujud dalam waktu dekat. Meski demikian, pemuja masa muda tak surut. Masa muda telanjur diyakini sebagai masa krusial yang menentukan seluruh hidup kita selanjutnya merana atau bahagia. Muncullah target pencapaian di usia tertentu. Usia sekian harus lulus sarjana, bekerja mapan, punya rumah, menikah, dan berkeluarga. Perempuan ...
Komentar
Posting Komentar